Teori dalam pos kali ini sebenarnya merupakan lanjutan dari pembahasan tentang plot yang ada pada pos three-act structure. Beberapa teori di sini juga yang sering saya coba setiap kali menulis novel, karena beberapa novel keren yang pernah saya baca memang bermain pada sisi plot, penuh ketegangan dengan dinamika naik-turun yang tak berkesudahan. Nah, beberapa teori berikut adalah dasar dari aturan plot yang mungkin akan memudahkan kita semua dalam membuat plot novel.
1. Membuat Kerangka Plot
Kerangka plot akan memudahkan kita dalam menyusun tiap bab atau bagian dalam novel. Jika kita menyusun kisah yang kompleks, kita akan membutuhkan kerangka ini untuk membuat diagram alir pada tiap bab dan kasus. Meski kadang membuat kerangka adalah hal yang beberapa orang hindari (mungkin karena malas), tapi membuat kerangka tidak sulit. Lagipula, dalam pengembangan kerangka, pasti akan ada bab atau kisah tambahan sebagai bumbu. Nah, karena itulah kerangka plot akan sangat membantu untuk memberi rambu-rambu pada plot cerita agar tidak keluar jalur atau “out of topic”.
Baca juga: Outline Novel, Penting Nggak Ya?
2. Memberi Ruh pada Plot
Hiasi plot yang tadinya hanya jasad saja dengan ruh agar lebih hidup. Hiasi dengan karakter yang kompleks dan latar yang akan menambah kuat plot dan menarik perhatian pembaca. Pastikan untuk memperhatikan detail kecil dan tetap fokus karena plot yang baik akan hancur jika isi cerita terlalu semrawut karena penulis pasti punya banyak pikiran yang ingin diutarakan sepanjang novel berkembang. Meski kompleks dan warna-warni, ruh plot ini harus mengarah pada titik balik novel yang utama yaitu, solusi akhir.
Baca juga: Teknik Naratif Fiksi (Plot Device) dan Contoh
3. Bawa Plot ke Solusi Akhir yang Kuat
Apakah kisah pada tiap bab mengarah ke solusi akhir? Jangan biarkan pembaca kecewa. Resolusi ini adalah titik balik terakhir; bagaimana karakter berubah dari awal cerita sampai akhir. Pembaca menghabiskan waktu untuk membaca novel bukan hanya untuk melihat akhir yang datar (tentu saja meskipun banyak novel yang begitu sih). Tapi, setidaknya jangan membiarkan pembaca lelah dengan satu novel hanya karena resolusi yang biasa. Terserah kalian, mau cliffhanger, mau sad ending, happy ending, twist ending, bersambung atau apapun, yang pasti buatlah kisah akhir dengan kesan mendalam. *tsah
4. Akhir Bab yang Alami
Setelah klimaks pada tiap adegan, bagian, atau bab novel, bungkus semua kejadian klimaks itu secepat yang kita bisa. Jangan mengulur waktu atau menambah kesan berputar-putar karena pembaca bisa bosan dan karakter berikut plotnya akan menderita. Ingatlah bahwa akhir cerita akan menjadi hal paling menyegarkan dalam pikiran pembaca ketika mereka selesai dan menaruh bukunya.
Baca juga: Membuat Prolog Novel yang “Ngehook”
5. Buat Karakter Menyelesaikan Konfliknya Sendiri
Jangan membuat waktu atau pahlawan kesiangan melakukan pembersihan pada konflik karakter utama di akhir-akhir cerita. Hal ini akan membuat karakter utama tidak terlihat seperti karakter utama. Pembaca biasanya ingin melihat bagaimana perkembangan karakter utama dan bagaimana ia menyelesaikan masalahnya, melalui plot cerita.
Catatan Akhir: Membuat plot yang baik tidak semudah yang dipikirkan, meski teori menyebutkannya semudah yang saya tulis di sini. Haha. Sebenarnya hal yang paling penting adalah berlatih menulis terus, karena saat kita sudah menemukan pace kita, menulis novel akan benar-benar mengeluarkan imajinasi liar kita (saya kadang sampai tertawa sendiri, atau kadang suka mempraktikkan adegan yang saya tulis sendiri). Kurang lebih seperti itu.
Tidak ada hal yang instan, semua bayi saja lahir belum bisa jalan, lalu belajar merangkak, lalu jalan, baru bisa berlari. Jadi, menulis plot yang baik bukanlah hal instan melainkan berasal dari terus latihan. Jadi, giatlah menulis barang berapa halaman, baca ulang, kasih ke teman dan minta tolong baca juga, lalu mintakan saran dan kritiknya. Dengan begitu, kita akan lebih mudah belajar.
Selamat menulis!
—
Pos blog ini dibantu oleh beberapa referensi berikut:
Leave a Reply