Di Indonesia, profesi novelis atau penulis fiksi memang belum populer seperti di luar negeri. Secara kasar pun, dapat dikatakan bahwa profesi novelis di Indonesia belum berhasil mencukupi biaya hidup kita. Oleh karena itu, biasanya para penulis fiksi di Indonesia, masih harus membagi waktu antara menulis dengan bekerja penuh waktu. Menulis fiksi mungkin hanya dijadikan hobi, kesenangan, atau pekerjaan paruh waktu.
Jadi, bagaimana biasanya para penulis ini membagi waktu mereka? Tentu hidup tidak hanya untuk bekerja dan menulis, tetapi ada juga waktu-waktu untuk istirahat, tidur, makan, beribadah dan lain-lain. Dari sekian banyak hal yang harus dikerjakan ini, bagaimana cara agar para penulis tetap waras dan bisa menyelesaikan tumpukan ide dan naskah? Beberapa hal di bawah ini mungkin bisa membantumu untuk menyesuaikan waktu.
Tetapkan Target Kata Harian
Sebagai a-so-called penulis fiksi yang juga bekerja kantoran, saya kadang merasa tidak yakin dapat menulis setiap hari. Namun, hal ini bertolak belakang dengan berbagai ide yang terus mengalir di kepala saya. Ide-ide ini terus menyeruak dan minta ditulis, tapi saya sudah terlanjur malas. Jadi, bagaimana cara menanggulanginya? Tentu saja dengan memaksa diri agar setiap hari mau menulis.
Tidak perlu membuat target yang muluk-muluk. Cukuplah buat target yang realistis, misalnya menulis 400 hingga 500 kata per hari. Siapapun tentu dapat melakukan ini. Lima ratus kata per hari adalah jumlah yang sedikit, tetapi jika dilakukan secara rutin, target novel tentu akan tercapai. Misalnya, kita ingin menulis novel sebanyak 50.000 kata, maka dalam 100 hari dengan setiap harinya menulis 500 kata, target itu pasti tercapai. Dalam waktu kurang dari empat bulan, novel baru pun sudah selesai.
Tidur yang Cukup
Hal ini mungkin bertolak belakang dengan banyak hal yang harus dilakukan. Namun, tidur tentulah penting. Tetapkan siklus tidur yang membuat kita nyaman dan ketika bangun, sediakan waktu untuk menulis target harian yang telah ditetapkan. Tidur cukup juga membantu kita mengatur waktu dan tetap fokus. Kita juga bisa mengakali dengan tidur cepat dan bangun pada dini hari, alih-alih begadang sampai pagi. Hal ini tentunya lebih sehat daripada kebiasaan tidak tidur sampai pagi. Saat mulai menulis pada dini hari pun, rasanya ide dan pikiran kita jadi lebih segar.
Siapkan Selalu Buku Catatan
Ide-ide menarik selalu muncul pada waktu yang tidak terduga-duga. Hal itu belum tentu terjadi berulang-ulang. Maka, yang bisa kita lakukan adalah bersiap-siap saat ide tersebut muncul. Kita bisa bersiap dengan membawa buku catatan setiap waktu, atau bisa juga dengan memanfaatkan aplikasi notes di ponsel.
Jadi, alih-alih memaksa ide saat baru akan menulisnya, kita bisa juga menabung ide dan tinggal kita tuliskan saat berada di depan laptop. Ini berguna juga untuk menyimpan berbagai contoh alur, latar, kutipan menarik, juga situasi yang menunjang naskah novelmu.
Baca juga: Tips Menghilangkan Writer’s Block
Belajarlah Disiplin
Agar terampil, semua orang tentu harus disiplin. Maka dari itu, ‘keterampilan’ dalam hal apapun, selalu disebut ‘disiplin ilmu’ (ini cocoklogi saya aja sih). Semua hal yang penting dan patut dipelajari hingga mahir, tentu butuh waktu dan kerja keras. Menulis novel juga tidak jauh berbeda.
Menjadi novelis bukan pekerjaan yang hanya harus dilewatkan saat weekend saja. Justru, menulis novel membutuhkan dedikasi yang lebih tinggi dari sekadar hobi. Kita harus meluangkan waktu setiap hari agar mencapai target. Semua kerja keras itu toh akan terbayar saat kita melihat naskah kita selesai untuk pertama kalinya.
Nah, hal-hal di atas mungkin bisa menjadi kebiasaanmu agar mencapai tujuan dalam menulis fiksi. Kecuali jika kamu sudah menjadi novelis terkenal, orang-orang yang masih bekerja penuh dan ingin tetap menulis, harus menjadi lebih disiplin daripada mereka yang sudah tenar.
Jadi, ini kebiasaan saya. Bagaimana dengan kebiasaan kalian? Share di kolom komentar ya!
Leave a Reply