(Fiksi Mini) Sebab Televisi Berbingkai Bangkai

POSTED ON:

BY:

Aku melihat jernih matamu, Sayang. Di sana, di dalam kotak sandiwara, berpariwara. Kelap-kelip nyala mata nyaris membakar kulitku, kulitmu jua, bagai binar neon berpuluh watt. Aku pun melihat bintang, sampai melingkari tubuhmu, wahai kekasih. Penuh teka-teki, siapakah kiranya ilmuwan yang sudi menangkap tali-tali bintang angkasa itu, sampai pada bajumu, Sayang?

Kulihat sandangmu berhias bunga. Alas kakimu berwarna cerah, bagai buah-buahan ranum yang siap dipetik. Untuk seikat bunga pada baju dan sekeranjang buah-buah segar itu, berapakah harga yang kau buang-buang ke lautan, Sayang? Tidakkah kau lebih baik menanam sejarah alternatif bagi dirimu sendiri, di depan beranda rumahmu? Dengan pohon-pohon yang lebih baik kau sirami daripada pohon di bajumu? Dan wahai kekasih, aku bertanya-tanya akan benda-benda itu, akan kau apakan kiranya mereka, ketika kau sudah renta? Kau tanamkah kelak ketika kulitmu memudar dan ditumbuhi belukar?

Kudengar pula, mereka yang menyaksikanmu, wahai kekasih, telah berlomba-lomba untuk mengumpulkan tetes keringatmu yang menjelma wewangian surga. Mungkin kesturi, mungkin bunga kamboja? Atau, ekstrak yang tak pernah terpikirkan sebelumnya, yang hanya Grenouille saja yang bisa menerka, sesungguhnya wewangian apakah yang kau kenakan untuk menutupi borok di balik ketiakmu itu, Sayang? Konon, banyak orang yang kini berlomba-lomba membuka kios murahan, di dekat pasar, di dekat terminal, di dekat pangkalan angkutan desa, agar wangimu yang abadi, masuk ke dalam botol-botol kecil limaribuan.

Tetapi, apakah aku pernah tahu, Sayang? Aku yang mendambamu dari balik layar datar hitam, tak henti-hentinya mengucap doa-doa, agar kelak pesta-pestamu tak berubah sia-sia. Apakah aku pernah silau karena binar matamu pula? Sesungguhnya bukan aku yang silau, karena layar hitam itupun mati di tengah malam. Jika warung kopi mati, maka tak ada layar datar hitam yang silau, hanya ada sunyi. Kesunyianku adalah doa bagimu, kekasih. Aku tahu, mimpimu kini telah terbeli. Telah luruh bersama jasadmu, bersama seluruh. Yang aku tahu, kekasih… Aku terus mendoakanmu tak putus-putusnya, sebab bila kau lupa, kau sungguh akan menangis sejadi-jadinya.

Sebab kau di sana, di televisi, dan aku di sini, di depan televisi yang berbingkai bangkai.

Mana kutahu wangimu kesturi atau kemboja? Jika yang kuhirup hanya asap kopi hitam di tepi warung kopi penjaga makam.

CMH, 21 Oktober 2014

sebab televisi menjual opera sabun

sandiwara, pariwara…



Related posts

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (62) Ayu Welirang's Bibliography (9) Blogging Story (2) BS-ing everyday (7) Buku (63) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (18) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (10) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (13) NgomonginSeries (5) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (3) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (72) Riset Tulisan (2) Rumah Kremasi (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (5) Short Stories (11) South Tangerang (1) Sumatera (3) talk about living my life (3) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (7) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: