Firasat manusia tergambar pada semesta. Semacam suatu koneksi antara manusia dengan tempat ia berpijak. Sebuah koneksi yang saya sering telan bulat-bulat sebagai, “butterfly effect”. Koneksi dimana ketika kepak sayap kupu-kupu di Indonesia, bisa menyebabkan badai di Afrika sana. Kira-kira semacam itulah semesta berhubungan dengan segala individu di dalamnya, termasuk manusia.
Entahlah, akhir-akhir ini saya sedang gemar memotret segala bayangan benda pada senja. Ada apa ya? Kira-kira, warnanya merah muda. Langitnya merah muda, bayangan hitam dengan bias merah muda. Senja pun jadi merah muda. Kira-kira, ada apa dengan individunya? Dengan saya? Apakah saya sedang bermerah-merah muda? 😀
Yaaaa. Semesta beri pertanda. Semacam pertanda bahwa individu penikmat alamnya sedang meraba, sedang merasa. Entah rasa apa, yang jelas, semua di sekitar saya terasa merah muda. Sebut itu cinta, silakan saja. Sebut itu bahagia, boleh juga. Yang jelas, saya tak pernah sebahagia ini melihat merah muda. 😀
Nah, selamat menikmati warna-warna senja yang tertangkap oleh semesta ala saya! Selamat! 😀
Oh ya, jangan lupa melihatnya sambil memutar lagu ya!
Jalan Dalam Diam dari
Dialog Dini Hari untuk kalian semua. Selamat mendengarkan dan selamat bersukacita! 😀
sisipkanlah aku, disayapmu… terbangkanlah aku kemanapun kau mau.
 |
langit di atas Pasar Senen, merah muda |
|
 |
Jakarta bisa merah muda 😀 |
 |
Suryakencana merah muda, tahun lalu 🙂 |
 |
Awan merah muda, tahun lalu |
Katanya, apa yang divisualisasikan semesta mencitrakan perasaan penjejaknya. Benarkah? Entahlah… Bisa jadi memang iya, karena ketika saya mengambil gambar-gambar itu, perasaan saya tidak menentu. Yang jelas, saya berterima kasih pada semesta, atas pertanda yang diberikannya. Semacam mencari refleksi diri yang kadang tak saya temukan di sini, tetapi malah ada jauh di langit sana…
Yaaa, begini ya warna merah muda? Tidak buruk juga. Hahaha. 😀
*) maaf ya, lagi merah muda nih! 😀
Leave a Reply