#5BukuDalamHidupku: Bolehkah Saya Jadi Bojonya Brojo?

POSTED ON:

BY:

Kalau ada yang bisa membuat saya punya suami dua, mungkin Arswendo-lah biang keroknya! Pasalnya, saya terdoktrin, bukan didoktrin. Hahaha!
Buku ini mungkin sebagai sebuah media bagi Arswendo untuk menyalurkan hobinya ketika di penjara. Banyak penulis yang bisa dengan santai menikmati situasi di dalam penjara, berikut preman-preman dan kroco-kroconya yang kadang mencuri makan siangmu, lalu menghajarmu hingga babak belur padahal bukan kau yang salah. Kira-kira, hal seperti inilah yang coba ditepis oleh Arswendo Atmowiloto ketika novel ini lahir.
Projo dan Brojo menceritakan dua orang yang bertukar posisi, di mana Projo adalah terduga koruptor yang sedang berusaha membersihkan nama, sedangkan Brojo adalah seorang tambal ban yang berusaha menghidupi istrinya di desa.
Sungguh lucu! Ketika Arswendo membawa saya pada kehidupan politik nan puitik, penuh intrik. Saya awalnya tak tahu, bagaimana sebenarnya rupa para penjahat kerah putih itu, dan bagaimana kehidupan kekeluargaan mereka. Ternyata, di balik kerah baju yang selalu rapi disetrika, masih ada sedikit noda dan kusutnya. Arswendo mencoba memunculkan sisi humor sebuah penjara, ketika penjara bukan lagi menjadi tempat yang menakutkan, melainkan seperti kamar kost perempuan simpanan. Si Projo bisa keluar masuk dengan senang hati, sementara Brojo berada di dalam untuk menggantikannya ketika Projo terakhir kali keluar.
Dan semuanya disuguhkan dengan begitu mengalir. Bahasanya tak susah. Buat tukang tambal ban ya bahasa mereka saja. Dan buat penjahat kelas kakap, ya bahasanya harus yang sepadan. Kira-kira, seperti itulah Arswendo mencoba bercerita. Lucu, saya nyaris terjungkal karena mendapati beberapa kisah epic dalam buku.
Rupanya, kelindan kehidupan Bapak-Bapak kerah putih itu tidak melulu enak. Rupanya, perempuan simpanan bukan perhiasan, melainkan hanya pemanis buatan. Hahaha! Saya saja bingung, Projo bisa-bisanya malah senang dengan istri orang–istri Brojo–hanya karena menilai keluguannya. Tapi memang sang istri orang desa, makanya Arswendo menampilkan istri Brojo dengan apa adanya. Biar lugu, tapi jujur! Kira-kira begitulah Arswendo memunculkan tokoh-tokoh.
Makanya, buku ini jadi satu-satunya buku yang membuat saya menginginkan sosok Brojo, pun Projo. Kalau saya jadi istrinya Brojo, mungkin saya akan melakukan hal yang sama. Saya menemani Projo tanpa melakukan apa-apa, karena sesungguhnya suami saya adalah Brojo. Tapi, di sisi lain saya menemani Projo untuk mempertanyakan langsung, “mengapa Bapak korupsi?” Begitulah kira-kira pertanyaan lugu saya pada Projo. Setengah mati Projo berkelit kalau dirinya itu bersih, ia hanya dijebak dan ia tidak memakai uang kotor. Benarkah? Istrinya Brojo yang lugu senang saja bertanya seperti itu, makanya ia betah. Saya pun betah menjadi seorang perempuan yang dilema, apakah memilih Brojo yang menipu untuk menghidupi istri, atau memilih Projo yang sudah jelas-jelas kaya tapi menipu juga untuk mendapatkan kebenaran. Kira-kira, pilih yang mana?
Ah, sialan! Projo dan Brojo sama-sama tukang tipu, tapi memikat! 😀
[ayu]

TAGS



4 responses to “#5BukuDalamHidupku: Bolehkah Saya Jadi Bojonya Brojo?”

  1.  Avatar

    Wah… Belum tahu e Mas, kalau Ratih Kumala. Hehe. Fangirl? Mungkin, bisa dibilang aku hanya ingin berguru kok. 😀

    Like

  2.  Avatar

    kamu memang fangirlnya om Arswendo mbak hehehe. Btw, Ratih Kumala kapan yang nerbitin buku lg?

    Like

  3.  Avatar

    @Annesya sebenarnya ini resensi ulangan, soalnya udah sempet nulis soal ini. Heheee… 😀

    Like

  4.  Avatar

    ah baca resensimu jadi pengen baca… #elapEces

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (62) Ayu Welirang's Bibliography (9) Blogging Story (2) BS-ing everyday (7) Buku (63) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (18) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (10) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (13) NgomonginSeries (5) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (3) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (72) Riset Tulisan (2) Rumah Kremasi (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (5) Short Stories (11) South Tangerang (1) Sumatera (3) talk about living my life (3) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (7) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: