Seharusnya, artikel kali ini menjadi tips pertama. Namun, karena baru sempat menuliskannya, jadi ya sudahlah. Artikel ini akan menjadi tips ke-14 dalam serial tips menulis yang saya kembangkan melalui praktik nyata ketika saya menulis fiksi.
Siapapun yang bilang bahwa menulis fiksi tidak bisa dipelajari, berarti ia doyan berkata hal-hal nonsens. Inspirasi memang tidak bisa dipelajari, tetapi teknik menulis tentulah bisa. Teknik menulis merupakan sejenis keahlian, tidak ada bedanya dengan—katakanlah memasak, menjahit, maupun menggambar.
Dalam memasak, beberapa orang memiliki keahlian lebih, suatu sifat alami dalam membentuk rasa masakan yang enak dengan berbagai bumbu. Namun, orang yang punya kelebihan itu bukan satu-satunya yang bisa membuat masakan lezat. Sama halnya dengan menulis. Semua orang bisa merangkai kata dengan baik, jelas, dan bahkan terstruktur. Bahkan, tulisan tersebut juga bisa ‘bercerita’. Nah, jika kalian yang mampir ke sini bertujuan untuk menulis cerita, atau ingin belajar untuk menulis fiksi secara lebih baik, artikel ini mungkin akan membantu.
Menulis Secara Bebas
Teknik ini semacam cara termudah untuk tenggelam dalam kata-kata dan biasa disebut freewriting. Selain itu, freewriting bahkan sering digunakan oleh para penulis berpengalaman ketika mereka mengalami writer’s block. Beberapa orang merasa lebih nyaman saat menulis tanpa struktur, tetapi jika Anda bukan salah satu dari orang itu, maka mulailah dengan menyusun outline untuk cerita Anda.
Mulai dari Cerpen
Beberapa penulis fiksi berangkat dari menulis cerita pendek. Mereka awalnya menulis beberapa lembar prosa pendek, lalu mereka kembangkan dalam format yang lebih panjang, seperti cerita bersambung, novella, dan bahkan novel. Namun, sebelum memulai, ulaslah terlebih dahulu aturan dasarnya. Walau menulis bisa dibuat sederhana, tetapi perlu ada aturan dasar yang dipenuhi dalam menulis fiksi, seperti alur, latar, penokohan, sudut pandang, dan aturan lainnya. Dengan memulai dari cerita pendek, biasanya akan ada banyak ide-ide muncul dalam kepala. Ide tersebut akhirnya akan memuncul karya-karya lain yang lebih matang. Menulis cerpen juga bisa mengasah kemampuan Anda dalam menyusun plot dan alur cerita, hanya saja dalam format yang lebih pendek.
Plotting Cerita
Setelah belajar menulis fiksi dari cerita pendek, lalu Anda bisa mulai dari elemen lain pada fiksi, seperti alur atau plot. Dengan outline yang sudah Anda susun, mulailah untuk menjabarkan kerangka tersebut ke dalam alur yang ada di kepala Anda. Plot menjadi kunci utama cerita Anda, di mana ia menjadi jalur untuk tokoh-tokoh cerita Anda berjalan atau berlari. Bagaimanapun, plot yang gagal akan membuat cerita dengan tema sehebat apapun menjadi tidak bernyawa.
Baca juga: 5 Langkah Dasar dalam Membuat Plot Novel
Karakter
Dalam menulis fiksi, Anda perlu mengenal karakter Anda sendiri. Deskripsikan fisiknya, sifatnya, hal yang disukai dan tidak disukai, pendidikannya, pekerjaannya, kelebihan dan kekurangannya, juga ketakutan tokoh Anda pada sesuatu. Tips mengenai pengembangan tokoh atau karakter ini, sudah pernah saya tulis dalam “Tips Sesat: Penokohan Karakter Fiksi”.
Setting atau Latar
Beberapa orang percaya, bahwa latar cerita adalah salah satu elemen terpenting dalam sebuah cerita. Latar akan menentukan segala situasi dalam cerita Anda. Jika Anda baru mulai menulis, elemen ini mungkin akan sedikit abstrak. Namun, Anda bisa mempelajarinya dalam “Tips Sesat: Membangun Latar atau Setting dalam Novel”. Pada artikel saya yang itu, saya mencoba untuk sedikit menjelaskan bagaimana cara membangun “dunia” dalam cerita Anda. Istilah populernya adalah worldbuilding.
Sudut Pandang dan Dialog
Dua hal ini menjadi dua sisi yang saling bersinggungan, bahkan beriringan. Dalam menulis cerita, Anda harus memutuskan bagaimana Anda akan bercerita? Lewat sudut pandang (POV) orang pertama atau orang ketiga? Hal ini akan membedakan keseluruhan cerita. Ada kelebihan dan kekurangan dari kedua POV ini. Sebagai contoh, dalam POV 1, tokoh aku akan banyak bercerita. Ia akan bertindak sebagai narator sekaligus pemantau jalannya cerita. Namun, ia tidak bisa melihat terlalu banyak, karena apa yang diceritakan hanyalah apa yang ia saksikan. Nah, jika Anda kesulitan, mungkin Anda bisa mulai dari POV 3, di mana narator atau pencerita akan selalu memakai kata ganti orang ketiga atau menyebut nama tokoh. Dengan memakai sudut pandang orang ketiga ini, Anda dapat melihat dari berbagai sudut, dan tidak hanya dari pandangan “aku”.
Dialog juga berperan ketika Anda memutuskan suatu sudut pandang. Anda harus merangkainya seteliti mungkin, karena jika ada yang berubah POV-nya, maka akan jadi fatal. Keseluruhan cerita akan mendapat sudut pandang lain atau berbeda, dan pembaca akan kebingungan.
Dari elemen-elemen ini, secara lebih jelasnya akan saya gambarkan kapan-kapan. Untuk saat ini, silakan Anda pelajari beberapa seri “tips menulis” dari saya yang juga telah saya tuliskan di sini. Anda bisa langsung klik menu teratas situs ini dan seri menulis akan muncul semua.
Terima kasih telah mampir. Selamat menulis! Jangan lupa tinggalkan komentar Anda, atau link tulisan fiksi Anda yang telah berhasil diselesaikan. Saya akan dengan senang hati membacanya.
Leave a Reply