Penulis: Dedek Fidelis
Penerbit: Moka Media
Tahun Terbit: 2014
Tebal: 224 halaman, paperback
ISBN: 9789797959043
Bagi Kiara, kejutan datang bersama denting piano Pachelbel Canon In D yang dimainkan sosok pemuda di sebuah senja, sepersekian detik selanjutnya, ia jatuh cinta pada pemuda itu.
Namun, saat Kiara merasa telah menemukan cinta pertamanya, ia justru mengalami kecelakaan. Kiara berpikir ia sudah meninggal, tapi sesuatu yang tidak pernah ia percaya terjadi. Kiara mengalami perjalanan waktu; berpindah ke masa depan dan berjumpa dengan banyak hal yang tak pernah ia bayangkan.
Lalu, apakah cinta Kiara menghilang begitu saja seperti halnya waktu yang acapkali menipu?
***
Novel ini merupakan kisah cinta dengan ide yang cukup menarik atau terbilang jarang dituliskan di Indonesia. Ide besarnya adalah tentang cinta yang melintasi waktu. Namun, menurut saya pribadi, eksekusi ide ‘time travel’ yang ada dalam novel ini kurang oke. Ada beberapa miss di sana-sini. Lompatan kisah per bab juga rasanya kurang pas atau terlalu terburu-buru.
Apa mungkin hal ini terjadi karena Dedek Fidelis lebih terarah dalam membuat sajak? Atau kisah roman yang klasik? Kalau saya tidak salah ingat, dahulu saya mengetahui Dedek Fidelis dari sebuah forum kepenulisan bernama Kemudian.com. Dedek Fidelis banyak menulis karya puisi yang magis dan sungguh keren (menurut saya). Namun, saya kadung menaruh ekspektasi tinggi terhadap novel ini, karena saya pikir akan seperti The Girl Who Leapt Through Time, atau film Jepang yang baru-baru ini rilis (dengan pemeran favorit saya yaitu Sota Fukushi), berjudul Tomorrow I Will Date with Yesterday You. Saya pikir, eksekusi ‘time travel’ dalam novel Melodi ini, akan sekeren eksekusi isu yang sama di manga-manga Jepang.
Tapi, ya sudahlah. Namanya juga menulis. Ketika menulis, kita memang seringkali ingin memposisikan diri kita sebagai pembaca. Jadi, mungkin memang inilah yang ingin Dedek Fidelis sampaikan pada pembaca, dari kacamata pembaca. Walaupun anak pertamanya ini masih kurang memuaskan saya sebagai pembaca, tapi jujur saya akan menantikan lagi karya-karya Bang Dedek lainnya.
Leave a Reply