Judul: Sebelas
Penulis: Dya Ragil
Penerbit: Ice Cube KPG
Terbit: 4 Mei 2015
Tebal: 277 halaman, paperback
ISBN: 9789799108586
“Boleh berapa pertanyaan?”
“Satu.”
Aku mencibir. “Pelit.”
“Pelit gimana? Aturan main kita kan dari dulu begitu.”
Aku bersedekap dan menatapnya lekat. “Simpel kok, kenapa Mas Bara berhenti main bola?”
Kembali ke Jogja, Rania tak habis pikir mengapa Mas Bara berhenti main bola. Penasaran dengan keputusan Mas Bara, Rania tergerak untuk mengorek informasi dari teman-teman terdekat Mas Bara. Penyelidikan Rania ternyata berujung pada perkenalannya dengan dua senior yang paling berpengaruh di ekskul sepakbola: Mas Danang yang berlagak sebagai pelatih dan Mas Bayu, kapten tim ekskul yang begitu membenci Rania dan Mas Bara. Ternyata mencari tahu alasan Mas Bara berhenti main memang tidak semudah membalikkan telapak tangan—sama dengan tidak mudahnya menjadi pesepak bola perempuan.
***
Akhir-akhir ini, saya lagi senang memperhatikan kehidupan remaja, apalagi remaja-remaja dalam fiksi (mungkin karena masa remaja saya tidak seindah masa remaja orang lain). Beberapa memang terlihat sangat sempurna dan nggak realistis, tapi yang realistis juga bisa dibilang banyak. Salah satunya yang saya baca adalah novel ini-novel seorang teman di dunia maya yang mengambil tema persepakbolaan. Oh ya, pertama-tama saya ucapkan selamat buat Aocchi atas terbitnya novel Sebelas. *tebar confetti
Nah, novel ini beda. Isi novel ini adalah tentang seorang perempuan bernama Rania, yang bermimpi untuk menjadi pesepak bola putri. Di tengah mimpinya itu, Rania malah dihadapkan pada masalah kakaknya yang tiba-tiba berhenti main bola. Ketika Rania mencari jawaban atas pilihan kakaknya, Rania bertemu dengan orang-orang yang ada di sekitar kakaknya. Dari sanalah, cerita demi cerita bergulir.
Yang saya nggak sangka adalah ending kisah ini. Seperti di beberapa ulasan mengenai novel ini, rasanya kiprah Rania di persepakbolaan memang nggak sebanyak novel remaja berisi pemain basket. Padahal, kalau kisah ‘main bola’ si Rania ini diperluas lagi, jadinya mungkin bakal asyik. Terus, kok rasanya saya sedih ya karena si Yudha nggak jadi sama Rania? Saya pikir, Rania begitu sama Yudha karena dia suka Bayu. Hahaha. Padahal, Bayu itu kan …… (spoiler terhapus 😛)
Intinya, tokoh utama sebagai penutur di sini kurang menunjukkan gerak-gerik. Mungkin karena dia berhubungan dengan banyak orang jadi dirinya sendiri malah terlupakan. Si tokoh utama ini malah ngurusin orang lain. Terus, di akhir cerita yang itu (spoiler aja nggak nih?), tokoh utama rasanya kurang shock. Masa iya shock therapy itu nggak mempan? Biasanya kan, remaja pada umumnya bakalan shock, hilang arah, bahkan nangis berhari-hari, saat mengetahui fakta-fakta mengejutkan tentang dirinya.
Leave a Reply