Bacabaca 23: Supernova Gelombang oleh Dee Lestari

Judul: Supernova – Gelombang (Supernova #5)
Penulis: Dewi ‘Dee’ Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Tanggal Terbit: 17 Oktober 2014
Tebal: 492 halaman, paperback
ISBN: 9786022910572
Tokoh: Alfa, Troy, Carlos, Nicky, Ishtar, dr. Kalden, Mamak, Bapak, Eten, Uton, Ompu Togu Urat, Ronggur Panghutur, Nai Gomgom, Pemba, dr. Colin, Rodrigo, Tom Irvine, dan Gio.
Sebuah upacara gondang mengubah segalanya bagi Alfa. Makhluk misterius yang disebut Si Jaga Portibi tiba-tiba muncul menghantuinya. Orang-orang sakti berebut menginginkan Alfa menjadi murid mereka. Dan, yang paling mengerikan dari itu semua adalah setiap tidurnya menjadi pertaruhan nyawa. Sesuatu menunggu Alfa di alam mimpi.

Perantauan Alfa jauh membawanya hingga ke Amerika Serikat. Ia berjuang sebagai imigran gelap yang ingin mengubah nasib dan status. Pada suatu malam, kehadiran seseorang memicu Alfa untuk menghadapi ketakutan terbesarnya. Alam mimpinya ternyata menyimpan rahasia besar yang tidak pernah ia bayangkan. Di Lembah Yarlung, Tibet, jawaban mulai terkuak.
***
Ada kesedihan yang luar biasa mengendap setiap kali saya mengakhiri sebuah buku, apalagi jika buku tersebut adalah serial. Penantian yang cukup lama untuk menuju ke seri berikutnya akan menyeruak seperti rindu pada seseorang yang telah lama pergi atau rindu pada kampung halaman. Kira-kira seperti itulah kesan yang muncul ketika saya mengakhiri Supernova: Gelombang. Saya harus menunggu dan bersabar untuk melihat kelanjutan kisah gugus Alfa dalam episode Inteligensi Embun Pagi. Hiks.
Awal mula mengenal Dee adalah ketika saya mengawali kecintaan pada buku dengan kunjungan ke beberapa rumah buku, salah satunya adalah Kineruku di Hegarmanah. Di sana, saya menemukan Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh teronggok di salah satu sudut. Dimulailah petualangan saya dalam dunia Dee, yang konon diawali dengan self publishing berdarah-darah antara ketakutan tidak laku atau euforia para pembaca yang menggunjingkan genre ini yang masih awam. Namun, petualangan awal dalam dunia Dee telah menjadi candu tersendiri yang menyebabkan serial awal Supernova tersebut laku keras dan memaksa Dee untuk melanjutkan ke serial-serial berikutnya. Tak terkecuali saya. Permainan Dee dalam membuat karakter yang kuat namun sepenuhnya memiliki kelemahan jadi kesukaan saya. Tak banyak penulis mampu membuat tokoh yang signifikan dari seri ke seri, ibarat Mama Jo dan Harry Potternya. Akan ada kerinduan yang dalam pastinya, jika seri-seri Supernova berakhir. Saya akan mengingat, kapan lagi saya bisa bertemu tokoh-tokoh ini lagi? Kurang lebih seperti itu.
Namun, sebuah karya yang ditulis dengan jelaga yang terendap lama, tentu akan menimbulkan pergeseran tertentu, seperti semangat yang pudar. Beberapa kali saya temukan kebosanan di awal-awal membaca Supernova yang muncul setelah Petir. Bisa dimaklumi, apalagi karena setelah Petir, perlu waktu 8 tahun bagi Dee untuk memanaskan kembali tungku yang isinya adalah tokoh-tokoh Supernova yang sudah diaduk. Meski kurang memuaskan ketika mengawali Supernova lagi–dari Partikel–setelah sekian tahun lamanya, tapi petualangan saya pada dunia metafisis Dee masih belum berkurang. Ah, kadang saya berandai-andai, bisakah saya menulis kisah fiksi seliar pikiran Dee yang berjelajah lebih jauh daripada jasadnya sendiri? Sepertinya, menulis kisah semacam ini memang penuh perenungan yang mendalam, disusul riset yang kompleks untuk menunjang cerita. Hasilnya? Kalian bisa baca sendiri dari setiap seri Supernova.
Kebosanan membaca pada awal-awal pertemuan saya dengan Alfa bukanlah perkara penting karena setelah cukup lama mengarungi “Gelombang”, pada akhirnya saya kembali mengikuti arusnya. Petualangan yang ada bukan hanya petualangan fisik, tapi termasuk spiritual dan ini begitu nikmat.
Mengarungi dunia mimpi sekali lagi tak pernah membuat saya bosan, seperti pada saat saya pergi menjelajah bersama Cala Ibi, naga terbang yang membawa Maya pulang ke kampung halaman, atau seperti pada saat saya membaca Misteri Anjing Karpatia, di mana salah satu tokohnya melakukan perjalanan badan halus, astral projection. Hal-hal semacam ini sudah menarik perhatian saya ketika ia muncul dalam dunia literasi, yang pada akhirnya saya pun jadi terobsesi untuk melihat-lihat beberapa tulisan terkait mimpi–mungkin nanti juga menghasilkan karya semacam itu, mungkin?
Alfa dan dunia di dalam kepalanya, alam bawah sadarnya, memaksa saya untuk merangsek lebih dalam. Seperti yang sudah saya katakan, bahwa kebosanan di awal penceritaan mengenai latar belakang Alfa tidak berlangsung lama. Saya bisa membuang beberapa bagian yang saya rasa tak perlu dibaca dan melakukan scanning bagian mana yang sekiranya lebih mudah untuk dipahami. Dan membaca Supernova memang tak pernah bisa ditunda-tunda. Ada semacam candu yang khusus, yang membuat saya betah berhari-hari tidak beranjak dari kursi hanya untuk membaca. Meski saya paling suka pada tokoh Bodhi dan Elektra dari seluruh seri Supernova, tapi Alfa ini boleh juga diperhitungkan sebagai alien lainnya di samping mereka berdua. Alfa termasuk salah satu dari sekian anomali manusia yang Dee ciptakan untuk menjadi nyata, dan dia memang ada di dunia, sebab penokohannya cukup kuat untuk menjadi nyata.
Jelas sekali, ada kerinduan yang amat sangat mendalam setelah menutup halaman terakhir. Semoga Intelegensi Embun Pagi lekas dimulai agar ingatan saya pada para tokoh ini tak memudar. Sejauh ini, puzzle kehidupan mereka sudah tersusun cukup jelas, tinggal menunggu akhirnya.

***

Cek juga review saya di Goodreads: https://www.goodreads.com/book/show/23252584-supernova



Related posts

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (62) Ayu Welirang's Bibliography (9) Blogging Story (2) BS-ing everyday (7) Buku (63) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (18) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (10) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (13) NgomonginSeries (5) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (3) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (72) Riset Tulisan (2) Rumah Kremasi (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (5) Short Stories (11) South Tangerang (1) Sumatera (3) talk about living my life (3) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (7) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: