Penulis: Brahmanto Anindito dan Rie Yanti
Penerbit: Gagasmedia
Tahun Terbit: 2010
Tebal: 314 halaman, paperback
ISBN: 9789797804435
Semua orang pernah diabaikan oleh orang-orang di sekitarnya. Tapi, pernahkah kamu diabaikan setelah disanjung-sanjung? Setelah dimanjakan dalam dekapan kain satin yang lembut?
Tanyakan pada Nindhita Irani Nadyasari bagaimana rasanya. Tanyakan siswi berprestasi itu bagaimana perihnya ditinggalkan dan dibenci orang-orang terdekatnya.
Dulu, Nadya selalu menjadi perhatian guru-gurunya, membuat bangga orangtuanya, dan dikagumi teman-temannya. Namun masa itu telah berlalu. Perlahan, murid SMA itu mulai dilupakan. Sinarnya kian pudar. Dalam kondisi seperti itu, Nadya tentu butuh prestasi yang istimewa untuk mendapatkan kembali perhatian orang-orang. Maka dia mencoba mengikuti lomba bergengsi se-Bandung Raya. Dia terus mengasah diri menjadi sastrawan Sunda. Dan yang lebih mulia: mengangkat derajat Sastra Sunda di mata dunia! Tekadnya begitu kuat. Hatinya begitu keras. Tapi nuraninya menjadi mati. Dengan lancar, Nadya melakukan tindakan-tindakan ekstrim. Dunia Sastra Sunda yang diperjuangkannya pun kini malah menangis.
***
Gila!
Ada ya anak SMA seperti ini? Hehehe. Eh ada sih, karena saya waktu masa SMA dulu juga pernah mengalami jadi seseorang yang ingin signifikan seperti Nadya. SMA memang masa di mana seseorang menghadapi kondisi terabaikan, entah karena hal apa. Jadi, anak SMA biasanya akan lebih labil dan lebih sensitif. Anak SMA butuh eksistensi dan pengakuan, dalam bidang apapun. Mereka ingin diakui dan tak jarang anak SMA yang makin ambisius untuk menghadapi dunia. Mereka harus melakukan apapun demi eksistensi!
Di tengah-tengah kehidupan siswi SMA ini, beberapa kematian mengenaskan dan tiba-tiba dari para seniman sastra Sunda ini membuat Satin Merah menarik. Kalau tidak salah, Satin Merah sendiri merupakan akronim dari “sastra tinta merah” (?) yang cukup menjelaskan apa isi dari novel ini. Tentu saja artinya adalah, novel ini memuat adegan pembunuhan, darah, dan kematian orang. Genre thriller yang membawa salah satu budaya Sunda ini menjadi lebih menarik karena diterbitkan oleh Gagasmedia yang umumnya menerbitkan novel-novel kisah cinta. Dan beruntunglah saya, karena mendapatkan novel ini secara cuma-cuma dari seseorang (di saat novelnya sudah sulit ditemukan di toko buku).
Saya tertarik pada novel ini, awalnya karena desas-desus di forum buku Kaskus yang membahas buku ini. Ketika itu, beberapa penulis novel thriller di Indonesia sedang berjaya dan menerbitkan rangkaian novel thriller garapan mereka, hingga akhirnya novel ini pun mencuat ke permukaan. Saat ada kesempatan untuk memiliki novel ini secara gratis, langsung saja saya menawarkan ‘lemari’ pada donatur buku yang memberikan novel-novel lainnya bersamaan dengan novel ini. Lalu, setelah menghabiskan satu novel paranormal romance, saya langsung membaca ini di hari libur kerja.
Hasilnya, luar biasa. Buku tiga ratus halaman bisa dihabiskan dalam waktu kurang lebih lima jam saja. Ada beberapa plot twist yang muncul dalam buku ini. Bahkan, hingga akhir novel pun, Anda masih akan disuguhi plot twist, atau mungkin sebuah ending yang tidak terduga.
Leave a Reply