Bacabaca 63: Orang-orang Lembah oleh Afri Meldam

POSTED ON:

,

BY:

Judul: Orang-orang Lembah
Penulis: Afri Meldam
Tahun Terbit: 2023
Penerbit: Indonesia Tera
Tebal: 250 halaman, paperback
ISBN: 9789797753344

“Ini cerita moyang kami, yang berasal dari benua jauh, dari Ruhum mereka menarik sauh. Ketika puncak
gunung-gemunung masih sebesar telur puyuh, di sinilah kapal mereka berlabuh: di tanah yang
menumbuh-suburkan batang-batang lada, gambir, damar, rotan, dan manau. Di tanah yang liuk lekuknya
menyimpan bongkahan-bongkahan emas sebesar kerbau. Di tanah yang rimbanya bisa menyembunyikan belang harimau.”

Tanah kelahiran saya, yang tersembunyi di lembah Bukit Barisan di Sumpur Kudus, Sumatera Barat, adalah contoh bagaimana lanskap hutan dan kehidupan di dalamnya berubah seiring kehadiran mesin pemotong dan industri pengolahan kayu. Di tempat lain, kondisi ini diperparah karena lahan hutan dikonversi menjadi perkebunan monokultur. Maka, bencana alam serta konflik antara manusia dan satwa semakin tak terelakkan. Melalui sehimpun cerita dalam buku ini, saya berusaha memotret arus perubahan itu; dari perubahan bentang alam, hingga orang-orang terseret di dalamnya.

***

Orang-orang Lembah adalah kumpulan cerita pendek berlatar kawasan Sumatra Barat, khususnya kawasan lembah sekitar Bukit Barisan di Sumpur Kudus. Kumcer ini diterbitkan tahun 2023 oleh Indonesia Tera dan sampulnya sangat menarik. Awalnya saya membeli buku ini dari Patjarmerah karena tertarik dengan isu yang disajikan–dan tentunya karena isu tersebut serupa dengan novel terbaru saya yang membahas pembalakan liar serta eksploitasi oleh industri monokultur di Sumatra Barat. Afri Meldam sebagai penulis telah meramu cerita-cerita sederhana melalui sudut pandang tokoh yang beragam seperti penyadap getah karet, pemburu hewan langka, petani ikan air tawar, pengangkut kayu, hingga wali nagari. Meskipun terkesan sederhana, sebenarnya terdapat banyak sekali sudut pandang yang berharga dari tokoh-tokoh ini. Hampir keseluruhan cerita pendek menggambarkan kegetiran dan luka yang dalam yang dirasakan oleh para tokoh sejak lanskap hutan berubah menjadi industri lain yang merusak.

Di dalam Orang-orang Lembah, ada 15 cerita pendek. Sekitar 10 cerita pernah dimuat di media nasional cetak dan digital. Lalu, sisa 5 cerita adalah cerita yang benar-benar baru dan belum pernah dipublikasikan, berjudul “Karanih”, “Ikan-ikan yang Mati Dikutuk Tuhan”, “Lelaki yang Dicintai Danau”, “Surau Danau”, dan “Hikayat Orang-orang Lembah”. Hampir keseluruhan cerita menggambarkan konflik internal maupun eksternal yang dialami orang-orang lembah ini akibat perang saudara dan industri pengolahan kayu yang membabat alam.

Jujur saja, saya adalah tipe orang yang tidak bisa membaca cerita pendek lama-lama. Utamanya karena berbagai cerita pendek yang saya baca tidak mudah dipahami dan saya pun jadi malas menyelesaikannya. Namun, cerita-cerita Afri Meldam begitu sederhana hingga mudah dicerna, tapi maknanya begitu dalam jika diteliti kembali. Pada cerpen Pemetik Getah Damar misalnya, kita bukan hanya disajikan cerita rivalitas dua pemuda desa yang berebut cinta, tapi kita melihat konflik eksternal lanjutan dari hal itu yang disebabkan oleh konflik persaudaraan. Jika pernah membaca sejarah kelam di Sumatra Barat pada masa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), sebenarnya hal ini tampak seperti sesama saudara saling berperang. Kubu warga terbagi tiga, pro-PRRI, pro-negara, dan warga yang malang. Di cerita ini, kita melihat bahwa warga yang malang lebih banyak menjadi korban.

Tak berbeda dengan Pemetik Getah Damar, cerita berjudul Karanih juga menggambarkan bagaimana konflik saudara itu telah menyebabkan trauma pada seseorang yang hidupnya sudah susah. Belum lagi ketika menua, nasibnya masih sulit, tapi dia tetap dibayang-bayangi masa kelam PRRI. Cerita ini betulan menggugah kesedihan. Jika dibaca sekilas, mungkin ceritanya biasa saja. Namun, kalau dibaca kembali, cerita Karanih seperti tengah membongkar album lama sisa-sisa PRRI melalui kacamata seseorang yang separuh hidupnya dihabiskan di hutan untuk bersembunyi.

Bertahun-tahun kemudian, orang-orang mengenangnya dengan cerita yang berbeda: Seorang pemetik getah damar diterkam induk harimau lapar di hutan Lusan. Selain tengkoraknya yang ditemukan tak jauh dari pondok tempat ia bermalam, jasadnya menghilang entah ke mana. Sementara Domok juga tak pernah terdengar lagi kabarnya. Apakah ia mati dibunuh tentara pusat atau membusuk dalam pelarian, tak ada yang tahu. Hidup memang sering menyimpan warna kelabu.

Pemetik Getah Damar (quotes dari halaman 30-31)

Cerita-cerita dalam kumcer ini juga tidak hanya mengangkat konflik eksternal di kawasan lembah saja. Ada pula konflik batin yang dialami tokoh dalam cerita. Apakah harus hidup di lembah terus, atau lebih baik merantau ke kota? Namun, apa pula yang bisa ditawarkan kota pada mereka yang terbiasa bertani, menyadap getah damar, dan beternak ikan Kulaghi? Sepertinya tak ada tempat di kota yang benar-benar cocok untuk orang-orang di lembah, selain berdagang dan menjadi apa yang bukan diri mereka. Seperti dalam dua cerita berjudul Nawa di Ladang dan Surau Danau. Penyesalan para tokoh dalam dua cerita ini memberikan gambaran bahwa privilese tak bisa didapat oleh mereka yang tidak punya apa-apa selain ladang dan danau.

Secara garis besar, cerita-cerita dalam Orang-orang Lembah dapat dibaca dalam kondisi apa pun. Sedang sedih, sedang senang, atau sedang butuh jeda dari kerja sehari-hari. Cerita-cerita di dalamnya tidak menuntut pembaca untuk banyak berpikir, karena penulis sudah menyajikannya dengan mudah. Kita tinggal membaca dan mencernanya saja, lalu berubah menjadi sedih dan getir seperti para tokoh ketika selesai membaca. Dari sini saya sedikit memahami bahwa dahulu banyak provinsi-provinsi di luar Jawa yang ingin melepas diri, bukan karena ingin memberontak, tapi lebih pada alasan bahwa mungkin saja pusat sudah meninggalkan mereka. Saya tidak bisa bilang pro atau kontra dengan gerakan revolusioner, tapi saya memahami bahwa lebih baik hidup otonom daripada ditinggalkan atau dimanfaatkan hingga kering-kerontang.

Buku ini menjadi bacaan terbaik saya di 2023 (ya memang karena saya sedang tidak banyak membaca). Namun, antara dua kumcer yang saya baca tahun 2023 itu, kumcer ini mendapatkan posisi terbaik. Saya jadi menantikan karya-karya Afri Meldam berikutnya. Cerita panjang, novelet, atau novel sepertinya boleh dicoba, Bang.

Rating: 5 out of 5.


Related posts

Leave a comment

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (64) Ayu Welirang's Bibliography (11) BS-ing everyday (8) Buku (65) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Go Kory Go! (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (19) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (11) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (15) NgomonginSeries (6) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (4) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (75) Riset Tulisan (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (6) Short Stories (11) Sumatera (3) talk about living my life (3) Teen Fiction (2) TeenLit (2) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (8) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com