 |
#HeartOfJakarta |
Berniat melanjutkan
#HeartOfJakarta, saya berencana untuk menengok
Car Free Day, yang agak jarang saya kunjungi karena hari Minggu itu waktunya tidur puas di kamar kost. Hehehe. Tapi, Minggu kemarin (17/11), saya berniat untuk
gowes bersama Merry ke CFD. Hitung-hitung olahraga sambil cuci mata.
Pagi-pagi berangkat, Abang sudah menjemput, dengan sepedanya yang terparkir di Menara Jamsostek juga, di sisi Merry. Nah, sambil gowes, kami melewati jalan kecil yang kalau hari biasa, banyak tukang berjualan makanan. Maklum, gangnya di belakang perkantoran. Sebelum gowes, enaknya isi perut dulu mungkin ya. Karena tak ada tukang jualan lain, mampirlah kami ke penjual nasi uduk. Seporsi nasi (porsi besar), dengan telur dadar, bihun dan teh manis pun mengisi perut kami. Selesai sarapan, kami bergegas untuk gowes lagi, mengambil jalur Rasuna Said, untuk nantinya berbelok ke arah Bundaran HI dari kawasan Menteng.
“Yah, jadinya ke CFD aja nih? Gowes di gunungnya gak jadi?” gumam Abang.
Saya mengangguk saja. Pasalnya capek juga sih hari sebelumnya, jadi saya memutuskan untuk gowes ke CFD ajaaa. Hehehe.
Perjalanan pun dimulai. Rasuna Said yang biasanya bising di waktu pagi, kini sendu. Langit mendung membuat suasana pagi di Jakarta jadi agak lain dari biasanya. Tak ada asap knalpot, tak ada klakson yang mengesalkan, tak ada kendaraan lalu-lalang yang membuat macet. Jakarta seperti milik sendiri.
“Horeee sepi, anginnya enaaak!” Abang berteriak di belakang saya. Maklum, jalannya nggak bisa beriringan, karena nanti bisa-bisa diserempet Kopaja. Haha. Kalau nanti di Jakarta sudah menyediakan jalur untuk pesepeda, mungkin lebih enak lagi jadinya. 🙂
 |
anak-anak BMX dan euforia warga lainnya… |
Gowes pun berlanjut ke Bundaran HI, sebuah icon dengan patung Selamat Datang yang menjadi sentral Jakarta. Di sinilah kota besar, tak seperti Jakarta yang kumuh di tepiannya. Dan tiap hari Minggu, Bundaran HI, sepanjang Sudirman disterilkan agar warga Jakarta dapat menikmati pagi dengan berlari, bersepeda, nongkrong, atau jalan-jalan dengan keluarga.
Sampai di Bundaran HI sudah ramai. Saya melewati kelompok anak muda dengan sepeda BMX-nya. Mereka sedang melakukan manuver-manuvernya. Di samping mereka, orang-orang berskateboard sedang bersiap untuk atraksi. Wah, mirip sirkus! Hehehe. Dulu, saya juga main skateboard, tapi tidak lagi karena resiko cederanya lebih besar. Makanya, akhir-akhir ini saya kalau jalan-jalan bareng si Merry aja. 😀
Dari Bundaran HI, saya dan Abang memutuskan untuk gowes ke arah Blok M saja. Menyusuri sepanjang jalan Sudirman, lalu melewati tanjakan yang lumayan menguras tenaga ketika mengayuh pedal sepeda. Tanjakan ini yang akan kita lewati jika ingin menuju Stasiun Sudirman. Setelah menanjak, jalan menurun pun menyapa. Tanpa mengayuh, angin segar didapat. Saatnya menuju patung Jenderal Sudirman!
 |
menyongsong Pak Dirman! 🙂 |
 |
gowes yuk! 🙂
|
Sudah bertemu Pak Dirman, saya mengayuh sepeda saya sekencang-kencangnya. Jalanan di depan agak kosong, karena orang-orang berlari di sebelah kiri saya. Setelah kebut-kebutan dengan Abang, saya pun membiarkan roda berputar tanpa dikayuh. Angin sepoi-sepoi yang bersumber dari pepohonan hijau di sekitar kami memberi kesejukan tersendiri. Sampai Semanggi, kami beristirahat dan mengamati sekitar.
“Pak, air putihnya satu. Berapa?” tanya saya pada seorang Bapak yang menjual aneka minuman di depan tulisan “Taman Semanggi”.
“Empat ribu, Neng,” jawab Bapak itu.
Rasa haus pun hilang. Meski harga air mineralnya kelewat mahal, tapi sesungguhnya hanya orang-orang seperti saya dan para warga yang berjubel lainnya yang bisa menghidupi Bapak tadi. Sebab, di Car Free Day ini, para penjual minuman, jajanan, dan lainnya, juga para pembersih jalanan lah yang merasakan keuntungannya. Seperti warga Jakarta yang bersenang-senang, mereka juga berhak untuk merasakan satu hari saja, merasa memiliki kota Jakarta.
 |
Merry dan Abang… 😀 |
Di sisi lain, saya melihat orang berlari, bersepeda, tertawa bersama keluarga dan di sisi satunya, ada orang-orang, kaum papa, yang berusaha untuk tetap mencari uang dengan bertebaran di Car Free Day. Saya rasa, CFD yang hanya satu hari ini, bukan hanya mengubah jalanan Jakarta yang bisa dinikmati oleh pejalan kaki sesuka hati, tapi juga mengubah pendapatan orang-orang yang bisa berjualan apa saja, bahkan sampai jasa pompa ban sepeda! Bayangkan… Di hari biasa, setiap saya pulang kerja dengan si Merry, saya malah jarang menemukan bengkel dan tukang pompa sepeda, kalau saya tidak blusukan dulu ke jalan Mampang. Padahal, dari kantor ke Mampang cukup jauh, jadinya untuk pulang ke kost saja harus cari tukang tambal ban dulu. Hehehe. Tapi, berbeda dengan CFD. Semua orang berjibaku untuk berada di tengah kota. Baik itu orang yang tinggal di Jakarta, ataupun pinggirannya. CFD telah mengubah wajah-wajah kesal orang karena macet, menjadi wajah-wajah yang berseri. Dan CFD, setidaknya telah menambah penghidupan orang-orang, yang setiap hari hanya dilewati untuk “mencari rezeki”.
Di Jakarta, perasaan memiliki kota, hanya hadir dalam sehari… Car Free Day…
Kalau setiap hari ada CFD, mungkin Jakarta tidak semuram saat ini kali ya? 🙂
*all photos taken by Me, via Blackberry Style 9670 :))
Leave a Reply