Gowes Bogor – Going the Extra Mile! |
Salah satu teman mengajak saya dan Abang untuk singgah di rumahnya yang bertempat di Cijeruk, Bogor Selatan. Waktu itu, Abang memutuskan untuk berkendara dengan motornya. Tapi, saya yang sedang agak gila, memberi opsi agar kami berdua gowes saja ke Bogor sana.
Sampai di Tugu Kujang, kami beristirahat lama. Melihat icon kota Bogor yang merepresentasikan sebuah Kujang besar, dengan filosofi “Kukuh jeung Jangji”, atau kukuh dalam memegang janji (kata orang situ sih begitu). Hehehe. Di seberang Tugu Kujang, kami memarkir sepeda, dan berfoto sejenak.
foto dengan latar Tugu Kujang setelah ‘dihajar’ tanjakan panjang… |
Sekitar jam setengah dua belas, kami melanjutkan perjalanan, melewati pasar di depan Kebun Raya Bogor yang ramai kala malam. Kami terpaksa mendorong sepeda, tidak menaikinya karena tanjakan sangat curam dan jalanan tidak lancar. Daripada berhenti dan kelelahan karena harus mengulangi kayuhan dari awal, lebih baik didorong saja. Sampai BTM (Bogor Trade Mall), kami duduk di tepiannya. Teman yang rumahnya akan kami singgahi, menyuruh kami untuk menunggu di sana.
Satu jam… Dua jam…
Teman kami tak datang juga. Udara dingin kota Bogor mulai terasa. Saya rapatkan jaket waterproof, yang sudah saya dobel dengan sweater berbahan polar untuk dalamannya, sebagai windproof. Bogor yang dingin menerpa keringat kami, tentu hasilnya tidak akan baik. Saat berkeringat, pori-pori tubuh terbuka lebar, sehingga angin dengan leluasa memasuki tubuh. Daripada terkena resiko angin duduk, lebih baik merapatkan jaket. Ransel pun jadi lebih ringan setelah jaketnya dipakai.
Sekitar pukul setengah dua pagi, kami masih berada di BTM. Teman kami meminta kami untuk mengayuh lagi sampai Batu Tulis, stasiun Batu Tulis. Di sana, kami akan dijemput olehnya. Dan kami pun menyanggupi saja. Rupanya, tanjakan menuju Batu Tulis itu tidak ada duanya. Kemiringannya dahsyat! Kami pun mengayuh sebisanya. Saat dengkul saya mulai gemetar, saya dorong saja si Merry.
“Ini sih kayak naik gunung!” gumam Abang sambil mendorong sepeda.
Rupanya, fisik pendaki yang siap sedia dalam kondisi gunung yang bagaimanapun, tetap merintih juga ketika disuguhi dengan tanjakan-tanjakan dari atas sepeda. Hahaha! Rupanya, kami masih harus merapikan fisik kami ke dalam kondisi yang sangat prima. Dan ternyata, meskipun saya hampir putus asa karena malam sudah sangat larut, sedangkan saya masih mengayuh sepeda, kekuatan itu tetap ada. Rupanya, sebagai manusia, kita memang harus melampaui batas-batas diri untuk mengetahui sejauh mana kita bisa melakukan hal yang tak mungkin sekalipun. Seperti saya, yang memaksa diri untuk mengayuh meski tanjakan itu tidak manusiawi, tapi lebih ke ‘tanjakan khusus mesin’. Hahaha! 😀
Sampai di stasiun Batu Tulis, sekitar pukul dua pagi. Kami pun menunggu di daerah menuju Cijeruk. Sekitar jam tiga pagi, teman kami baru datang.
stasiun Batu Tulis yang akan mulai beroperasi lagi… |
“Udah, tanjakannya masih dua kali lagi. Sekarang sepedanya naik angkot aja!”
Kami pun berpandangan. Teman kami menyetop angkutan yang kosong, melakukan negosiasi harga dan deal. Sepeda kami pun naik ke dalam angkot, sementara kami duduk sempit-sempitan di dalam angkot.
“Kok naik angkot sih?” tanya saya.
“Lihat aja nanti,” gumam teman saya sambil terkekeh.
Dan ternyata, jalanan menuju tempat singgah sangatlah curam. Tanjakannya benar-benar tak ada ampun. Untunglah kami naik angkutan kota. Kalau tidak, si Merry pasti ogah-ogahan untuk dikayuh. Hahaha!
Setelah melewati tanjakan super tersebut, kami sampai juga di Cijeruk, kaki Gunung Salak, daerah Bogor Selatan. Teman kami menyuguhkan teh madu. Kami berganti pakaian dengan yang kering. Setelah minum teh madu, Abang yang sedari berangkat memang sangat mengantuk, akhirnya tertidur lelap. Sementara saya dan teman saya, malah bercerita sepanjang pagi. Kami bercerita sampai langit memberi pijar matahari.
Di kaki gunung Salak, saya mengistirahatkan kaki…
Perjalanan ini, menghabiskan waktu tempuh sekitar 6 jam, dari Jakarta menuju Bogor Selatan, dengan sepeda…
Leave a Reply