Judul: Cerita Pendek Sekali
Penulis: Ugo Untoro
Tahun Terbit: 2017
Penerbit: Nyala
Tebal: 107 halaman,
paperbackISBN: 9786026085504
Sebuah rumah dengan aroma ganja, sperma dan anggur Orang Tua. Rocker Yahudi berteriak-teriak di VCD player. Rumah dengan aroma aneh itu, selalu banyak orang yang ngintipin.
Dari pintu yang setengah terbuka, aku melihat seorang laki-laki tua dengan topi seragam melintasi jalan berumput di depan rumahku. Setelahnya tidak terjadi apa-apa.
***
Puthut EA menyebutkan bahwa kumpulan cerpen ini bukan sekadar “cerita pendek”, tetapi “cerita pendek sangat ringkas” atau disebutnya “cerita ringkas”. Mengapa ringkas? Karena saat saya coba skimming sebentar, ternyata memang cerita-cerita pendek yang ada, tidak sampai berlembar-lembar. Ada yang hanya satu halaman, maksimal mungkin empat halaman dengan paragraf pendek-pendek.
Ugo Untoro sendiri adalah seorang perupa yang sudah banyak mengadakan pameran. Sekali lagi, Puthut EA yang memberikan pengantar, menyebutkan bahwa dia takjub dengan tulisan-tulisan Ugo Untoro, walau sebagai perupa, dia hanya disukai. Mungkin karena media penyampaian gagasan lewat “seni rupa” dan “seni tulis” tentu saja memiliki efek berbeda bagi tiap-tiap orang.
Saya juga setuju dengan Puthut EA yang menyebutkan bahwa cerita-cerita di sekitar tahun 2003 – 2004, lebih banyak dan lebih “emas” ketimbang cerita di tahun 2005. Pada cerita-cerita yang dibuat tahun 2003 – 2004, saya lebih banyak tertawa, sementara di tahun 2005, mungkin ceritanya hanya berkutat di seputar seks, kehidupan pribadi, dan anak.
Hampir sebagian besar cerita agak sulit dipahami, tapi kalau mau diperhatikan lebih dalam dan serius, sebenarnya cerita di dalamnya mengandung humor satir yang membuat siapapun akan terpingkal. Semua cerita dalam kumpulan cerpen ini memang tidak diberi judul, hanya dinomori saja. Kita seolah dibuat menertawai slice of life dari si penulis. Tertawa pada hidup juga, karena kita kadang mengalaminya.
Ada beberapa nomor cerita yang saya sukai, tapi saya paling suka dengan nomor 52 di halaman 71. Bercerita tentang Si Buta dari Goa Hantu dan Wanara yang suka bertengger di bahunya. Saya membaca cerita ini kelewat serius, sehingga saat sampai di akhir, saya dibuat terpingkal karena twist cerita ini. Kalau tidak percaya, Anda boleh coba baca sendiri.
Walau sangat ringkas, saya cukup terhibur. Tak banyak kumpulan cerpen yang bisa dibaca santai seperti ini, sebab biasanya kumcer itu tendensius dan perlu dibaca dengan serius atau akan menjadi satu dari jajaran kumcer yang tak selesai dibaca. Jadi, jika Anda penasaran, Anda mungkin bisa mencari buku ini di toko-toko daring, sebab di toko luring, saya rasa sudah tak tersedia.
Akhir kata, saya ingin mengucapkan, selamat membaca dan minum Orang Tua! Setelahnya, tidak terjadi apa-apa……
Leave a Reply