Bacabaca 34: Interlude oleh Windry Ramadhina

Judul: Interlude
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagasmedia
Terbit: Mei 2014
Tebal: 380 halaman, paperback
ISBN: 9789797807221

Hanna,
listen.
Don’t cry, don’t cry.
The world is envy.
You’re too perfect
and she hates it.

Aku tahu kau menyembunyikan luka di senyummu yang retak. Kemarilah, aku akan menjagamu, asalkan kau mau mengulurkan tanganmu.

“Waktu tidak berputar ulang. Apa yang sudah hilang, tidak akan kembali. Dan, aku sudah hilang.” Aku ingat kata-katamu itu, masih terpatri di benakku.

Aku tidak selamanya berengsek. Bisakah kau memercayaiku, sekali lagi?

Kilat rasa tak percaya dalam matamu, membuatku tiba-tiba meragukan diriku sendiri. Tapi, sungguh, aku mencintaimu, merindukan manis bibirmu.

Apa lagi yang harus kulakukan agar kau percaya? Kenapa masih saja senyum retakmu yang kudapati?

Hanna, kau dengarkah suara itu? Hatiku baru saja patah…

***

Seperti buku-bukunya kak Windry yang lain, Interlude adalah page turner yang dalam sekali duduk bisa diselesaikan. Tapi, mungkin ini agak beda dari buku kak Windry yang lainnya. Yah, gimana ya menjelaskannya? Mungkin, karena ini naskah pesanan (seperti yang sudah dijelaskan dalam ucapan terima kasih di bukunya)?

Jadi, karena ini pesanan, mungkin agak lebih dipaksakan untuk bercerita sehingga konfliknya kurang tergali dengan baik. Trauma pelecehan seksual biasanya membuat orang menarik diri dan benar-benar defensif terhadap kehadiran orang lain. Tapi, masa iya sih Hanna bisa begitu terbuka lagi terhadap laki-laki dengan mudah (atau bahasanya, kenapa dia bisa begitu dengan Kai, walau Gitta sudah memberitahu tentang Kai yang berengsek?). Padahal, terapis Hanna yang perempuan saja agak susah berbicara dengan Hanna. Tapi, seorang ‘laki-laki’ seperti Kai bisa bicara dengan Hanna dan membuat gadis itu tidak bisa berpaling. Ini semacam ‘keanehan’ yang saya temui. Saya jadi berpikir, jangan-jangan Hanna memang terlalu tebar pesona atau pura-pura penasaran? Atau dia memang centil begitu aslinya?
Selain itu, alasan hidup Kai yang asal-asalan hanya karena keluarga broken home atau tidak bisa menyelesaikan konflik dalam keluarga itu juga agak klasik, seperti klasiknya sinetron Indonesia yang memiliki tema serupa. Biarpun begitu, secara keseluruhan sih oke-oke saja buat saya yang juga suka musik, walau musik yang disajikan di sini dominan jazz. Pengetahuan akan jazz dalam buku ini juga memberi bobot lebih bagi pembaca.

Yang paling saya sukai malah bukan dari penggalian konflik personal Hanna, tapi memang gaya bercerita kak Windry sendiri. Seperti biasa, kak Windry sukses memakai bahasa baku yang tidak kaku walau disajikan dalam novel romance ini. Sampai kapanpun, menulis kisah cinta perkotaan dengan bahasa baku yang bagus seperti ini, bukan perkara mudah.

Jadi, dengan pertimbangan tersebut, saya memberikan rating 3.5, terlepas dari konfliknya yang kurang tergali dan escalated quickly.



Related posts

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (62) Ayu Welirang's Bibliography (9) Blogging Story (2) BS-ing everyday (7) Buku (63) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (18) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (10) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (13) NgomonginSeries (5) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (3) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (72) Riset Tulisan (2) Rumah Kremasi (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (5) Short Stories (11) South Tangerang (1) Sumatera (3) talk about living my life (3) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (7) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: