Tips Menghilangkan Writer’s Block

POSTED ON:

BY:

“There is nothing to writing. All you do is sit down at a typewriter and bleed.” – Ernest Hemingway

Ini adalah halaman A So Called Writing Tips yang saya buat karena iseng. Sebenarnya, hal-hal yang menyangkut tips penulisan itu, saya buat dalam rangka membagi pengalaman saya selama menulis. Karena saya adalah pemula dalam dunia penulisan fiksi dan bukan orang yang mempunyai prestasi maupun karya segudang, maka saya hanya akan membagi pengalaman pribadi ini pada teman-teman semua. Jadi, mohon untuk tidak mengAMINinya seperti teman-teman mengamini tips para penulis yang sudah melanglangbuana di angkasa sana. Da aku mah apa atuh.

Nah, karena ini tips yang muncul dari pengalaman, saya harap tips ini bisa membuka hati dan pikiran teman-teman ketika mengalami hal serupa, yaitu Writer’s Block. Menurut pemahaman saya, writer’s block adalah kondisi di mana tulisan-tulisan kita itu stuck atau mandek karena kehabisan ide, atau mungkin sedang bosan menulis, mungkin sedang galau (eh, tapi biasanya galau itu salah satu stimulan yang baik juga sih untuk mulai menulis lagi), atau mungkin karena faktor lain yang nggak bisa dijabarkan semuanya di sini. Yang jelas, faktor-faktor itu membuat kita sulit untuk menuangkan lautan kata ke dalam “gayung”. Hahaha. apa sih

Terus, bagaimana kiat-kiat yang saya tempuh supaya writer’s block ini nggak banyak bersarang di kepala saya? Atau, bagaimana caranya supaya naskah novel, karya tulis, atau malah SKRIPSI tidak berlama-lama di dalam hard drive dan berlumut hingga nyaris menjadi virus baru dalam dunia komputer? Nah, saya akan coba menjabarkan beberapa cara untuk menghindari atau malah melarikan diri dari writer’s block yang mematikan fungsi-fungsi merangkai kata di dalam salah satu bagian otak kita. Dalam pos ini, ada beberapa stimulan yang sering kali saya gunakan ketika menghadapi fase writer’s block. Stimulan ini ya semacam “thingy thing” yang bakal membantu untuk menstimulasi kinerja berpikir. Ini kesimpulan sembrono yang saya tarik sendiri ketika saya memakai cara-cara ini untuk lari dari writer’s block. Tapi, percayalah! Ini bekerja lho! 😀

Menonton Film

Satu cara yang saya tempuh untuk melarikan diri dari kurangnya ide adalah dengan menonton berbelas-belas film yang cukup menginspirasi, baik dalam dan luar negeri. Film-film ini biasanya saya dapat dari mencuri data di hard drive teman, mencuri koneksi warung milkshake depan indekos untuk mengunduh film, ataupun mencuri hal-hal lain yang berkaitan. Tapi, tenang saja. Saya nggak pernah mencuri DVD dari toko DVD bajakan di dekat kost kok. Hahaha. Sudah era torrent download, kenapa masih harus beli DVD? Long life piracy! Puja kulit kerang ajaib! :))

Nah, beberapa film yang saya tonton memang nggak semuanya menyentuh perasaan, bahkan nalar. Tapi, ada banyak juga film yang membuat saya terus mengulangnya, bahkan nggak bisa move on sampai beberapa hari ke depan. Ada juga yang sampai beberapa minggu ke depan. Film-film ini, biasanya saya perhatikan secara menyeluruh, karena dari film-film itu, saya bisa mendapatkan ide, penokohan, latar tempat, perasaan, bahkan situasi yang bisa dipelajari untuk dituangkan ke dalam beberapa karya fiksi yang sedang atau akan saya buat.

Mendengar Musik

Mendengarkan musik keras-keras, bisa membuat saya fokus kembali. Biasanya, setelah bosan mengetik, saya menyalakan pemutar musik dan memutar lagu-lagu di dalamnya secara acak. Ada ribuan lagu di HDD sehingga saya malas memilihnya, kecuali ingin membuat mixtape seperti yang nanti saya jelaskan di poin berikutnya. Kalau di poin ini, saya biasanya cukup mendengarkan lagu yang dipilihkan oleh pemutar musik secara shuffle. Nah, sambil ngopi, terus dengar musik. Sudah merasa segar seperti sedia kala, saatnya lanjutkan tulisan! 😀

Menyusun Playlist atau Mixtape

Lalu, di poin ini, apa bedanya dengan poin dua? Ada banget bedanya! Di poin ini, yang membedakan dengan mendengar musik secara acak, ya jelas di bagian pembuatan playlist. Kadang, saya juga mengemasnya jadi Mixtape yang utuh, berikut gambar-gambar yang mewakili. Kadang, saya unggah juga, untuk diunduh secara bebas. Haha. Misal, mixtape “A Rainy Day” untuk didengarkan saat hujan. Atau, salah satu mixtap saya, berjudul Angin Juli, untuk didengarkan di bulan Juli yang berangin kering karena kemarau. Sambil duduk di jendela lantai dua rumah, saya memotret awan yang bergulung di langit biru Cimahi, dari atas genteng rumah saya. Lalu, saya edit sedemikian rupa (sederhana saja sih, karena saya nggak jago manipulasi gambar digital). Sudah itu, saya pilih lagu-lagu yang cocok dengan suasana saat itu dan mengemasnya bersama dengan liner notes dan gambar-gambar tadi. Sudah saya unggah, saya dengarkan juga lagu itu dari pemutar musik saya. Jumlahnya tidak banyak. Biasanya saya hanya membuat mixtape dengan sepuluh lagu pilihan. Kadang, bisa sampai lima belas juga sih, tapi tidak pernah lebih dari itu karena lagu-lagu di dalamnya itu yang benar-benar touching aja yang saya pilih. Mixtape ini saya dengarkan saat suasananya cocok. Saat menulis juga.

Browsing

Apa lagi coba yang bisa membantu riset karya fiksi kita selain browsing di mesin pencari semacam Google? Saya banyak menulis hal-hal yang jauh di jangkauan, seperti ekspedisi gunung, perjalanan jauh, kunjungan ke negara lain, atau hal-hal lain seperti kisah alien misalnya. Nah, hal semacam ini kadang saya cari di buku-buku yang memuat tentang tema itu dan membahasnya. Tapi, kadang saya malas ke perpustakaan dan hanya ingin ada di rumah saja. Saat stuck dengan riset atau tulisan yang ingin dibereskan tapi tak kunjung beres, bagaimana caranya coba untuk menghalaunya kalau saya tidak melakukan riset di bagian tertentu tulisan saya itu? Belum lagi, saya malas kemana-mana, lalu bagaimana nasibnya tulisan saya ini? Tentu cara termudah adalah dengan mengunjung situs mesin pencari. Berbekal koneksi internet minim pun, saya masih bisa berkeliling dunia lewat situs mesin pencari. Setelah browsing beberapa lama, biasanya akan ketemu juga hasil yang diinginkan. Hal-hal yang berkaitan dengan si novel yang nyaris berlumut pun, pasti akan ketemu. Selain untuk mencari data, browsing ini juga untuk bersenang-senang. Misalnya, mengumpulkan foto idola atau stalking orang gitu. :))

Membaca Manga

Ini salah satu kegiatan penting kala suntuk melanda saat sedang menulis sesuatu. Saya sih tentu banyak menulis karya fiksi akhir-akhir ini. Keinginan berkelana di dalam fiksi semakin besar dan saya mencoba untuk terus mengasah kemampuan menulis. Tapi, mau bagaimana lagi ketika writer’s block itu datang? Satu-satunya kegiatan yang saya lakukan berjam-jam, berhari-hari, sampai jarang tidur itu ya ini. Mengunduh manga, atau membaca manga daring di beberapa penyedia pindai manga.

Beberapa bulan ke belakang, saya banyak membaca manga yang berkutat pada dunia action dan musik. Beberapa manga itu di antaranya Crows, Worst, turunan CrowsxWorst, dan Beck. Saya juga membaca Yowamushi Pedal dan manga-manga lainnya. Ini menyenangkan. Saya suka sekali dengan Crows dan Worst, juga turunannya itu. Saya malah agak susah move on sama beberapa tokoh di manga-manga itu. Saya kadung cinta sama Bouya Harumichi, Hiromi, Tsukimoto Mitsumasa, Kunou Ryuushin, Fujishiro Takumi, dan Bandou. Banyak juga sih yang lain. Tapi, cuma beberapa itu yang benar-benar melekat di hati. Selain karena fisik mereka yang dibuat “laki-laki banget”, beberapa juga digambarkan memiliki sifat periang dan humoris.

Saya jadi semangat menulis dan mereka juga saya tuangkan di penokohan karya-karya fiksi saya. Ciri-ciri fisik beberapa tokoh di novel maupun novelet yang saya tulis, agaknya menyerupai tokoh-tokoh tadi. Habis mau bagaimana lagi, mereka sudah kadung mendapat tempat di hati saya. Dengan menulis mereka dalam bentuk yang lain, mereka akan selamanya ada di sana. Jadi, saya tidak akan melupakan mereka.

Streaming K-DRAMA

Teman-teman yang sangat hapal dan tahu kepribadian saya seperti apa, pasti langsung berkata, “Hah? Kamu suka K-DRAMA?” Mata mereka akan melotot, lalu tertawa dan geleng-geleng kepala. Banyak dari mereka yang mengenal saya sebagai pribadi yang aneh, sedikit maskulin, dan tidak ada romantis-romantisnya. Haha. Tentu hal ini sangat kontras dengan hobi streaming K-Drama. Tapi, percayalah! K-Drama ini banyak membantu saya dalam menstimulasi otak supaya bisa menulis. Berbagai plot, penokohan, tema cerita (meski akhirnya predictable juga), dan bagaimana cara tokoh-tokoh itu berinteraksi tanpa terkesan memaksa, benar-benar membantu saya dalam pengembangan outline novel menjadi cerita utuh yang saling menguatkan.

Saya perlu banyak belajar, dan untuk menstimulasi itu semua, saya perlu menonton di samping membaca. Saya harus masuk ke dalam perasaan tokoh dan cerita. Satu-satunya cara ya dengan menonton K-Drama itu, karena K-Drama ini mudah sekali membuat saya sedih. Banyak K-Drama yang menarik, karena meski dalam drama itu ada love line, tema-tema yang disodorkan oleh drama Korea begitu beragam. Suatu cerita dibangun dengan latar belakang yang berbeda-beda. Misalnya, cerita tentang chef dalam Pasta atau Baker King Kim Tak Goo. Aksi para investigator dalam Ghost, H.I.T, atau Special Investigation Team. Kisah yang berbalut dendam, masa lalu kelam, atau kisah-kisah unik yang penuh humor. Nah, beberapa K-Drama ini saya tonton seperti orang kesetanan hingga akhirnya membantu saya menulis beberapa cerita yang sempat stuck karena pusing mau melanjutkan seperti apa.

Beberapa Drakor Favorit Saya

Mengobrol

Berbagi cerita dengan teman penulis atau dengan siapapun kadang menstimulasi pikiran kita juga. Dari obrolan-obrolan kecil, biasanya lahir ide baru maupun ilmu baru yang bisa diaplikasikan ke dalam berbagai tulisan. Jangan lupa untuk memperbanyak jaringan di dalam dunia penulisan fiksi, misalnya berteman dengan editor, anggota komunitas penulisan, bergabung dengan komunitas pembaca dan berinteraksi sebanyak mungkin dengan mereka. Dari mereka, biasanya akan ada pembicaraan yang kadang menyangkut struktur cerita, bagus-tidaknya novel atau cerita menurut standar mereka, ilmu tentang alur cerita, dan lain-lain. Nah, dari pembicaraan ini, kita akan mengetahui, karya bagaimana yang sedang mengalir di pasaran fiksi dan bagaimana kita harus menempatkan tulisan kita di dalam aliran tersebut.

Membaca Karya Teman

Ini yang paling sering saya lakukan. Saya melakukan pertemanan dengan beberapa penulis yang juga sudah lebih dulu melanglangbuana dan menurut saya, karyanya patut mendapat apresiasi. Saya menghargai setiap orang yang berusaha, apalagi dalam dunia tulis-menulis fiksi. Tidak banyak orang yang bisa menghadirkan cerita-cerita dengan tema lain dan dituturkan dengan begitu lancar. Saya menikmati proses membaca karya seperti itu, apalagi kalau karya itu datang dari teman-teman. Tidak hanya dari karya mereka yang sudah terbit saja, kadang saya membaca juga tulisan yang mereka muat di situs pribadi mereka juga. Dengan begitu, saya bisa mengikuti perkembangan menulis mereka untuk membantu perkembangan menulis saya sendiri. Saat writer’s block, membaca jadi salah satu stimulan yang bisa diandalkan. Itulah alasannya mengapa saya suka sekali membeli buku. Hahaha. Bahkan, kalau dibilang pelit, saya ini benar-benar pelit selain urusan dengan buku. 😀

Nah, kira-kira, inilah daftar kegiatan yang saya lakukan ketika sedang dilanda writer’s block. Dengan kegiatan ini, kadang saya mampu mengatasi writer’s block itu dengan cepat dan saya bisa melanjutkan naskah-naskah maupun tulisan-tulisan lainnya sehingga tidak berkerak di dalam HDD saya. Teman-teman bisa mencobanya juga, walaupun saya tidak tahu pasti apakah efektif dan berfungsi pada teman-teman, karena tulisan ini memang berdasarkan pengalaman pribadi. Biar begitu, semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat teman-teman. Yah, mungkin ada beberapa yang nyantol sama teman-teman.



Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (62) Ayu Welirang's Bibliography (9) Blogging Story (2) BS-ing everyday (7) Buku (63) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (18) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (10) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (13) NgomonginSeries (5) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (3) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (72) Riset Tulisan (2) Rumah Kremasi (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (5) Short Stories (11) South Tangerang (1) Sumatera (3) talk about living my life (3) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (7) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: