Buku ini selesai dibaca dalam sehari. Sebenarnya dua hari, tapi beberapa jam dalam sehari saja waktu yang saya butuhkan untuk menghabiskan buku ini. Kalau dihitung-hitung, mungkin saya membaca cuma 5 jam, lebih sedikit.
 |
Cover buku |
Buku ini sederhana, sesederhana kisah yang dituliskan penulis dalam buku. Kisah seorang perempuan patah hati yang mencoba untuk move on dan melupakan semua perasaan sakit yang dia alami, karena sang lelaki tertangkap berselingkuh di depan mata dengan klien sendiri. Oke, ini adalah kejadian patah hati yang cukup mainstream dan kerap terjadi dalam kehidupan sosial-percintaan. Saya sendiri tidak menganggap kisah patah hati sebagai kisah yang ‘wow-gue-harus-salto’ melainkan hanya maklum, karena hal seperti itu, saya pun pernah merasakan.
Yang digarisbawahi dalam buku ini adalah bagaimana seorang perempuan kota pada umumnya, mencoba melupakan kesakitan hati dengan tiba-tiba saja terjun ke dalam kondisi sosial yang serba berbeda dengan Jakarta. Diawali dengan tugasnya di Kupang, Nusa Tenggara Timur, perempuan ini mencoba melebur jadi satu dengan anak-anak tak beruntung di camp pengungsi. Ditemani seorang pemuda berjiwa sosial tinggi, Dionysius Alexander, perempuan ini menyelami lika-liku kehidupan Timur yang tak tersentuh manusia di kota sana.
Berbagai kejadian dan pengalaman, mendewasakan Damai–perempuan yang kerap disapa “Ibu Guru Bunga” oleh para muridnya ini. Maka, tugas kantor pun tak bisa lagi menghalanginya untuk berpikir, bahwa Sekolah Damai dan murid-murid nakalnya telah berhasil mencuri hatinya. Menenggalamkan luka lama dan merasa bahwa bukan hanya dirinya seorang yang tidak beruntung. Masih banyak orang yang lebih tidak beruntung dibanding dirinya, yang hanya sekedar kehilangan pacar.
Seiring berjalan waktu, tugas kantor pun selesai dan sudah waktunya ia kembali menapaki Jakarta, kota bising yang tak bertegur sapa. Siapa sangka, kepergiannya yang berhasil membuat ia lupa masalahnya, malah mengembalikan kehidupan lamanya. Jambrong, kekasih yang mengkhianatinya, kembali di saat ia sudah bisa memaafkan. Dan untuk kali ini, dia harus memilih untuk mengarungi hidupnya tanpa Jambrong. Keputusan final sudah diberikan, dan semua pun lega.
Beberapa waktu setelah berbagai kejadian, Damai sudah kembali berada di Kupang. Menyerahkan seluruh hidup demi sosial. Melepas beban dan sepenuhnya belajar akan arti keikhlasan dan melepaskan. Damai sudah menjadi damai, di Sekolah Damai.
Dan kisah ini sangat keren kalau dijadikan sequel. Melihat Dion kembali dari studi sosialnya dan merengkuh Damai di Kupang, dalam pondok-pondok daun lontar penuh sapa, yang tak didapat di kota. [Ayu]
Judul: Istoria da Paz: Perempuan dalam Perjalanan
Penulis: Okke ‘Sepatumerah’
Penerbit: Gagasmedia
Tahun Terbit: 2007
ISBN: 9797802078
Halaman: 218
Harga: Rp 30.000-an (lupa harga aslinya, karena saya beli di bazaar murah :D)
Rating: 3.5/5
Review: http://www.goodreads.com/book/show/2945267-istoria-da-paz
Leave a Reply