Penulis: Eka Situmorang
Tahun Terbit: 2013
Penerbit: Wahyu Media
Tebal: 394 halaman, paperback
ISBN: 9789797957537
“Siapa bilang rasa tak dapat bertualang? Aku melakukannya. Melakukan petualangan di labirin rasa. Ya, untuk ‘merasakan’ hati dari Pangeran Fajar-ku. Aku berharap Pangeran Fajar-ku akan datang seperti fajar. Menyinari hidupku dengan banyak hal tak terduga. Menumbuhkan jiwaku dan melepaskan dahagaku yang haus akan rasa. Rasa cinta.
Di atas bukit, aku yakin rasa ini memilih dia sebagai Pangeran Fajar-ku. Rasa luar biasa cinta yang terhujam hingga ke hatiku yang terdalam. Tapi apa, ternyata dia yang menghujam rasa luar biasa sakit juga di hatiku. Aku jadi ragu, apakah benar ia Pangeran Fajar-ku?
Terbesit pesan Eyang Kakung di pikiranku. “Kayla, cinta itu membahagiakan. Namun, jika ia sudah mulai jadi beban, lepaskan jika harus melepaskan. Beri waktu. Beri ruang untuk cinta dapat bertumbuh alami hingga ia bisa mengambil keputusan. Karena cinta tak boleh dipaksakan. Ia hinggap bebas di hati setiap orang tanpa bisa diatur.”
Baiklah. Ini saatnya aku harus melepas rasa. Namun, apa aku dapat menemukan Pangeran Fajar-ku sesungguhnya? Hanya labirin rasa ini yang mampu menuntunku kepadanya.
***
Sebenarnya buku ini sudah selesai sejak Jum’at, 11 Oktober 2013. Sekitar lima tahun lalu. Beli di sore harinya dan selesai pada tengah malam. Saya penasaran dengan buku ini, sebab ditulis oleh salah satu anggota komunitas Travel Bloggers. Lembar demi lembar saya membacanya, saya seperti berkaca pada sosok Kayla yang acak-acakan. Secara fisik, cukup mirip dengan saya. :))
Kisah di buku ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Kayla yang travelling ke sana kemari untuk melupakan cinta pertamanya, Ruben. Kayla yang mendapatkan surat dari almarhum kakeknya, berusaha untuk mencari rahasia tentang Pangeran Fajarnya yang dia kira adalah Ruben. Ternyata, semua ramalan kakeknya membawa dia ke dalam petualangan cinta yang mirip labirin, tetapi mengimpitnya. Di satu sisi, Kayla sakit hati. Namun, di sisi lain, Kayla tetap tertarik magnet bernama Ruben.
Kisah yang dituturkan sangatlah mengalir. Dibaca saat santai memang pas sekali, bacaannya ringan. Sebuah kisah cinta berliku yang dibungkus trivia akan destinasi indah di Indonesia. Buku ini menjadi semacam travelogue yang bisa dibilang separuh fiksi separuh fakta. Saya melihat wajah-wajah ‘nyata’ yang ada di dalam novel ini. Apakah sang penulis menggambarkan dirinya sendiri, atau hanya kebetulan saja mengarang tokoh yang seperti itu? Saya rasa tidak (lebih tepatnya saya juga tidak tahu). Hehe.
Jadi, yang ingin membaca kisah cinta sambil berpetualang dalam labirin, silakan mencoba buku ini.
Leave a Reply