Mengenal Sudut Pandang atau POV Novel

POSTED ON:

BY:

Salah satu elemen fiksi adalah sudut pandang atau point of view (POV). Singkatnya, POV adalah suatu perspektif atau bagaimana cara penulis memandang dan menceritakan kisahnya. Penulis dapat memilih POV untuk cerita mereka dari tiga perspektif di bawah ini.

  • POV 1: Sudut pandang orang pertama, biasanya memakai aku atau kami.
  • POV 3: Sudut pandang orang ketiga, biasanya memakai “dia”.
  • POV 2: Sudut pandang orang kedua, biasanya memakai “kamu” atau “kau”. POV 2 ini merupakan yang paling jarang digunakan, sekaligus paling tricky, menurut saya.

Sebagai penulis, pemilihan POV juga harus strategis dan tepat. Ada hal-hal yang harus dipertimbangkan saat akan menulis cerita dengan POV tertentu, sebab POV akan mengantarkan Anda pada bagaimana Anda bercerita. Maka, untuk lebih jelasnya, saya akan coba membahas sedikit tentang POV.

POV 1 – Orang Pertama

POV pertama ini membatasi pembaca kepada satu perspektif karakter saja. Seperti buku “On the Road” misalnya, di mana POV orang pertama menempatkan pembaca secara langsung dalam mobil Sal Paradise dan Dean Moriarty. Pembaca mengikuti kisah Sal yang bercerita tentang perjalanannya bersama Dean Moriarty. Orang pertama biasanya membuat cerita lebih personal.

Dalam kisah-kisah misteri, sudut pandang orang pertama ini membuat teka-teki yang harus dipecahkan jadi semakin menarik. Kesulitannya, POV 1 tidak bisa pindah pandangan atau perspektif, sehingga kita akan dibuat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Kita juga harus menulis linier, hanya di satu garis lurus dan tidak bisa tiba-tiba lompat alur atau lompat adegan.

POV 3 – Orang Ketiga

Pada POV 1, penceritaan akan lebih kuat. Namun, pada POV 3, cerita yang disampaikan akan lebih beraneka. Orang ketiga membuat penulis bisa mengeksplorasi cerita dalam universe yang lebih rumit. Dia bisa melompat ke berbagai macam tokoh dan menjadi “serba tahu”. Ini juga biasanya digunakan dalam penulisan cerita-cerita yang memiliki alur cepat, seperti kisah aksi, thriller, dan kadang kisah dramatis.

Orang ketiga pasti selalu menceritakan karakter dengan kata ganti “dia”, “mereka”, atau malah menyebutkan nama karakter saja jika harus berganti-ganti ke berbagai tokoh. Kemudahan POV 3 ini adalah, Anda bisa memainkan plot sedemikian rupa.

POV 2 – Orang Kedua

POV 2 ini agak sulit dipraktikkan sih sebenarnya, sebab saya pun jarang memakai POV ini. Sudut pandang orang kedua akan memandang Anda, si pembaca. Contohnya begini:

Kamu sedang membaca blog ini ketika kamu akan meminum kopi. Namun, kamu jadi memikirkan, bagaimana aku tahu bahwa kamu hendak meminum kopi?

Kamu pun bergumam, “Apa-apaan sih ini? Sialan!”

Mungkin sama kesalnya seperti saat kamu hendak membuka Instagram tetapi kehabisan kuota.

POV 2 agak jarang digunakan karena menyulitkan penulis saat mengembangkan karakter. Sulit juga untuk mempertahankan model narasi dalam karya yang lebih panjang lagi, seperti novel misalnya.

Jika saya ditanya mengenai POV yang paling saya sukai, tentu saya akan menjawab POV 3. Saya lebih sering memakai POV 3 dalam beberapa novel saya. Namun, saya kini sedang mencoba POV 1 untuk salah satu naskah detektif. Saya coba untuk menulis linier dan menahan teka-teki di belakang. Berbeda dengan ketika saya menulis dengan alur cepat dan memakai POV 3. Masing-masing POV tersebut memberi kesan dan tantangan yang berbeda.

Mungkin, kapan-kapan saya akan coba menulis novel dalam POV 2, kalau sudah mantap. Berhubung sekarang masih coba-coba POV tersebut, saya akan latihan dulu.

Nah, bagaimana dengan kalian? POV mana yang biasa kalian gunakan? Jangan lupa berbagi di kolom komentar ya.

***

Serial “Elemen Fiksi” lainnya:



Related posts

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (62) Ayu Welirang's Bibliography (9) Blogging Story (2) BS-ing everyday (7) Buku (63) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (18) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (10) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (13) NgomonginSeries (5) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (3) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (72) Riset Tulisan (2) Rumah Kremasi (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (5) Short Stories (11) South Tangerang (1) Sumatera (3) talk about living my life (3) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (7) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: