Senja di Selat Sunda

POSTED ON:

BY:

Saya belum pernah cerita, kalau saya menyukai hening. Terlalu banyak bising yang tertuang di dalam blog ini, dan sepatutnya, saya harus menuliskan kebalikan bising. Hening. Semesta pun pasti hening. Dan kali ini, keheningan itu berasal dari perjalanan meminggirkan arus, menyeberangi Selat Sunda dalam perjalanan menuju titik elevasi di tiga ribu seratus
Perenungan kadang tak terduga. Hanya dengan duduk di tepi dek kapal ferry yang tak seberapa besarnya itu, hati rasanya jadi sepi. Tiba-tiba saja, renungan dan hening jadi candu. Antara kedua itu, menjadi satu. Dan saya menikmati perjalanan terombang-ambing di lautan hening itu selama tiga jam, sebelum akhirnya kapal merapat dan membuyarkan semua.
Bersama dengan orang-orang baru dari latar belakang baru memang bukan hal yang mudah. Saya bukan orang yang mudah berbaur. 

Tapi, bukankah menjadi manusia adalah perihal memanusiakan? Dan apa jadinya kalau saya tak bisa menjadi manusia yang benar-benar mengerti manusia lain?

Maka, saya putuskan untuk duduk di dek kapal ini, sejenak melupakan bahwa hari kemarin tak lebih baik dari hari ini, begitu pun sebaliknya. Terlalu banyak pertanyaan tentang apapun dan terlalu banyak jawaban yang tak bertuan, tak ada tanya. Maka, renungan itu muncul dengan sengaja, dari perkataan orang sekitar bahkan dari lubuk yang paling dalam, dari hati sendiri. Dan di sinilah perenungan itu muncul. Bicara lewat semesta. Dia bicara lewat senja yang terpantul pada cakrawala Selat Sunda.

Mungkin saya hanya perlu duduk sejenak di tepian, mengamati transisi matahari, lagi…

Langkah kecil yang siap melangkah tanpa lelah…

watch the sun to set…

I stay near the edge, just waste my time…
Heaven’s light…
Dan duduk di tepian, menghabiskan waktu untuk menjura pada perenungan. Dengan lamat-lamat senandung Mazzy Star sebagai pengantar mimpi pada dek kapal yang tak bertuan pula, yang berada di tengah samudera semesta.
Saya, kami, kita, dan semua sadar bahwa di tengah Selat Sunda, manusia hanya titik kecil dalam semesta. Apapun bisa terjadi, apapun bisa menenggelamkan kami. Hanya, bukankah lebih bijak jika kita menyadarinya sendiri-sendiri?
#playing: Mazzy Star – Before I Sleep

I stay near the edge, just waste my time… Just waste my time…

Jakarta, 03 April 2013
.:log 19:31 PM


Related posts

6 responses to “Senja di Selat Sunda”

  1.  Avatar

    @R. Melati waaaah terima kasiiih 😀

    Like

  2.  Avatar

    @satubumikita salam kenal juga 🙂

    Like

  3.  Avatar

    Sepatunya bagus 🙂

    Like

  4.  Avatar

    Setuju, perenungan kadang tak terduga, tempat atau waktu.Salam kenal dari bandung.

    Like

  5.  Avatar

    Makasih mas fauzul. Selamat menikmati senja.

    Like

  6.  Avatar

    wuah bagus seklai foto2be

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (62) Ayu Welirang's Bibliography (9) Blogging Story (2) BS-ing everyday (7) Buku (63) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (18) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (10) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (13) NgomonginSeries (5) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (3) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (72) Riset Tulisan (2) Rumah Kremasi (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (5) Short Stories (11) South Tangerang (1) Sumatera (3) talk about living my life (3) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (7) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: