Hai kawan pembaca! Saat menulis post di blog ini, naskah novel saya yang keempat sudah ada di meja editor. Semoga naskah novel saya kali ini mendapatkan respon positif seperti buku saya sebelumnya, dan bisa menyapa kalian semua di toko buku terdekat. Nah, semua ini juga berkat usaha terbaik dan konsistensi menulis yang saya mulai sejak tahun 2008. Berawal dari menulis cerita pendek dan puisi menye-menye di situs kemudian.com, saya akhirnya bisa mewujudkan mimpi saya sejak SMP dulu, untuk menjadi penulis fiksi. Oleh karena itu, saya ingin berbagi sedikit pengalaman agar membantu atau malah bisa menginspirasi teman-teman sekalian yang ingin menerbitkan buku di jalur mayor.
Berikut ini beberapa langkah sederhana dari ratusan usaha terbaik yang dapat teman-teman lakukan agar novel teman-teman berjodoh dengan penerbit mayor.
1. Tetapkan Positioning dan Segmentasi Novel
Seperti dalam dunia periklanan, karya fiksi harus memiliki positioning dan segmentasi. Hal ini untuk menunjukkan identitas dan agar karya fiksi memiliki ruang pembaca khusus. Misalnya, karya fiksi kalian bernuansa thriller-suspense, maka harus ditetapkan pula positioning-nya untuk siapa, pecinta thriller yang bagaimana, segmentasi usia, demografis, psikografis, dan geografis juga harus ditentukan. Hal ini untuk menghindari kesalahan posisi novel kalian. Misalnya, novel kalian bernuansa thriller, tapi berada di tangan pembaca romance, tentu tidak akan nyambung, walaupun pembaca romance mungkin saja membaca thriller juga. Pokoknya, tentukan segmentasi dan positioning untuk menempatkan novel kalian ke tangan pembaca yang tepat dan memasuki jendela pikiran pembaca.
2. Tetapkan Penerbit yang Dituju
Seperti halnya buku kalian, penerbit juga punya segmentasi sendiri atas karya-karya yang diterbitkan. Untuk hal ini, kalian harus menentukan, mau dilempar ke penerbit yang bagaimana? Untuk tahu apa ciri khas atau segmentasi penerbit, teman-teman memang harus rajin nongkrong di toko buku, membaca buku, dan membandingkan buku-buku terbitan masing-masing penerbit yang dituju. Sebagai contoh, karya thriller atau kisah detektif, biasanya diterima oleh Bentang Pustaka atau Gramedia Pustaka Utama? Kenapa? Karena di rak buku, beberapa novel bernuansa thriller kerap kali diterbitkan melalui mereka, seperti karya-karya Tsugaeda yang diterbitkan Bentang, atau karya-karya Sidik Nugroho di Gramedia Pustaka Utama. Contoh lainnya, kisah romance dengan berbagai pasar, bisa dilempar ke Gagasmedia. Dulu sih mereka membuat segmentasi untuk dewasa, remaja, dan dewasa muda. Kalau sekarang saya belum perhatikan lagi. Dan untuk karya fantasi yang berbau abad pertengahan, kerajaan, naga, sihir, dan lainnya, bisa dicoba lempar ke Fantasious atau Mizan Fantasi. Biasanya mereka terima. Untuk karya lain, silakan teman-teman riset lebih lanjut dengan rajin nongkrong di toko buku. Nongkrong dan iseng membaca blurbs di sampul belakang itu, gratis kok! 😀
Baca juga: Memilih Penerbit untuk Novelmu
3. Coba Berbagai Sayembara
Bagi penulis yang belum pernah menerbitkan sama sekali, memang agak susah untuk lolos jika karyanya tidak benar-benar masterpiece seperti karya-karya Dewi Lestari. Tapi, ada trik supaya penulis baru bisa masuk ke rak buku mayor. Caranya, dengan mengikuti berbagai sayembara kepenulisan yang diadakan oleh banyak penerbit. Sekarang sudah banyak sayembara yang menyenangkan dan mengasah kemampuan menulis kalian kok. Untuk informasinya, bisa mengikuti akun media sosial berbagai penerbit itu dan coba salah satu sayembara. Kalau saya sendiri, waktu awal menerbitkan buku di mayor, saya mencoba sayembara PSA2 dari Grasindo (Publisher Searching for Author ke-2), dan melahirkan naskah 7 Divisi yang terlahir ke rak buku secara sehat wal afiat. Kemudian, untuk mencoba peruntungan berikutnya, saya memenangkan pula GWP2 (Gramedia Writing’s Project 2) dan mendapatkan pelatihan menulis serta coaching naskah saya sehingga melahirkan Halo, Tifa yang bersampul biru dan lucu banget (yah, walau sebenarnya naskah saya yang diberikan saran oleh editor itu yang thriller). 😀
4. Jangan Banyak Mikir, Jangan Banyak Sosmed!
Waktu sudah mulai menulis, tetapkan deadline. Kalau terbiasa membuat outline terlebih dahulu, silakan buat outline. Untuk langkah membuat outline, bisa dibaca pada serial tips menulis yang saya buat. Terus, saat mulai menulis, jangan banyak dipikir, tetapi ditulis dulu. Riset sesekali jika ada topik yang ingin dimasukkan ke dalam karya fiksi dan membutuhkan bahan yang sesuai realita, tapi jangan sampai riset itu jadi lari ke main sosmed. Sesungguhnya, melalui pengalaman saya pribadi dan pengalaman beberapa teman penulis lainnya, sosmed adalah hantu yang mengganggu kita saat menulis. :))
Baca juga: Outline Novel, Penting Nggak Ya?
5. Banyak Membaca
Membaca karya-karya lain yang setipe atau satu genre dengan karya fiksi yang akan kita tulis adalah salah satu langkah penanggulangan writer’s block. Dengan begitu, kita bisa melihat bagaimana orang lain mengeksekusi karya mereka. Tapi ingat, jangan plagiat. Kita hanya cari ide, bukannya curi ide! 🙂
Baca juga: Ketika Ide Tidak Ditunggu, tapi Diraih
6. Banyak Menulis
Usahakan menulis sehari satu halaman. Ini hal yang paling sederhana yang bisa dilakukan oleh penulis. Dengan sering menulis, maka teknik penulisan dan juga pace yang dimiliki akan berkembang. Secara tidak sadar, hasil karya kita juga akan semakin baik seiring berjalannya waktu.
There is nothing to writing. All you do is sit down at a typewriter and bleed.
Ernest Hemingway
7. Persiapkan Sinopsis yang Baik
Sinopsis berbeda dengan blurbs pada bagian belakang sampul. Sinopsis haruslah memuat inti dari novel, mulai dari awal cerita, konflik, hingga penyelesaian. Tapi, buatlah sinopsis ini menarik, agar editor tertarik membuka naskah kalian. Biasanya, sinopsis ini yang dibaca duluan sama editor. Jadi, kalau sinopsisnya tidak ‘wah’, biasanya akan disisihkan oleh editor. Kan sayang kalau ternyata naskahnya cukup keren? Nah, untuk pembuatan sinopsis novel ini, akan saya paparkan pada postingan berikutnya. Jadi, teman-teman silakan cek ke kategori ini untuk membaca beberapa writing tips yang saya sediakan sesuai pengalaman saya.
Mungkin tujuh usaha di atas hanyalah beberapa usaha terbaik dari sekian banyak usaha lain yang bisa kalian lakukan jika ingin karya fiksi kalian masuk ke penerbit mayor. Memang agak sulit, karena makin ke sini agaknya para penerbit cukup ketat menyeleksi karya. Penerbit memang investasi pada penulis dan properti intelektual penulis yang berupa naskah, makanya penerbit selektif sekali untuk memastikan karya yang mereka terbitkan itu laris atau minimal diterima oleh pasar. Jadi, jangan berkecil hati kalau belum diterima sama penerbit. Teruslah menulis dengan bahagia dan jangan lupa berdoa!
If you want to be a writer, you must do two things above all others: read a lot, and write a lot.
Stephen King
Leave a Reply