Halo teman-teman blogger! Selamat datang kembali di rubrik “A So Called Writing Tips”. Oh ya, sebelumnya saya mau tanya nih. Ada nggak sih teman-teman blogger yang juga penulis fiksi? Dan biasanya, kalian membuat outline novel dulu nggak sebelum membuat novel?
Mungkin bagi sebagian orang, membuat outline novel terlalu memakan waktu. Tapi, saya sendiri memang punya kebiasaan menulis outline sebelum mengembangkannya ke dalam bab-bab novel saya. Hal ini sangat membantu setiap penulisan novel saya, walau banyak penulis mungkin tidak memakai trik seperti ini saat membereskan deadline yang begitu gila.
Outline novel secara garis besar merupakan kerangka kisah yang dituangkan dalam berbagai adegan pendek, yang mewakili masing-masing bab juga paragraf dalam bab novel. Ada juga yang menuliskan kerangka secara ringkas hanya inti utama dari bab dalam novelnya. Tapi, beberapa penulis juga membuat kerangka per adegan dalam masing-masing bab, sehingga nantinya adegan-adegan kecil ini tinggal dikembangkan dalam novel yang mereka buat.
Walau teknik membuat outline pada masing-masing penulis itu berbeda-beda, tetapi inti dari pembuatan outline tetaplah sama. Outline hanya sarana untuk mempermudah penulis dalam mengembangkan ide ceritanya. Tapi, penulis pun sebenarnya tidak terpaku pada outline tersebut, karena terkadang mereka bisa melakukan bongkar pasang pada bab novel. Jika sudah ada gambaran novel yang dituangkan melalui outline, penulis lebih mudah melakukan bongkar pasang itu, dan menaruh bab yang cocok atau korelasi antar bab sesuai dengan keinginan. Penulis juga bisa membuat perkiraan alur cerita antar bab hingga novel pun selesai.
Jadi, walau memakan waktu, sebenarnya kerangka atau outline novel ini sangat membantu dalam pengembangan novel. Nah, bagaimana cara membuat outline?
Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, membuat outline novel tergantung dengan keinginan kalian. Setelah membayangkan adegan-adegan yang akan terjadi dalam novel, tuliskan adegan tersebut atau inti dari cerita novel kalian per bab. Ingat ya, per bab! Hal ini untuk memudahkan kalian dalam memisahkan atau menukar bab yang sekiranya saat dituliskan ternyata lebih cocok masuk di posisi mana, karena pola outline ini bisa berubah sesuai kemunculan ide. Jadi, sambil mengembangkannya, mungkin akan muncul adegan baru yang bisa cocok dimasukkan atau diselipkan pada suatu bab.
Nah, tanpa banyak bicara lagi, simak saja salah satu contoh outline singkat yang pernah saya buat untuk novel saya dengan judul “Halo, Tifa”.
Prolog: Satu mantan siswa STM Tunas Bangsa (disingkat TB) yang dulu terlibat tawuran, akhirnya keluar dari Lapas Remaja.
Bab 1: SMK Pratama Putra (disingkat Praput) kedatangan murid baru, seorang perempuan mungil bernama Tifa. Ia mendapat perhatian beberapa pihak karena di SMK Praput jarang sekali ada siswi.
Bab 2: Siswa tingkat 3 SMK Praput sedang menghadapi dilema, yaitu antara ingin membalas STM TB atau melupakan itu dan fokus ujian nasional.
Bab 3: Siswi bernama Tifa mengaktifkan ekstrakurikuler, OSIS, dan juga kegiatan siswa yang bermanfaat sehingga membuat pimpinan para siswa yang bernama Terra menjadi jengah.
Bab 4: Novian, teman Terra, mampir ke sekolahnya dan di perjalanan ia bertemu dengan kawan lamanya semasa SMP itu. Mereka pun berbincang-bincang tentang betapa menyenangkannya masa SMP dulu.
Bab 5: Tifa sedang di perjalanan dan bertemu Jojo, salah satu siswa SMK Praput. Jojo dihadang oleh beberapa siswa tingkat 2 STM TB (musuh bebuyutan SMK Praput).
Bab 6: Di Praput, Terra sedang ribut dengan teman sekelasnya yang bernama Bram karena Bram ingin menolong Tifa untuk mengaktifkan ekstrakurikuler. Maka kubu di SMK Praput pun terbagi menjadi dua, yaitu kubu Terra dan kubu Bram.
Bab 7: Terra menyetujui undangan tarung terbuka di aula sekolahnya, untuk menentukan siapa yang berhak memimpin SMK Praput.
Bab 8: Ahong dan Dian, teman Terra, sedang nongkrong di suatu tempat dan melihat Tifa yang berkumpul dengan orang-orang tua alias om-om. Mereka mengira Tifa adalah ayam kampus dan berniat memberitahu Terra.
Bab 9: Informasi tentang Tifa sampai pada Terra dan ia akhirnya menuju ruang ekskul tempat Tifa berada. Ia marah-marah tidak jelas dan membawa-bawa moral sekolah.
Bab 10: Arfian, salah satu teman Terra, pulang kerja paruh waktu, lalu dihadang anak STM TB dan dikeroyok. Ia pun masuk rumah sakit.
Bab 11: Tifa dan Bram menjenguk Arfian. Ternyata sudah ada Terra di ruangan Arfian. Karena masih kesal, Terra pun pamit dan hendak mendatangi markas Ody, pimpinan STM TB.
Bab 12: Terra mendatangi Ody, membawa pipa besi. Namun, Ody dengan santai menerima dan bertanya apa maksud kedatangan Terra. Karena Ody memang tidak menghajar Arfian, ia pun memberi penjelasan dengan rinci. Setelah mendapat penjelasan, Terra pulang ke rumah namun ada ayahnya. Ia yang tak begitu suka pada ayahnya, minggat dari rumah dan menginap di rumah Ahong.
Bab 13: Rupanya pengeroyokan Arfian adalah permainan alumni TB yang bernama Beni, dan mengajak anak tingkat 2 STM TB untuk bergabung.
Bab 14: Tifa sedang berada di LSM dan didatangi Novian, siswa STM TB yang pernah masuk penjara itu. Mereka pun ngobrol dan Novian bercerita tentang Terra.
Bab 15: Tifa dan yang lainnya belajar untuk UN, sementara Terra ingin menghajar anak TB. Tapi, Jojo dan Arfian tidak mau bergabung karena kelulusan itu lebih penting daripada tawuran.
Bab 16: Karena kesal, Terra pun minggat lagi. (Duh maaf ya, si Terra memang moody, wkwkwk).
Bab 17: Tifa mencoba mendekati Terra agar tidak terlalu memikirkan tawuran itu. Ia mendatangi rumah Terra bersama yang lainnya untuk belajar kelompok.
Bab 18: Kepsek Praput sedang mengobrol dengan Tifa. Bram dan Arfian yang sudah keluar rumah sakit, hendak meminta persetujuan untuk pendanaan ekskul, tak sengaja menguping pembicaraan Tifa.
Bab 19: Ternyata, Tifa bukanlah siswa dan umurnya sudah lebih dari 20. Ia ternyata adalah petugas LSM yang sedang meriset tentang perilaku siswa untuk buku terbarunya yang akan terbit. Lantas Bram dan Arfian pun bertanya-tanya, apakah ia harus memberitahu Terra atau tidak.
Bab 20: Waktu Bram, Arfian dan Jojo sedang mengobrol di kantin, Terra yang saat itu hendak membeli sesuatu, tak sengaja mendengar. Namun, ia pura-pura tidak tahu. Setelah ia pamit untuk ke lapangan basket favoritnya, ia bertanya-tanya tentang sosok Tifa dan agak kecewa karena Tifa adalah pembohong.
Bab 21: Tifa yang hendak pamit karena risetnya sudah selesai, mendatangi Terra di tempat nongkrong favorit dia. Tifa pun duduk memandangi langit lalu mulai berdendang lagu Youth dari Daughter. “Our mind are troubled by the emptiness. We are the reckless, we are the wild youth. Chasing vision for our future.”
Bab 22: Setelah UN, Terra mempersiapkan untuk melawan geng Beni sendirian. Ia melakukan itu demi kawan-kawannya. Pada akhirnya, Ody dari STM TB pun membantunya, setelah mereka mengobrol saat Terra mengantar Ody pulang ke rumahnya. Ody dan Terra malah jadi berteman, walau dulu mereka adalah musuh bebuyutan.
Bab 23: Terra bersiap untuk melawan Beni. Ody bersembunyi di tempat yang sudah disepakati, karena Terra memiliki strategi untuk mengalahkan Beni dan komplotan geng motor dari siswa tingkat 2 STM TB. Namun, kabar itu sampai ke Tifa dan Tifa pun mengerahkan kekuatan untuk mendatangi lokasi tawuran untuk mengamankan pelaku.
Bab 24: Hari-hari berlalu damai. Sudah beberapa minggu sejak berakhirnya UN dan berakhirnya tawuran Terra melawan geng motor Beni. Namun, Terra merasa ada yang hilang yaitu keceriaan Tifa di SMK Praput. Ia pun bercerita pada Arfian tentang Tifa yang mengubah sudut pandangnya pada kehidupan masa mudanya di SMK dan juga bercerita tentang bagaimana Tifa membuatnya jatuh hati.
Epilog: Sebulan pasca penerimaan mahasiswa baru. Kini Terra sudah berkuliah di Bandung, salah satu perguruan tinggi yang ternama di Bandung. Dan ia pun bertemu lagi dengan Tifa di tempat Tifa meluncurkan buku barunya.
***
Kurang lebih seperti itu outline awal dari novel “Halo, Tifa”. Walaupun pada akhirnya cerita pun berkembang menjadi lebih ke genre coming of age jadi-jadian, karena si tokoh utama mengalami perubahan sosial dan psikologis yang drastis. Dari outline tersebut, banyak juga bab yang saya tukar-tukar demi kebutuhan alur cerita agar tidak berlubang atau plothole (nanti soal ini akan dijelaskan kalau sempat ya). Kurang lebih begitulah cara saya membuat kerangka bagi novel-novel saya. Tujuannya sih memang untuk lebih memudahkan saya yang mudah sekali terkena writer’s block. Terus, karena saya membawa buku catatan kecil atau notes kemana-mana, saya bisa menulis outline atau adegan di notes dan bisa dibongkar pasang ketika nanti diketik ke dalam naskah utuh. Jadi, tidak melulu harus ketik di depan komputer, karena godaan untuk browsing dan bersosial media rupanya lebih tinggi daripada membereskan naskah novel.
Nah, kalau teman-teman, bagaimana sih kebiasaan menulis yang kalian jalani?
Sampai ketemu di post selanjutnya!
Leave a Reply