Jurnal Pendakian: Mistisnya Gunung Cikuray Garut (21 – 22 Agustus 2012)

POSTED ON:

BY:

Lebaran kemarin, saya sebenarnya tidak begitu ingin mendaki gunung. Ketika seorang kakak jauh mengajak naik gunung, bersama sembilan orang lainnya, saya pun mengiyakan. Ketika saya mengetahui gunung mana yang akan didaki, saya agak ragu. Gunung Cikuray menjadi tujuan pendakian kemarin. Saya mencoba menguatkan hati, dan berangkat dengan persiapan yang agak kurang matang karena beberapa gears tertinggal di Jakarta.
Berangkatlah saya dari Bandung dengan motor kakak saya, menuju Terminal Guntur – Garut. Perjalanan memakan waktu kurang lebih empat jam, karena kondisi lingkar Nagreg macet total. Karena tidak ada buka tutup, kami harus mengantri sampai jalanan benar-benar stabil kembali. Setelah sampai di Terminal Guntur, kami memenuhi logistik yang belum lengkap dan packing kembali. Sambil menunggu delapan orang lagi dari @infopendaki yang akan menanjak bersama, saya, kakak saya, dan satu orang yang sudah ada di sana lebih dulu, mengobrol seputar Cikuray.
Baris atas: Macetnya jalan menuju Garut dan Langit yang bersemu jingga di terminal Garut
Baris bawah: Di terminal dan di alfamart 😛
Sekitar jam sembilan pagi, delapan orang yang lain datang. Kami langsung mencari kendaraan menuju ke Cilawu, dan akan naik lewat pemancar. Dapat angkutan kota yang sudah ditawari bayaran seratus sepuluh ribu rupiah melaju, menuju Cilawu. Dari Cilawu, kami mencari truk untuk disewa sampai tower pemancar, karena jaraknya dari Cilawu cukup membuat kaki dan lutut ngilu. Sepanjang jalan, kami menikmati dinginnya Garut dan tipisnya oksigen yang mulai menyentuh pernafasan. Sepanjang jalan, kami menumpukan harapan pada ransel-ransel besar dengan berliter-liter air, mengingat Cikuray yang tidak memiliki sumber air di sepanjang jalur dan puncak. Suplai air di Cikuray, hanya bisa didapatkan dari bawah. Ketika mulai naik gunung, dan menuju puncak gunung, air harus benar-benar diatur sedemikian rupa, untuk berapa lama di gunung, karena tidak ada sumber air.
Gunung Cikuray di kejauhan.
Sampai di pemancar, kami mulai bersiap dan naik sekitar jam satu siang. Suasana panas menambah keringnya kerongkongan kami yang harus menahan untuk minum air selama beberapa periode menuju puncak. Manajemen situasi harus benar-benar pas. Sepanjang kebun teh, kami menyusuri jalur berpasir yang membuat tenggorokan semakin kering saja. Sekitar tiga puluh menit menanjak bukit berpasir, kami sampai di wilayah vegetasi dan di sinilah awal pendakian menuju Cikuray.
Kami mendaki terus sampai melewati pos-pos pendakian. Di Cikuray, ada sekitar enam pos dan satu puncak bayangan. Setelah pos keenam dilewati, maka kita akan sampai di puncak yang berjarak waktu tidak terlalu lama dari pos terakhir. Sementara, kalau dihitung secara normal, waktu tempuh dari puncak bayangan menuju puncak Cikuray sekitar 30 menit sampai satu jam saja.
Setelah petang atau waktu magrib, kami baru sampai puncak bayangan. Di sinilah hal yang tidak diinginkan akhirnya terjadi. Dua orang membawa tenda, dan menuju puncak Cikuray lebih dulu untuk memasang tenda. Sedangkan, sembilan orang yang sisa, menunggu di puncak bayangan sambil beristirahat, makan, minum, ibadah, dan sebagainya. Mulai di puncak bayangan, saya sendiri mulai merasakan sesuatu yang aneh. Ya, ini mungkin biasa. Tapi, energi negatif di sekitar saya, agak terlalu berlebihan. Saya biasa-biasa saja dan tidak menganggap ini sesuatu hal yang perlu ditakuti, karena hal seperti ini lumrah saja jika di rimba raya.
Di truk, sampai pemancar, dan sampai pos 1.
Setelah Magrib lewat, kami pun packing lagi dan bersiap untuk menuju puncak Cikuray yang katanya tidak begitu jauh dan tidak memakan waktu tempuh yang begitu lama. Saya mengangguk dan mencoba jalan. Dengan senter seadanya, kami coba naik ke puncak Cikuray dengan bersusah payah. Medan terjal yang kami lewati sejak dari kaki dan lingkungan vegetasi, membuat kami sudah cukup lelah untuk menuju puncak. Belum lagi, beberapa orang yang sepertinya agak kurang mengerti etika naik dengan benar, malah minum minuman beralkohol di jalur. Ini hal yang tidak dilarang, hanya saja harus melihat situasi dan kondisi. Mereka yang minum inilah yang berpotensi untuk menghabiskan air lebih banyak. Pasalnya, sehabis minum, orang pasti kehausan karena tenggorokannya kering. Hal inilah yang membuat energi negatif semakin menguasai kami.
Kami naik terus dan berhenti terlalu sering. Sementara, saya masih merasa ada yang mengikuti terus sejak tadi, bukan manusia tentunya. Hal ini belum kentara betul, sampai kami menemukan suatu tanda dimana kami sadar, bahwa jalur kami ini sejak tadi hanya berputar saja. Bayangkan, dari waktu tempuh yang hanya satu jam saja bisa sampai puncak Cikuray, harus memakan waktu berjam-jam. Jam sembilan malam, kami memutuskan berhenti di suatu tanah lapang, dan memasang beberapa matras sebagai alas tidur. Karena tidak ada tenda, kami memaksa diri untuk menahan dingin, sampai subuh tiba dan kami bisa naik ke puncak Cikuray. Kami berdoa, berharap mendapat perlindungan dan berharap agar bisa kembali ke persinggahan masing-masing, dengan selamat. Kami mulai memasak apa yang tidak dibawa oleh dua orang sebelumnya–yang memasang tenda di puncak–dan kami mulai bergantian menjaga. 
Sekitar jam tiga pagi, mulai terdengar suara-suara manusia. Saya terbangun dan setengah sadar melihat sekitar. Yang lain pun bangun dan mulai berjaga, karena suara itu biasa saja. Tak ada yang pernah tahu, ada apa di gunung dan rimba. Sambil berjaga, kami memasak lagi. Suplai untuk energi lagi. Kami memasak teh, kopi, susu jahe, dan apa saja yang bisa menenangkan sekaligus menghangatkan. Hampir subuh dan manusia pun mulai summit attack. Kami bertemu beberapa orang yang mulai menuju puncak Cikuray. Di saat itulah, kami tersadar dari ketakutan kami yang sempat bergelayut sepanjang jalur pendakian. Kami pun bersyukur dan membangunkan yang lain. Masih ada manusia di sekitar kami, selain kami dan itu berarti, kami aman.
Setelah menyuplai energi, sebelum benar-benar terang, saya menuju ke puncak Cikuray. Dengan bermodalkan senter, saya pun naik. Dan sungguh tidak saya sangka. Ternyata, dari tempat saya dan teman-teman beristirahat karena kondisi sudah drop sekali dengan hal gaib dan juga lelah, puncak Cikuray sangatlah dekat! Tidak sampai limabelas menit saya sampai di sana, ketika hari mulai pagi. Dan untuk mengecek kebenaran klenik yang ada, saya pun mengambil gambar ke arah jalur, dengan blitz yang sudah dinyalakan. Ketika mengambil gambar, banyak orbs yang tertangkap kamera. Menurut beberapa pemahaman, orbs adalah suatu anomali gelombang cahaya yang tertangkap kamera dan menandakan adanya makhluk lain yang tak kasat mata. Inilah yang membuat saya percaya, kalau kondisi kami yang pongah dan sombong terhadap gunung, membuat kami mendapat pelajaran dari para makhluk halus yang lebih mencintai gunung daripada kami. Kami pun bersyukur, masih dapat menikmati keindahan gunung, meski dengan beberapa kesalahan. Dan dari sana, saya belajar untuk lebih paham alam, dan tidak pongah.
Mamang Welly, Sereal Pilus :)), Orbs, dan Sunrise dari Cikuray
Di puncak, saya berteriak memanggil yang lain. Yang lain pun mendengar dan mulai menyusul ke puncak satu per satu. Sedangkan, seorang dari kami menjaga barang dan nanti akan menyusul jika yang naik lebih dulu sudah turun dan ganti giliran menjaga barang.
Menunggu saat matahari terbit adalah yang paling membahagiakan. Menyaksikan matahari itu terbit di antara bayangan gunung Ceremai dan gunung Slamet di kejauhan, adalah suatu anugerah. Maka, ketika sang surya telah mulai mengudara, saya pun bersiap dengan kamera saya. Foto yang saya ambil cukup memuaskan, meski tidak begitu bagus, dan inilah yang membuat saya semakin mencintai alam ini, bersyukur untuk mentafakuri alam Tuhan yang begitu indahnya. Sungguh, selagi hidup, saya tidak akan pernah berhenti mengagumi keindahan alam Indonesia.
Sunrise :’)

Dwi dan Lautan Awan

Lautan Awan! 😀
Setelah puas, meski belum begitu puas (karena menyaksikan keindahan tidak akan mungkin pernah puas), kami makan pagi lalu packing untuk turun kembali ke pemancar dan menghadapi realita hidup. Sekitar pukul setengah sebelas, kami turun. Tidak sampai limabelas menit kami sampai puncak bayangan. Hal ini makin membuat saya percaya bahwa jalur saya semalam memang diputar oleh entah apa. Dan saya hanya bisa berterima kasih dengan para makhluk itu, karena dengan begitulah teman-teman saya baru bisa sadar dari kepongahannya.
Selama lima jam lebih kami menuruni gunung dan sampai di pemancar sekitar pukul tiga sore. Kami menunggu truk yang akan menjemput sambil menikmati dinginnya air mentah yang menghilangkan kekeringan di tenggorokan kami. Truk pun datang, dan di sinilah akhir perjalanan kami yang tidak akan pernah berakhir. Tak berhenti di sini, kami akan terus mendaki, mensyukuri, menikmati.
Jakarta, 23 Agustus 2012
11:29 PM

PS:
Karena saya pakai motor ke Garut, jadi saya mau tuliskan biaya tambahan buat yang ingin ke Cikuray naik kendaraan umum.

  • Bis Jakarta – Garut: Primajasa Rp 35.000, turun terminal Guntur.
  • Angkutan Terminal Guntur – Cilawu (daerah kaki gunung Cikuray): Carter angkot Rp 150.000, per orang biasanya Rp 7000 – Rp 15.000
  • Dari Cilawu ke pemancar (awal mula pendakian): ojek per orang Rp 30.000, truk carter per orang Rp 20.000, angkot carter per orang Rp 10.000 cuma sampai pos penjagaan. Jalan kaki lebih baik lewat Dayeuhmanggung, karena lebih cepat dan tidak lewat pos penjagaan yang mengharuskan bayar dan birokrasi ribet. Hehe.
  • Sampai pemancar, tinggal berdoa dan naik. Dan air tidak ada di sepanjang jalur sampai puncak, jadi cobalah untuk membawa air secukupnya sejak dari pemancar.
Have a good trip, mates! 🙂


Related posts

94 responses to “Jurnal Pendakian: Mistisnya Gunung Cikuray Garut (21 – 22 Agustus 2012)”

  1.  Avatar

    Iya sedih banget 😦

    Like

  2.  Avatar

    Iya banget Bang. Cuma ya gitu, karena lagi nge-tren banget kan ya pendakian gunung jadi deh banyak yang naik dadakan cuma tahu senang aja.

    Like

  3.  Avatar

    Alhamdulillah tidak terkena kebakaran itu. Cikuray memang kalau lagi musim kering itu kadang suka terjadi kebakaran, apalagi kalau ada yang naik terus buang puntung rokok sembarangan. Yang kayak gitu memang harus diedukasi sih pendakinya. 😦

    Like

  4.  Avatar

    Banyak hal yg bisa di ambil dari setiap kejadian tentunya untuk pelajaran.1 lagi saya sedih dlu saat main ke cikuray banyak yg buang sampah sembarangan,

    Like

  5.  Avatar

    Banyak hal yg bisa di ambil dari setiap kejadian tentunya untuk pelajaran.1 lagi saya sedih dlu saat main ke cikuray banyak yg buang sampah sembarangan,

    Like

  6.  Avatar

    This comment has been removed by the author.

    Like

  7.  Avatar

    Cikuray memang memiliki pesona yg begitu hebat…Hanya beberapa gunung d jawa barat saja yg bisa menikmati samudra awan dan salah stu nya cikuray….Saya sudah 3x menikmati pesona cikuray dan tidak pernah bosan….Yg sangat disayangkan tuh jalur pendakian yg tidak terawat dr tangan tangan pendaki yg tdk bertanggung jawab dan terlalu membludak nya pendakian menuju cikurayHarus ad nya pengelolaan yg lebih dr pihak desa dan pemerintah garut menjadikan cikuray sebagai objek pariwisata

    Like

  8.  Avatar

    Saya pernah,tp tidak sampai kepuncak hanya sampai hutan nya saja,di karenakan ada kebakaran yang cukup hampir membunuh saya dan tim..tapi akhirnya kami dapat lolos dari api,,itu pengalaman yang menarik bagi saya san tim waktu dan selamat pastinya..

    Like

  9.  Avatar

    Ass…alhmdlh sy sbgai org grt merasa bangga….dan alhmdllh sy bisa menapakan kaki dipuncak cikuray sendiri pd wktu itu bulan oktober 2013 dan alhmdllh gak ada satupun pendaki yg ada dipuncak cikuray memang pd wktu itu lg musim hujan…ntah knp hari itu pengen skli melakukan pekerjaan dgn sendiri alhasil sy slmt bisa melihat klrga kembali alhamdulillah……

    Like

  10.  Avatar

    @Sugi Yanto oalah ya asyik banget dong mas… 😀

    Like

  11.  Avatar

    thank's for share nya mba bro….asyik tentu treknya ..? bikin dengkul koplak sama paru-paru kropos kalee y…

    Like

  12.  Avatar

    @bioland curre yups… sama-sama, dan selamat membacaaa 😀

    Like

  13.  Avatar

    Ayu thks ya. tulisan ayu membuat semangat baru bagi semua penyuka cikuray. yg pernah ke sana , jadi tergambar kembali memoarnya. bagi yg belum, jadi penasaran. ma kasih y…

    Like

  14.  Avatar

    ralat pendakian ke-4 bukan tahun 2014, tapi 2013 he he

    Like

  15.  Avatar

    Cikurai emang keren… pernah 4x mendakinya.. pertama naek pd th 1988. yang terakhir 6 Okt 2014. Alhmdllah pendakian terakhirlah yg mulus tanpa gangguan, mungkin jinnya masih kenal ane. mereka dah puas ngejailin ane swktu masih muda dulu. di pendakian ke1 Feb 1988 kami dilanda kabut yg datang bergelombang sampe senter ga bsa tembus walau hanya1/2 m. dari perk teh dayeuhmanggung, kami mlaju mnuju pemancar (dulu cuman ada TVRI doank) jam 7 malem sampe pemancar besok paginya pas buka tenda, ternyata pemancar ada persis di depan kami. kami dah ngubek2 semaleman, pemancar ga ketemu2.kami putuskan ngecamp malam tsb persis di depan pemancar. tapi anehnya pemancar segede gitu ga kelihatan.. , pendakian ke2 sktr agustus 1988. cuman 3 orang diantara 9 org dr kami yg dipersilahkan terus mendaki, sisanya menjaga temen kami yg atu-atunya perempuan tiba2 kesurupan segera setelah kami masuk area hutan setelah area kebun teh dekat pemancar. naik ke3 Juni 1990.kami mendaki mlam hari di tengah musim kemarau. perjalanan mendekati puncak sangat berdebu. itu debu ampe mata kaki. tiba di puncak sktr jm 4 subuh. di puncak ane kehilangan suara.. bener2 ga bisa ngoceh. yg keluar dari mulut cuma aaa..ooo eee saja, itu pun sgat kecil vol nya…berkomunikasi hanya dgn isyarat sja ke ssma rekan.. pas turun jarak kami sangat renggang krna menghindari debu sapuan kaki rekan yg ada di depan. jadi ane minta izin ke rekan yg di depan untuk mendahului nya. krna jarak yg cukup jauh rekan rekan sering berteriak minta saling tunggu.. sampai suatu ketika terdengar teriakan yg sangat banyak di sekeliling… di kiri kanan di belakang depan … ane tidak bisa menjawab teriakan2 itu krna ga punya suara.. ane tidak dapat menentukan dari mana sumber suara itu datang, tpi masih kenal itu suara siapa. logika ane masih jalan…takut segera melingkupi, bulu kudung trus merinding (juga saat ane mengetik cerita ini), sambil berjalan perlahan ane perhatikan tidak tampak cetakan sepatu ceko kami semlam yg menjejak di jalan berdebu tersebut. ane berusaha tenangkan diri dan sadar bhw ane dah tersesat, terpisah dr rekan2. . suara yg bnyak tsb adalah pantulan suara rekan2 yg membentur tebing dan punggungan..rute dari pemancar TVRI selalu berada di punggungan.. tapi saat itu ane berada di lembah..ane putuskan mengikuti jln tersebut coz cukup jelas dan yakin bhw ia akan mengantarkan langkah menuju perkampungan penduduk…bbrp jam kemudian ane tiba di perkampungan bernama cilimus. rekan pembaca pasti paham betapa sulitnya komunikasi yg ane alami selama perjlnan pulang ,, ane kembali ke dayehmanggung numpang ojek yg saat itu hrs byr 19 rb, berharap bertemu rekan2 yg kebingungan mencari ane.. satpam yg menjaga portal perkebunan bilang bhw tidak ada seorang pun pendaki yg turun lewat pos mereka.. setelah meninggalkan pesan untuk rekan2 di pos tsb. ane ciaoo balik ke bdg.. di rumah rekan2 telah menanti dan sumpah serapah mereka keluar “Gelo siah.. urang kabeh siga nuturken meong lumpat, naha maneh teu ngadagoan”. ternyata kami semua nyasar dan melewati rute yg sama saat pulang tadi (kami dah nyimpang sejak dipuncak)… selama mendaki di th 1988-1990 kami ga pernah bertemu pendaki lain di cikuray.. ia blum sepopuler skrng.. dulu tidak ada pos2an, tidak ada air sepanjang jalan dr pemancar smpe puncak. sekrng bisa dapat air dr bocoran paralon diantara pos 2 dan pos 3 kalo ga salah. di puncaknya tidak ada shelter berupa bangunan, yg ada hanya antena kecil dipageri kawat ram.. shelter2 berupa tanah kosong untk ngecamp tidak dijumpai. semua lahan di sisi rute tertutup belukar. tapi ane bersyukur cikurai masih menyisakan atraksi alam yg sempurna ketika naik lagi yg ke4 x nya bersama putra ane bbrp wkt yg lalu. alhmdllah di usia yg ga lagi muda ane masih diberi kesempatan menikmatinya lagi.. hatur nuhun cikuray.. hatur nuhun yaa Alloh.. demikian saharingnya

    Like

  16.  Avatar

    @Irvika Romana sama-samaaa Vika… 😀

    Like

  17.  Avatar

    wah..wah…wah…gunung cikuray ya…keren banget…samudra awan nya itu sungguh hal yang sangat luar biasa…salam kenal mbak ayu…salam dari saya yang bukan pendaki, hanya pecinta alam saja.kapan2 saya pengen kesana..makasih juga atas manajemen perjalanan nya, untuk referensi klo mau naik ntar..:)

    Like

  18.  Avatar

    @agung prasetya Ya elah bro… masalah sampah diributin… Gue sih gak pernah buang sampah di gunung, karena gue mengerti soal gimana caranya cinta kebersihan di manapun, gak di gunung doang… Kost gue aja bersih. nah elu, marah2 di sini, salah tempat kali. Marah sana sama yang tukang buang sampah sembarangan, jangan malah nyampahin blog gue!

    Like

  19.  Avatar
    Anonymous

    kemaren baru turun, puncak cikuray jadi tmpat pmbuangan sampah, beda kondisinya sama 13 tahun ke belakang. Tiap tahun saya naik, makin terasa banyak perubahan, sampah kaleng, plastik, sisa pembakaran, tisu, bhkan pembalut, miris kan, kelakuan yg pantas atw tidak bagi mereka orang orang2 yg mengaku pecinta alam?? atw hanya pengotor alam?? saya hanya org kampung yg tidak tahu kompas, navigasi, dan topografi, buat abal abal yg lain, jgn buang sampah, kalo emg ngerasa cinta lingkungan, sampah tu bawa lagi sampe rumah…!!!!

    Like

  20.  Avatar

    @agung prasetya saya pernah dari Dayeuhmanggung, dari Cilawu, pernah juga dari Bayongbong, pernah juga navigasi di Cikuray sambil coba buka jalur sendiri, pake metode potong kompas sama peta topografi… Abal-abal bukan yah? Komentarnya juga biasa aja dong Kak, nggak perlu pake penekanan gitu, kesannya kayak yang benci. Haha. 🙂

    Like

  21.  Avatar
    Anonymous

    Kalo ingin merasakan mendaki cikuray yg bener bener REAL, dimulai dari kawasan patrol atau dayeuh manggung, dari jalan raya garut-singaparna, melewati perkampungan sekaligus berinteraksi dgn warga, dengan mendaki dari bawah (Bukan dari pemancar), kita akan melewati makam si rawing, sekaligus berziarah dan hadiah surat alfatihah kepada Beliau. Tidak ada salahnya ketika kita mendaki (tadabur alam) bukan menaklukkan (MenTAKABURI)alam, kita sedikit memakai etika. Intinya kalau tidak ingin disebut PENDAKI ABAL-ABAL, mendakilah dari bawah, jangan dari pemancar stasiun televisi.

    Like

  22.  Avatar

    @Fitria Rahmaani weeeehhh ada Mpit… gimana Mpit Cikuray-nya? 😀

    Like

  23.  Avatar
    Anonymous

    Assalamualaikum, saya juga 17agustus insyaallah kesana, sampaiketemu yaaaa..mari perkabaran , follow twitter ainiya @nurainialidrus .terimakasiiiiiih

    Like

  24.  Avatar

    lagi cari cari info gunung cikuray, muncul postingan darimu yu ..makin ingin kesanadoakan yaa 17an besok mau kesanaudah lama ga naik juga, bakalan hupir sepertinya 😦

    Like

  25.  Avatar
    Anonymous

    tnggal 14 aja kk,,, bareng nak pondok..

    Like

  26.  Avatar
    Anonymous

    @Ayu Welirang ayo ayo. saya brangkat tgl 15 malam dari depok.

    Like

  27.  Avatar
    Anonymous

    @Ayu Welirang udah mbak.

    Like

  28.  Avatar

    @Variasi mobil mari kesana lagi 😀

    Like

  29.  Avatar

    lautan awannya mantap sekali @_@

    Like

  30.  Avatar
  31.  Avatar

    @Komunitas Pecinta Alam (RAPALA) niii ada lagi niii yang mau berangkat. wah rame deh yaaa. jadi pengen ikut juga, tapi mudik euyyy. -_-

    Like

  32.  Avatar

    @Tri Handayani @ayuskeptika yaaaa 🙂

    Like

  33.  Avatar

    @Tri Handayani siaaaap sama-sama yaaa 🙂

    Like

  34.  Avatar

    Saya abis lebaran juga mau kesana nih tanggal 16 sampai 18 agustus.Ada yg mau bareng ?? :Dsalam rimba

    Like

  35.  Avatar

    yaudah abis lebaran aja yuk kak..Aduh rmh ngga usah dijaga, kan ngga lari

    Like

  36.  Avatar
    Anonymous

    @Tri Handayani pengen habis lebaran, tapi jaga rumah. follow aja @Dna136 punya mbak ayu juga tuh.

    Like

  37.  Avatar

    aku minta twitter kaka kaka deh

    Like

  38.  Avatar

    ka Pradana dana : yaahh ngga bisa kak kalo pas 17an:( ka Ayu : Oalah..trmksh ka ayu untuk infonya, membantu bgt:)

    Like

  39.  Avatar

    @Pradana Dana naaah ini ada yang mau barengan. barengan coba dah. 😀

    Like

  40.  Avatar

    @Tri Handayani kalo minum, standar per orang itu minimal bawa 3 liter, jadi gak pake itung2an botol. yaaa kalo pake botol aqua gede sih jatohnya satu botol 1.5 liter… jadi masing2 bawa 3 – 6 liter 😀

    Like

  41.  Avatar
    Anonymous

    Tri handayani : bareng aja pas 17an.

    Like

  42.  Avatar

    ka ayu: kalo boleh tau, waktu kaka naik bawa botol minum berapa banyk? untuk berapa orang??kak anonymous: yahh aku h+3 lbaran kakkk

    Like

  43.  Avatar

    @dansapar hayooo Mas Dansapar, naik bareng lah kitaaa. 😀

    Like

Leave a comment

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (64) Ayu Welirang's Bibliography (11) BS-ing everyday (8) Buku (65) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Go Kory Go! (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (19) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (11) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (15) NgomonginSeries (6) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (4) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (75) Riset Tulisan (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (6) Short Stories (11) Sumatera (3) talk about living my life (3) Teen Fiction (2) TeenLit (2) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (8) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com