Tebal: 336 halaman, paperback
Setelah diasingkan karena dianggap mencoreng nama baik keluarga, cewek itu kembali sebagai mahasiswi tomboi yang disegani para mahasiswa. Semua orang yang mengenalnya tidak percaya dengan penampilan Fal yang berubah 180 derajat. Mereka tambah gempar karena Fal mengaku hilang ingatan.
Apa iya Fal hilang ingatan karena insiden beberapa tahun lalu? Sayangnya, itu hanya rumor yang cewek itu ciptakan sendiri. Mana mungkin dia amnesia setelah dihunjam dengan pengkhianatan dan rasa sakit hati yang begitu mendalam? Fal kembali untuk membuat perhitungan dengan mereka yang sudah membuat hidupnya hancur. Rumor itu Fal sebar agar dia bisa menjalankan rencana balas dendam yang sudah dia siapkan matang-matang.
Dalam menjalankan rencana itu, Fal bertemu dengan Rani dan Awi, dua sosok polos yang mengajarkannya berbagai kebaikan. Dia juga mesti berhadapan dengan Aji—cinta masa lalu—yang sudah mengkhianatinya.
Setelah rencana dijalankan dengan begitu rapi, haruskah dia mundur setelah tahu bahwa masih ada ketulusan dan rasa penyesalan dari orang-orang itu? Lantas, bagaimana jika sesungguhnya Fal masih mengharapkan cinta tulus dari Aji?
Ikhtisar:
Nilai minus dari novel Fallega:
- Tokoh Fallega ini memang digambarkan sangat kuat dan tidak rapuh sama sekali, kadang saya sampai kesal karena dia ini terlalu “pemaksa”. Namun, ada orang yang bilang (saya lupa siapa), kalau kita sampai kesal dengan tokohnya, berarti penulis berhasil membuat tokoh yang memorable.
- Universe yang ditawarkan terlalu out of reach sih buat saya. Saya nggak tahu apakah karena saya memang tidak pernah nongkrong di tongkrongan kelas atas atau bagaimana, tapi saya sulit membayangkan kalau kejadian ini terjadi di Jakarta. Mungkin hanya sekitar lingkaran terkecil kaum elit saja yang akan relate dengan apa yang terjadi di dalam novel.
- Terlalu banyak tokoh dan detail yang sebenarnya tidak berpengaruh pada perubahan diri Fallega. Menurut saya, semua jadi kayak bumbu aja. Contoh: geng XVZ yang diketuai oleh Gilang (eh, Gilang kan ya? saya sampai lupa namanya), juga side story dari tokoh lain yang kayaknya terlalu singkat atau bahkan memaksa. Sampai-sampai, kenapa pula si Fallega harus turun tangan untuk mengelabui teman-temannya itu dengan mengacak-acak hidup teman-temannya?
- Kemarahan Fallega kadang membuat saya berpikir bahwa kemarahan tersebut tidak berdasar, tapi ya sudahlah. Saya kurang tahu, kemarahan seperti apa lagi yang bisa terjadi sebagai orang kaya nan elit.
- Masih berhubungan dengan poin di atas. Jika memang keluarga Fallega ini adalah orang terkaya ketiga, mengapa tidak melakukan penetrasi media? Kalau kejadian tersebut membuat nama baik Dinata Corp tercoreng, bukankah menyusup dan membayar media bisa membuat hal itu berangsur hilang?
- Ini semacam dramaception, entah apakah bisa disebut begitu, tapi memang ini semacam drama di dalam drama. Apakah ada seseorang yang bisa mengalami hal tersebut bertubi-tubi?
- Adanya tokoh Awi yang kadang saya kurang paham juga, sebenarnya selain berfungsi sebagai cem-ceman tokoh temannya Fallega, dia ini berfungsi sebagai apa sih?
- Ending yang membuat saya mengernyitkan dahi dan berpikir, “Why, oh just why!”
Nilai plus novel Fallega:
- Saya mendapatkan ini entah dari siapa. Tidak membeli, pun tidak meminta. Namun, suatu hari ada kiriman paket buku, berisi satu buku ini tanpa nama pengirim. Saya bingung. Siapa yang mengirimkan buku ini dan siapa pula yang tahu alamat saya? Curiga deh… Tapi, terima kasih buat pengirim (siapa tahu membaca ulasan ini).
- Alurnya cukup cepat dan perubahan plot yang dipotong cukup rapi membuat saya betah membacanya berlama-lama, dalam sekali tidur-tiduran (red: sekali duduk). Padahal, novel ini tergolong tebal, tapi bisa saya selesaikan dalam waktu enam jam (dari jam 00.00 – 06.00).
- Adanya tokoh Rani yang saya sukai, yang jarang sekali ada di dunia ini. Walau dia kekurangan, lalu mendapat kemudahan, Rani tidak mudah tergoda oleh gemerlap dunia orang elit.
- Gambaran kejahatan yang dilakukan orang karena keterpaksaan, tergambar apik di sini. Sayang, motifnya hanya “iseng” anak muda belaka. ISENG doang, saudara-saudara! Coba kalau motif kejahatan mereka pada Fallega lebih besar dan luas lagi: seperti konspirasi penggulingan kekuasaan Dinata Corp misalnya, konspirasi untuk membuat keluarga Dinata bangkrut, atau supaya bisa diakuisisi perusahaan lain milik temannya Fallega (misal si siapa lah gitu), hal ini akan jadi lebih cantik lagi. Jatuhnya mungkin bukan drama tapi sudah masuk ranah fiksi kriminal. Haha!
Leave a Reply