Apakah Genre?
Genre mungkin bisa dibilang seperti kategori atau pembagian gaya dalam seni, musik, atau bahkan literatur. Sebagai penulis, genre ini mengontrol apa yang kalian tulis dan bagaimana cara menulisnya. Misalnya saja, genre para penulis blog atau blogger, tentu berbeda-beda. Ada yang memusatkan isi blog untuk curhat saja, ada yang berbagi resep, berbagi tutorial hijab dan make up, bahkan sebagai sarana untuk berbagi kebahagiaan liburan melalui photo journal perjalanan. Dalam fiksi, genre akan membedakan segmentasi, gaya penulisan, dan juga fokus dari novel yang ditulis. Genre adalah DNA awal, atau embrio dari karya-karya yang akan ditulis. Selain genre, ada juga yang disebut dengan sub-genre, misalnya saja dalam genre thriller. Dalam thriller, beberapa sub-genre lahir, seperti thriller sejarah, spionase, medical thriller, political thriller, techno thriller, psychological thriller, dan lain sebagainya.
Lantas, apa pentingnya mengkaji genre?
Dari sini akan saya coba jawab dengan beberapa pendekatan. Genre dianggap penting, karena genre mengisi ekspektasi pembaca. Biasanya, kita membeli buku yang genrenya mirip, karena kita menikmati buku tersebut saat dibaca. Selain itu, genre membentuk segmentasi pembaca, sehingga ketika kita menulis novel, kita sudah tahu khalayak dari novel kita. Selain segmentasi khusus, genre juga menjadi segmentasi umum ketika novel yang ada di pasaran mengalami trend yang berubah-ubah. Misal, tahun 2016 sedang gandrung genre romance bernuansa Korea, dan tahun 2017 ini sedang gandrung buku-buku romantis yang bersumber dari Wattpad.
Baca juga: Memahami Genre Misteri dalam Fiksi
Para novelis biasanya memakai keuntungan pemilihan genre untuk membuat model cerita atau base line. Dan bagian paling penting dari genre adalah saat suatu genre tertentu memenuhi kebutuhan manusia yang haus akan tata cara penceritaan yang berbeda-beda (sesuai genre dong pastinya). Kadang kala, kita membutuhkan beberapa cerita yang relatable dengan kehidupan kita, dan cerita semacam itu masuk di suatu genre yang pada artikel ini akan kita bahas.
Di pasar Indonesia, genre yang populer dan paling banyak menghiasi rak-rak di toko buku mungkin memang genre percintaan alias romance. Tapi, tidak ada salahnya untuk menyimak beberapa genre populer lain yang masih suka nangkring di rak toko buku.
1. Romance. Ini sudah pasti di urutan pertama. Ceritanya ya seperti yang kita ketahui bersama, yaitu membahas hubungan romantis antara dua orang atau lebih. Biasanya, sub-genre yang ada di romance itu seperti paranormal, kontemporer, sejarah, fantasi, dan drama keluarga. Bahkan, di Indonesia ada beberapa genre romantis yang dicetuskan oleh masing-masing penerbit, misalnya Gramedia yang punya lini Metropop, Amore, Chicklit. Lalu ada Gagasmedia yang punya gambaran sub-genre romance seperti mainstream romance, domestic drama, baby love, realistic YA, teen romance, dan campus drama.
2. Action Adventure. Biasanya genre ini memusatkan cerita pada kondisi protagonis yang mendapat bahaya secara fisik, dikarakterisasikan sedikit aksi, keberanian dan prestasi atas keberaniannya. Alur genre ini cukup cepat, dan ketegangan semakin memuncak seiring waktu. Selalu akan ada klimaks cerita untuk pembaca bergumam-gumam kesal. Hehe.
3. Sains Fiksi (Sci-fi). Genre ini memiliki latar di masa depan, masa lalu, atau dimensi lain. Cerita sci-fi berisi ide-ide sains atau konsep teknologi yang canggih. Penulis harus meluangkan waktunya untuk membuat dunia baru, atau universe. Latar cerita harus menjelaskan plot. Sci-fi juga memiliki banyak sub-genre.
4. Fantasi. Genre ini menawarkan universe yang bertolakbelakang dengan sci-fi. Penulis harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk membangun dunia dalam fantasi. Legenda, konsep sihir, atau ide-ide karakter dan peta dalam buku. Biasanya beberapa penulis mengambil inspirasi dari latar sejarah seperti pada Zaman Kegelapan (The Dark Ages). Fantasi juga masih punya banyak sub-genre di dalamnya.
5. Fiksi Spekulatif. Cerita dalam genre ini terbuat dalam dunia kita yang agak sedikit berbeda melalui cara yang penting. Genre ini biasanya tumpang tindih antara sci-fi, fantasi, fiksi horror, supernatural, superhero, utopia dan distopia, apokalips dan post-apokalips, juga sejarah alternatif.
6. Suspense dan Thriller. Genre ini biasanya didominasi oleh karakter yang berada dalam bahaya, dan melibatkan pengejaran juga pelarian. Ada satu atau lebih ‘karakter jahat’ yang mana harus dihindari protagonis, dilawan, dan dikalahkan. Ancaman kepada protagonis bisa berupa fisik atau psikologis, bahkan keduanya. Latar dalam genre ini harus utuh dengan plot. Salah satu sub-genre contohnya adalah techno thriller.
7. Young Adult. Young Adult (YA) buku ditulis, diterbitkan, dan dipasarkan untuk remaja dan dewasa muda. The Young Adult Library Services Association (YALSA) menyebutkan bahwa dewasa muda adalah seseorang yang berusia antara 12 sampai 18, tapi orang dewasa juga membaca buku jenis ini. Biasanya YA seperti cerita coming-of-age, bahkan ada yang berjalinan dengan fantasi dan sci-fi. Novel-novel YA menampilkan beragam protagonis yang menghadapi perubahan dan tantangan. Genre ini menjadi lebih populer karena kesuksesan Twilight, The Hunger Games, dan The Fault in Our Stars.
8. New Adult. New Adult (NA) menampilkan masa kuliah, daripada karakter dan plot dalam usia sekolah. Jenis ini adalah kategori yang naik satu tingkat dari YA. NA mengeksplorasi tantangan dan ketidakpastian saat meninggalkan rumah dan hidup mandiri untuk pertama kalinya. Beberapa buku NA berfokus pada seks, yang bias pula antara batas romance dan erotica.
9. Horror/Paranormal/Hantu. Genre ini adalah kisah seram yang melibatkan pengejaran dan pelarian. Protagonis harus menghadapi makhluk supernatural atau iblis. Occult adalah salah satu genre yang selalu memakai antagonis bertipe satanis.
10. Mystery/Crime. Isu utama genre ini adalah pertanyaan yang harus dijawab, identitas yang harus dipaparkan, dan kasus yang selesai. Novel ini biasanya berisi petunjuk untuk meningkatkan ketegangan ketika jawaban dari misteri perlahan terpecahkan. Ada banyak sub-genre dalam kategori ini, salah satunya kisah detektif police procedural.
11. Sejarah. Kisah fiksi sejarah biasanya mengambil tempat bersejarah yang faktual sebagai latar belakang. Figur penting dalam fiksi sejarah biasanya hanya fiksi. Romance Sejarah adalah salah satu sub-genre yang melibatkan hubungan cinta dalam latar sejarah yang faktual, contohnya seperti novel Amba.
12. Fiksi Wanita/Sastra Wangi. Di Indonesia kadang disebut “sastra wangi”. Plot biasanya berisi karakter perempuan yang menghadapi tantangan, kesulitan, dan krisis yang memiliki hubungan langsung pada isu gender. Kadang juga berisi konflik dengan lelaki, walau tidak terbatas hanya di situ. Bisa juga berisi konflik ekonomi, keluarga, masyarakat, seni, politik, dan agama. Contohnya seperti “Kartini Nggak Sampai Eropa” karya Sammaria.
13. Literary Fiction/Sastra. Genre ini fokus pada kondisi manusia (human interest) dan biasanya lebih mempedulikan tema dan kondisi batin karakter daripada plotnya. Sastra agak susah dijual dan di beberapa negara mulai punah keberadaannya.
Dengan perkembangan penerbitan menjadi self-publish dan ebook, tata cara penulisan genre tertentu jadi tidak terlau rumit. Mungkin hal ini karena penerbit tidak perlu memproduksi seribu eksemplar buku. Bagaimanapun, jika kalian ingin menerbitkan secara konvensional, kalian tetap harus mempertimbangkan kebutuhan masing-masing genre.
Leave a Reply