Jurnal Pendakian: Mistisnya Gunung Cikuray Garut (21 – 22 Agustus 2012)

POSTED ON:

BY:

Lebaran kemarin, saya sebenarnya tidak begitu ingin mendaki gunung. Ketika seorang kakak jauh mengajak naik gunung, bersama sembilan orang lainnya, saya pun mengiyakan. Ketika saya mengetahui gunung mana yang akan didaki, saya agak ragu. Gunung Cikuray menjadi tujuan pendakian kemarin. Saya mencoba menguatkan hati, dan berangkat dengan persiapan yang agak kurang matang karena beberapa gears tertinggal di Jakarta.
Berangkatlah saya dari Bandung dengan motor kakak saya, menuju Terminal Guntur – Garut. Perjalanan memakan waktu kurang lebih empat jam, karena kondisi lingkar Nagreg macet total. Karena tidak ada buka tutup, kami harus mengantri sampai jalanan benar-benar stabil kembali. Setelah sampai di Terminal Guntur, kami memenuhi logistik yang belum lengkap dan packing kembali. Sambil menunggu delapan orang lagi dari @infopendaki yang akan menanjak bersama, saya, kakak saya, dan satu orang yang sudah ada di sana lebih dulu, mengobrol seputar Cikuray.
Baris atas: Macetnya jalan menuju Garut dan Langit yang bersemu jingga di terminal Garut
Baris bawah: Di terminal dan di alfamart 😛
Sekitar jam sembilan pagi, delapan orang yang lain datang. Kami langsung mencari kendaraan menuju ke Cilawu, dan akan naik lewat pemancar. Dapat angkutan kota yang sudah ditawari bayaran seratus sepuluh ribu rupiah melaju, menuju Cilawu. Dari Cilawu, kami mencari truk untuk disewa sampai tower pemancar, karena jaraknya dari Cilawu cukup membuat kaki dan lutut ngilu. Sepanjang jalan, kami menikmati dinginnya Garut dan tipisnya oksigen yang mulai menyentuh pernafasan. Sepanjang jalan, kami menumpukan harapan pada ransel-ransel besar dengan berliter-liter air, mengingat Cikuray yang tidak memiliki sumber air di sepanjang jalur dan puncak. Suplai air di Cikuray, hanya bisa didapatkan dari bawah. Ketika mulai naik gunung, dan menuju puncak gunung, air harus benar-benar diatur sedemikian rupa, untuk berapa lama di gunung, karena tidak ada sumber air.
Gunung Cikuray di kejauhan.
Sampai di pemancar, kami mulai bersiap dan naik sekitar jam satu siang. Suasana panas menambah keringnya kerongkongan kami yang harus menahan untuk minum air selama beberapa periode menuju puncak. Manajemen situasi harus benar-benar pas. Sepanjang kebun teh, kami menyusuri jalur berpasir yang membuat tenggorokan semakin kering saja. Sekitar tiga puluh menit menanjak bukit berpasir, kami sampai di wilayah vegetasi dan di sinilah awal pendakian menuju Cikuray.
Kami mendaki terus sampai melewati pos-pos pendakian. Di Cikuray, ada sekitar enam pos dan satu puncak bayangan. Setelah pos keenam dilewati, maka kita akan sampai di puncak yang berjarak waktu tidak terlalu lama dari pos terakhir. Sementara, kalau dihitung secara normal, waktu tempuh dari puncak bayangan menuju puncak Cikuray sekitar 30 menit sampai satu jam saja.
Setelah petang atau waktu magrib, kami baru sampai puncak bayangan. Di sinilah hal yang tidak diinginkan akhirnya terjadi. Dua orang membawa tenda, dan menuju puncak Cikuray lebih dulu untuk memasang tenda. Sedangkan, sembilan orang yang sisa, menunggu di puncak bayangan sambil beristirahat, makan, minum, ibadah, dan sebagainya. Mulai di puncak bayangan, saya sendiri mulai merasakan sesuatu yang aneh. Ya, ini mungkin biasa. Tapi, energi negatif di sekitar saya, agak terlalu berlebihan. Saya biasa-biasa saja dan tidak menganggap ini sesuatu hal yang perlu ditakuti, karena hal seperti ini lumrah saja jika di rimba raya.
Di truk, sampai pemancar, dan sampai pos 1.
Setelah Magrib lewat, kami pun packing lagi dan bersiap untuk menuju puncak Cikuray yang katanya tidak begitu jauh dan tidak memakan waktu tempuh yang begitu lama. Saya mengangguk dan mencoba jalan. Dengan senter seadanya, kami coba naik ke puncak Cikuray dengan bersusah payah. Medan terjal yang kami lewati sejak dari kaki dan lingkungan vegetasi, membuat kami sudah cukup lelah untuk menuju puncak. Belum lagi, beberapa orang yang sepertinya agak kurang mengerti etika naik dengan benar, malah minum minuman beralkohol di jalur. Ini hal yang tidak dilarang, hanya saja harus melihat situasi dan kondisi. Mereka yang minum inilah yang berpotensi untuk menghabiskan air lebih banyak. Pasalnya, sehabis minum, orang pasti kehausan karena tenggorokannya kering. Hal inilah yang membuat energi negatif semakin menguasai kami.
Kami naik terus dan berhenti terlalu sering. Sementara, saya masih merasa ada yang mengikuti terus sejak tadi, bukan manusia tentunya. Hal ini belum kentara betul, sampai kami menemukan suatu tanda dimana kami sadar, bahwa jalur kami ini sejak tadi hanya berputar saja. Bayangkan, dari waktu tempuh yang hanya satu jam saja bisa sampai puncak Cikuray, harus memakan waktu berjam-jam. Jam sembilan malam, kami memutuskan berhenti di suatu tanah lapang, dan memasang beberapa matras sebagai alas tidur. Karena tidak ada tenda, kami memaksa diri untuk menahan dingin, sampai subuh tiba dan kami bisa naik ke puncak Cikuray. Kami berdoa, berharap mendapat perlindungan dan berharap agar bisa kembali ke persinggahan masing-masing, dengan selamat. Kami mulai memasak apa yang tidak dibawa oleh dua orang sebelumnya–yang memasang tenda di puncak–dan kami mulai bergantian menjaga. 
Sekitar jam tiga pagi, mulai terdengar suara-suara manusia. Saya terbangun dan setengah sadar melihat sekitar. Yang lain pun bangun dan mulai berjaga, karena suara itu biasa saja. Tak ada yang pernah tahu, ada apa di gunung dan rimba. Sambil berjaga, kami memasak lagi. Suplai untuk energi lagi. Kami memasak teh, kopi, susu jahe, dan apa saja yang bisa menenangkan sekaligus menghangatkan. Hampir subuh dan manusia pun mulai summit attack. Kami bertemu beberapa orang yang mulai menuju puncak Cikuray. Di saat itulah, kami tersadar dari ketakutan kami yang sempat bergelayut sepanjang jalur pendakian. Kami pun bersyukur dan membangunkan yang lain. Masih ada manusia di sekitar kami, selain kami dan itu berarti, kami aman.
Setelah menyuplai energi, sebelum benar-benar terang, saya menuju ke puncak Cikuray. Dengan bermodalkan senter, saya pun naik. Dan sungguh tidak saya sangka. Ternyata, dari tempat saya dan teman-teman beristirahat karena kondisi sudah drop sekali dengan hal gaib dan juga lelah, puncak Cikuray sangatlah dekat! Tidak sampai limabelas menit saya sampai di sana, ketika hari mulai pagi. Dan untuk mengecek kebenaran klenik yang ada, saya pun mengambil gambar ke arah jalur, dengan blitz yang sudah dinyalakan. Ketika mengambil gambar, banyak orbs yang tertangkap kamera. Menurut beberapa pemahaman, orbs adalah suatu anomali gelombang cahaya yang tertangkap kamera dan menandakan adanya makhluk lain yang tak kasat mata. Inilah yang membuat saya percaya, kalau kondisi kami yang pongah dan sombong terhadap gunung, membuat kami mendapat pelajaran dari para makhluk halus yang lebih mencintai gunung daripada kami. Kami pun bersyukur, masih dapat menikmati keindahan gunung, meski dengan beberapa kesalahan. Dan dari sana, saya belajar untuk lebih paham alam, dan tidak pongah.
Mamang Welly, Sereal Pilus :)), Orbs, dan Sunrise dari Cikuray
Di puncak, saya berteriak memanggil yang lain. Yang lain pun mendengar dan mulai menyusul ke puncak satu per satu. Sedangkan, seorang dari kami menjaga barang dan nanti akan menyusul jika yang naik lebih dulu sudah turun dan ganti giliran menjaga barang.
Menunggu saat matahari terbit adalah yang paling membahagiakan. Menyaksikan matahari itu terbit di antara bayangan gunung Ceremai dan gunung Slamet di kejauhan, adalah suatu anugerah. Maka, ketika sang surya telah mulai mengudara, saya pun bersiap dengan kamera saya. Foto yang saya ambil cukup memuaskan, meski tidak begitu bagus, dan inilah yang membuat saya semakin mencintai alam ini, bersyukur untuk mentafakuri alam Tuhan yang begitu indahnya. Sungguh, selagi hidup, saya tidak akan pernah berhenti mengagumi keindahan alam Indonesia.
Sunrise :’)

Dwi dan Lautan Awan

Lautan Awan! 😀
Setelah puas, meski belum begitu puas (karena menyaksikan keindahan tidak akan mungkin pernah puas), kami makan pagi lalu packing untuk turun kembali ke pemancar dan menghadapi realita hidup. Sekitar pukul setengah sebelas, kami turun. Tidak sampai limabelas menit kami sampai puncak bayangan. Hal ini makin membuat saya percaya bahwa jalur saya semalam memang diputar oleh entah apa. Dan saya hanya bisa berterima kasih dengan para makhluk itu, karena dengan begitulah teman-teman saya baru bisa sadar dari kepongahannya.
Selama lima jam lebih kami menuruni gunung dan sampai di pemancar sekitar pukul tiga sore. Kami menunggu truk yang akan menjemput sambil menikmati dinginnya air mentah yang menghilangkan kekeringan di tenggorokan kami. Truk pun datang, dan di sinilah akhir perjalanan kami yang tidak akan pernah berakhir. Tak berhenti di sini, kami akan terus mendaki, mensyukuri, menikmati.
Jakarta, 23 Agustus 2012
11:29 PM

PS:
Karena saya pakai motor ke Garut, jadi saya mau tuliskan biaya tambahan buat yang ingin ke Cikuray naik kendaraan umum.

  • Bis Jakarta – Garut: Primajasa Rp 35.000, turun terminal Guntur.
  • Angkutan Terminal Guntur – Cilawu (daerah kaki gunung Cikuray): Carter angkot Rp 150.000, per orang biasanya Rp 7000 – Rp 15.000
  • Dari Cilawu ke pemancar (awal mula pendakian): ojek per orang Rp 30.000, truk carter per orang Rp 20.000, angkot carter per orang Rp 10.000 cuma sampai pos penjagaan. Jalan kaki lebih baik lewat Dayeuhmanggung, karena lebih cepat dan tidak lewat pos penjagaan yang mengharuskan bayar dan birokrasi ribet. Hehe.
  • Sampai pemancar, tinggal berdoa dan naik. Dan air tidak ada di sepanjang jalur sampai puncak, jadi cobalah untuk membawa air secukupnya sejak dari pemancar.
Have a good trip, mates! 🙂


Related posts

94 responses to “Jurnal Pendakian: Mistisnya Gunung Cikuray Garut (21 – 22 Agustus 2012)”

  1.  Avatar

    ya ampun itu awannyaaaa keren bangetjadi sedih mengapa saya nggak kuat fisiknya klo naik gunungpuk2 diri sendiri

    Like

  2.  Avatar
    Anonymous

    iya, bisa mbak ayu.

    Like

  3.  Avatar

    @Anonymous sebar di twitter aja kak, biar cepet yah? 😀

    Like

  4.  Avatar
    Anonymous

    Ok, ditunggu kabarnya.

    Like

  5.  Avatar

    @Anonymous siaaap. tunggu kabar siapa tau ada yang mau ikut. 🙂

    Like

  6.  Avatar
    Anonymous

    Permisi, buat agustusan ada yang mau naik cikuray g?kalo ada, hubungi saya y. Dnadna32@rocketmail.comtrima kasih

    Like

  7.  Avatar

    @Tri Handayani berarti harus bawa air banyak kak 😀

    Like

  8.  Avatar

    wahh.. aku habis lebaran mau naik gunung cikuray nih kak, doain yaaa supaya lancar tanpa hambatan.Tapi aku khawatir klo selama dijalur gada air:( aku dehidrasi-an orgnya;(

    Like

  9.  Avatar

    @raddiq Akmar wah… emang nenda dimana Bang? bareng siapa aja tuh? 😀

    Like

  10.  Avatar

    Iye sih…gak sempet ngobrol….

    Like

  11.  Avatar

    @raddiq Akmariyakah? waaaah… gak sempet ngobrol yaa 😀

    Like

  12.  Avatar

    WAh berarti ente bareng ane tuh…

    Like

  13.  Avatar

    @cuxsky pemula cocok-cocok aja sih… cuma yaaa jalurnya kek begitu 😀

    Like

  14.  Avatar

    Nice inpoh,,aq اِنْ شَآ ءَ اللّهُ ada rencana mo naik ke cikuray,,kira2 wat pmula ky aq ini cocok g yaah?? Napas ajah udh ngakk ngiikk (⌣́_⌣̀)

    Like

  15.  Avatar

    @Rizal Agustin itulah yang terjadi kalau sekarang semua orang lebih mementingkan puncak daripada konservasi 😥

    Like

  16.  Avatar

    yu.. ngiri banget sama lautan awan. kemaren kesana ga ketemu lautan awan sama sekali, ditambah desak-desakan tenda. mosa iya tiap pos dari pos 3 ada orang yang nge-camp saking penuhnya yang naik… semoga ada kesempatan lain buat nyaksiin langsung lautan awannya cikuray…

    Like

  17.  Avatar

    @rye thea bisa dicoba 😀 nuhun infonya.

    Like

  18.  Avatar

    @Raxen Vrathdaroh gitu. saya jg gak bilang menumbangkan kok. :v

    Like

  19.  Avatar

    @Ayu Welirang kn naklukin d sni majas tante, bkn brindikasi mnumbangkan, haha :v

    Like

  20.  Avatar

    @ConsPiraCy TheoRysama-sama… gimana naiknya? cerita-cerita dong 😀

    Like

  21.  Avatar

    @Orion TMBhaloo gimana naiknya? kisahkan dong. 😀

    Like

  22.  Avatar

    orion … kita ketemuan disono ya … besok malam saya meluncur kesana ..buat ayu thanks for share …

    Like

  23.  Avatar

    Keren pisannn!!Siap2 nanti jum'at sekarang saya brng temen2 naik 😀

    Like

  24.  Avatar

    LebiH ENAK jalur cikajang kalo mau kpuncAk cikuray. . .Jalurnya lebiH seru lbiH panjang tp aman. .oNgk0s murah kalo dr jakarta k garuT 35000. . .gruT cikajang 5000. .angk0t cma 1000 ataupun bsa naik ojek 5000 smpe k pintU awal pndakian, ,pmandangan nya pun lbiH seru dr arah cikajang (garuT)Hanya inf0rmasi sajA

    Like

  25.  Avatar

    @Rizky Rera Guna Alam iya, ke dayeuhmanggung… 😀

    Like

  26.  Avatar

    @voltage bohr waaaowww.. hayu gan kita mendaki bareng! 😀

    Like

  27.  Avatar

    Kalau lewat cilawu turunnya di daerah mana yah? Ke perkebunan dayeuhmanggung kan? Btw, nice info dan postingan, jadi punya gambaran ke depannya buat mendaki. Soalnya saya dan teman-teman insya Allah akan mendaki Cikuray tanggal 14 Desember 😀

    Like

  28.  Avatar

    terima kasih gan infonya…insya ALlah tanggal 26 ane dan 90 pesrta lainnya mau menuju cikuray juga gan…mohon do'a nya ya gan, smoga sampoai dan kembali dengan selamat. amin

    Like

  29.  Avatar

    maaf gan kebetulan abdi orang Garut…alhamdulilah atos linggih di lembur abdi jeung alhamdulilah oge teu pendak sareng si kujang jeung si bodas…..nah penjelasan dari saya ketika agan beristirahat d lapangan itu tempat atau di sebut juga kampung ririwa…mau percaya apa ngg emang ada (klo malam tertentu “sok aya nu nabeuh kendang) tapi klo minat kpan kapan kita mendaki barengg……….

    Like

  30.  Avatar

    Hai AYu, apa kabar?Lama gak “ketemu” yah?Entah kenapa ya, saya suka tertarik dengan bahasan seperti ini :)Sy jadi ingat, pernah dengar cerita ada sepasang insan yang bukan suami istri melakukan hubungan suami istri di gunung! Mereka meninggal setelah itu. Na'udzu billah …Di mana2 mereka (makhluk lain) ada, bahkan dlm rumah kita. Apalagi di alam bebas yang bukan tempat kita, kita hanya “tamu” di sana dan merekalah “tuan rumahnya” jadi memang harus hati2 bersikap.

    Like

  31.  Avatar

    wah jadi pengen naik gunung ke sana

    Like

  32.  Avatar
    Anonymous

    Sebuah perjalanan yang luar biasa, dengan gaya penulisan yang menarik…Asyiknya masih bisa berpetualang

    Like

  33.  Avatar

    @Rierecommended kok, sama kayak Gede dari jalur Putri :))

    Like

  34.  Avatar

    @RIvainggak capek sih, cuma dengkul mlocot aja

    Like

  35.  Avatar

    Hi Ayu,Saya baru akan mencoba naik gunung dan diajak seorang teman untuk naik Cikuray. Untuk seorang pemula, apakah medan Cikuray recommended atau tdk? Jadi keder nih :pDan kalau boleh komen ttg orbs, penjelasan teknisnya adalah itu butiran debu yang tertangkap kamera dengan flash atau kalau tdk salah terminologi bahasa kamera adalah 'noise'. Terimakasih untuk sharing-nya! 🙂

    Like

  36.  Avatar

    wah udah ke sikuray ya?aq malah belumkayaknya bagus tuh..capek mbak?

    Like

  37.  Avatar

    @Ne'z Worldwaaah boleh dicoba nih kak 😀

    Like

  38.  Avatar

    This comment has been removed by the author.

    Like

  39.  Avatar

    Dear Ayu,Lain kali ke Cikuray coba lewat Bayongbong, memang awal-awal sebelum sampai pintu hutan agak jenuh karena lewat perkebunan. Tapi kalau sudah masuk hutannya, hmm.. treknya oke banget. Miniaturnya Slamet (Jalur Bambangan), lewat jalur ini jangan lupa bawa tali :)Dan lebih enak mendekati akhir musim hujan, jadi perkebunanannya hijau semua, dan air pun lumayan lebih banyak sebelum masuk hutan. Salam rimba “yang baik”.. Gudlak!!

    Like

  40.  Avatar

    @abayamin exitMari naik lagi mas. 😀

    Like

  41.  Avatar

    @Diana Rigel CentaurusSebenernya mau minum sih nggak apa-apa, asal jangan pas di jalur aja. 😀

    Like

  42.  Avatar

    hanya menyaksikan lewat tulisan ini sungguh memiliki pengalaman berharga bagi penulisnya, namun di nodai oleh tmn2 yang ga punya etika cukup disayangkan, jika membacanya keinginan naik gunung selalu ada namun kemampuannya sedikit berkurang 2003 menjadi pemberhentian sementara terakhir di gunung Slamet & Rinjani lalu beralih hobi menjadi seorang riders ngaspal telusuri wisata kuliner & wisata lainnya…bisa jadi cikuray menjadi tmpt eksotik tuk pendakian saya selanjutnya thank for share friend …

    Like

  43.  Avatar

    Udah pernah naek ke cikuray, kita tek tok nggak ngecamp 1 hari cukup, dan alhamdulillah gak ada apa-apa (Walau sebelum naek banyak yang nakut2-in dengan cerita-cerita seram, n banyak juga yang kesurupan, kelompok kita lulus dari yang begituan)NB : Benci gw sama pendaki yang kalau naik harus minum2an gak bener huft

    Like

  44.  Avatar

    @Raxen VrathdarSaya gak naklukin gunung om, cuma menikmati aja. Tuhan marah kalo saya taklukin gunung. Wong, gunung bukan musuh kok. 😉

    Like

  45.  Avatar

    masuk dlm daftr slh stu gunung yg hrus ditaklukkan kl sdh kmbali k indo nti nih

    Like

Leave a reply to Anonymous Cancel reply

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (64) Ayu Welirang's Bibliography (11) BS-ing everyday (8) Buku (65) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Go Kory Go! (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (19) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (11) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (15) NgomonginSeries (6) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (4) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (75) Riset Tulisan (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (6) Short Stories (11) Sumatera (3) talk about living my life (3) Teen Fiction (2) TeenLit (2) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (8) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com