Selamat datang di blog saya teman-teman! 😀
Senang dan haru pastinya, karena saya ingat momen ketika saya mengambil foto tersebut. Berlomba dengan puluhan orang lainnya untuk mendapatkan posisi yang paling pas untuk menempatkan kamera saya, supaya fragmen pagi yang didapat menjadi begitu sentimentil. Dan rupanya, karena alasan-alasan seperti itulah foto saya dimenangkan oleh
Mbak Sash–begitu nama panggilan penggagas ronde 29 ini. Terima kasih Mbak Sash! 😀
Dan apa tema kali ini?
 |
Batas Daerah: Wonosobo – Kendal di lembahan Gunung Prau |
 |
Batuan Andesit Yang Vertikal itu pembatas, bahwa bagian tengah yang membentuk ruang itu adalah tempat semadi, maka tidak boleh diinjak. 🙂 |
 |
Papan pemberitahuan sebagai ‘batas’, agar para pendaki tidak memetik edelweiss. 🙂 |
Hmmm.
BATAS. Ya! 😀 Saya memberikan tema
BATAS untuk Turnamen Foto Perjalanan Ronde 30 ini. Jadi, mengapa batas?
Batas adalah pembatas. Sebuah batas yang nyata dan terlihat. Batas menjadi representasi sebuah tempat, ketika kita tak diizinkan atau dibatasi untuk melangkah. Saya rasa, setiap pejalan harus memaknai batas ini menjadi demikian serius, sebab ada saja mereka yang tak menghiraukan batas-batas sebuah tempat, sehingga kadang dapat mengancam eksistensi sebuah tempat wisata. Misalnya, merusak pagar atau pembatas yang menjadi penunjuk arah. Atau… Memanjat pagar, mencorat-coret pagar dan batas-batas.
Ya, batas dan pagar sebagai satu-satunya pembatas nyata yang harus dilihat oleh para pejalan, jika bukan karena seorang pejalan memiliki batasan dalam dirinya sendiri. Sebab, bisa saja di dalam pembatas itu terdapat sebuah ekosistem yang dilindungi kan? Atau… Bisa saja di dalam pembatas tersebut ada makhluk hidup yang dilindungi, hanya bisa dilihat, tak bisa diganggu? Bisa saja… Karena tak ada pembatas, maka belakangan kita lihat pembantaian beberapa satwa langka dan liar yang tak berdosa. Seperti pembunuhan seekor gajah yang sedang makan, hanya karena di daerah tersebut tak ada pagar atau pembatas yang ‘nyata’.
Menurut saya, batas itu perlu, baik dalam bentuk apapun. Mau pagar batas dari beton, besi, kayu, pohon, atau bahkan batas yang hadir dari diri kita sendiri. Sehingga, tak perlu lagi ada pejalan tak bertanggungjawab yang berpikir bahwa, “Ah gak ada pembatas ini, manjat aja!” atau mungkin… “Ah, gak ada batas sama penjaga ini, berarti boleh dong tembak itu singa!”
Nah, kira-kira seperti itulah alasan saya memilih tema untuk Turnamen Foto Perjalanan Ronde 30. Jadi, selamat bereksperimen dengan BATAS yaaa teman-teman!
Aturan main Turnamen Foto Perjalanan :
1. Turnamen foto perjalanan ronde 30 berlangsung mulai: 11 November 2013 – 25 November 2013, jam 23.59 WIB.
2. Foto harus hasil karya sendiri.
3. Peserta lomba TFP bebas mengupload foto dimana saja, asalkan milik/akun sendiri. Contoh: Web, Twitpict, Blog, dll
4. Submit foto pada kolom comment artikel ini dengan format berikut :
– Nama/nama blog/nama Twitter
– Link blog
– Judul/Keterangan foto
– Link foto (maksimal ukuran 600 pixel)
5. Foto tidak boleh mengandung unsur SARA atau menghina pihak lain.
6. Semakin cepat upload, semakin besar juga menjadi yang terposting diatas.
7. Pengumuman pemenang: 2-3 hari setelah batas akhir turnamen pada ronde tersebut.
Turnamen Foto Perjalanan untuk Traveler Indonesia, Mengapa mengikuti Turnamen Foto Perjalanan?
1. Ajang sharing foto. Bersama, para travel blogger Indonesia membuat album-album perjalanan yang indah. Yang tersebar dalam ronde-ronde turnamen ini. Untuk dinikmati para pencinta perjalanan lainnya.
2. Kesempatan jadi pemenang. Pemenang tiap ronde menjadi tuan rumah ronde berikutnya. Plus, blog dan temamu (dengan link ybs) akan tercantum dalam daftar turnamen yang dimuat di setiap ronde yang mendatang. Not a bad publication.
Siapa saja yang bisa ikutan?
1. (Travel) blogger – Tak terbatas pada travel blogger profesional, blogger random yang suka perjalanan juga boleh ikut.
2. Setiap blog hanya boleh mengirimkan 1 foto. Misal DuaRansel yang terdiri dari Ryan dan Dina (2 orang) hanya boleh mengirim 1 foto total.
3. Pemenang berkewajiban menyelenggarakan ronde berikutnya di (travel) blog pribadinya, dalam kurun 1 minggu. Dengan demikian, roda turnamen tetap berputar.
4. Panduan bagi tuan rumah baru akan diinformasikan pada pengumuman pemenang. Jika pemenang tidak sanggup menjadi tuan rumah baru, pemenang lain akan ditunjuk.
Nggak punya blog tapi ingin ikutan?
1. Oke deh, ga apa-apa, kirim sini fotomu. Tapi partisipasimu hanya sebatas penyumbang foto saja. Kamu nggak bisa menang karena kamu nggak bisa jadi tuan rumah ronde berikutnya.
2. Eh tapi, kenapa nggak bikin travel blog baru aja sekalian? WordPress, Tumblr, dan Blogspot gampang kok, pakainya.
Hak dan kewajiban tuan rumah:
1. Menyelenggarakan ronde Turnamen Foto Perjalanan di blog-nya
2. Memilih tema
3. Melalui social media, mengajak para blogger lain untuk berpartisipasi
4. Meng-upload foto-foto yang masuk
5. Memilih pemenang (boleh dengan alasan apapun)
6. Menginformasikan pemenang baru apa yang perlu mereka lakukan (panduan akan disediakan)
Ronde Turnamen Foto Perjalanan:
- Laut – DuaRansel
- Kuliner – A Border that breaks!
- Potret – Wira Nurmansyah
- Senja – Giri Prasetyo
- Pasar – Dwi Putri Ratnasari
- Kota – Mainmakan
- Hello, Human! (Manusia) – Windy Ariestanty
- Colour Up Your Life – Jalan2liburan
- Anak-Anak – Farli Sukanto
- Dia dan Binatang – Made Tozan Mimba
- Culture & Heritage – Noni Khairani
- Fotografer – Danan Wahyu Sumirat
- Malam – Noerazhka
- Transportasi – Titik
- Pasangan – Dansapar
- Pelarian/Escapism – Febry Fawzi
- Ocean Creatures – Danar Tri Atmojo
- Hutan – Regy Kurniawan
- Moment – Bem
- Festival/Tarian – Yoesrianto Tahir
- Jalanan – PergiDulu
- Matahari – Niken Andriani
- Burung – The Traveling Precils
- Sepeda – Mindoel
- Freedom – Pratiwi Hamdhana AM
- Skyfall – Muhammad Julindra
- Jembatan – Backpackology
- Tuhan – Efenerr
- Gunung – Elisabeth Murni
- Batas – Ayu Welirang
- Kamu? Ya… Mungkin kamu selanjutnya! 😀
Jangan lupa BATAS akhir pengiriman foto tanggal 25 November 2013 yaa teman! 😀
UPDATE FOTO
@dieend18 | Blog
 |
~ Batas Tak Terlihat ~ Ada batas tak terlihat di antara kita. Meski tak terlihat, tetap saja tak boleh dilanggar. Biarkan batas itu tetap ada. Sebagai pengingat, bahwa kau dan aku tak mungkin bersatu. |
******
@dananwahyu | Blog
 |
~ Batas Bikini ~ Jika berkunjung ke Iboih, pulau Weh jangan heran melihat tanda ini. Inilah batas wisatawan boleh mengenakan bikini di kampung turis. Di luar wilayah ini siapapun harus menghormati norma masyarakat Aceh sesuai syariah Islam. |
|
|
|
******
 |
~ Harap Maklum ~ Batas memancing di Segaran ( danau buatan ) – Sriwedari – kota Solo yang harap dimaklumi… |
******
 |
~ Karang Selatan ~ Daratan Jawa telah memilihnya sebagai batas yang jelas kepada samudera. Tempat gulung gemulung ombak menghempaskan diri, sementara dedaun hijau termangu di tepiannya. Dialah, Karang Selatan. |
******
.JPG) |
~ Negeri di Atas Awan dari Puncak Gunung Slamet ~ Seringkali kita mendengar Dieng sebagai negeri di atas awan, tetapi di mana batasnya? Nah, dari puncak Slamet akan terlihat jelas batas itu. Batas rakyat jelata dengan kamun nirwana di dongeng-dongeng. |
******
 |
~ Batas Tanah dengan Air ~ Bumi ini terbagi antara daratan dan perairan, daratan terluas disebut benua dan perairan terluas disebut samudera. Sedangkan daratan terkecil adalah pulau dan perairan terkecil adalah laut. Pulau Pandang ini pulau yang cukup eksotis yang sejauh mata memandang berbatasan dengan air laut yang berdeburan menghempas pantai disekelilingnya. |
******
 |
~ Gerbang Batas ~ Seperti halnya beberapa objek wisata di Thailand, tersedia gerbang khusus yang bisa dilalui oleh wisatawan. Ini adalah gerbang utama Ananta Samakhom Throne Hall (พระที่นั่งอนันตสมาคม), sebuah bangunan megah bergaya Eropa yang dibangun oleh King Rama V. Walaupun aku tidak tahu apa arti tulisan itu, namun dengan adanya gerbang kokoh dan pagar besi tambahan makna yang tersirat sangat jelas bahwa tidak sembarangan orang bisa melewati gerbang batas ini. |
******
 |
Garis batas itu sebenarnya tidak ada. Kita menciptakan ‘batas’ karena otak tidak bisa menjangkau semua isi dunia. Terbatas. |
******
 |
~ Sepanjang Pantai, Sepanjang Itu Pula Ombaknya Berbuih ~ Di sini, orang menyebutnya sebagai pantai. Segurat garis yang dipisahkan oleh buih yang kerap datang lalu menghilang lalu datang lagi emnjadi batas. Lalu, apa yang dikenang dari selembar pantai jika bukan ombak dan senja? Keduanya merangkai garis dimensi dalam ruang romansa di saat senja sedang ingin bersetubuh dengan cakrawala. Bahwa pantai selalu bercerita tentang kejar dan pelarian ombak, dan juga tentang angin senja. Bahwa disana buih telah menyatakan dirinya sebagai batas yang tak terbatas, karena mata selalu mengingatmu sebagai bagian dari pangkal menuju senja. |
******
 |
~ Pulang ~ Ketika perjalanan hidup telah sampai pada batasnya, semuanya akan berujung pada satu kata, pulang. Dan tempat ini adalah batas akhir perjalanan itu. |
******
@diah87 | Blog
 |
~ Batas ~ Batas wilayah kelurahan Watu Watu, Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari, Sulawesi Tenggara |
******
Leave a Reply