#Featured: KPCI adalah Dua Orang Gila! Mengayuh Sepeda dan Mencumbu Indonesia

Web Kayuh Pedal Cumbu Indonesia
Rasanya, saya belum puas jalan-jalan kalau cerita saya jalan-jalan di dunia maya belum ditulis juga. Hehehe. Sebenarnya, saya meluangkan waktu untuk merekam orang-orang terdekat yang ‘menulis’ tentang catatan perjalanan mereka dengan cara-cara berbeda dan kali ini akan saya mulai dengan posting ini. 
Beberapa waktu ini, saya yang memang baru bergabung di sebuah komunitas online bagi para penggiat kegiatan alam terbuka, menemukan dua orang gila yang sedang no maden, berkeliling Indonesia hanya dengan mengayuh pedal sepeda mereka. Sebenarnya, siar kabar mengenai mereka sudah saya dengar sejak lama. Tanpa menaruh perhatian lebih, saya sempat mengacuhkannya. Tapi, sejak mendengar nama mereka beberapa bulan terakhir, saya baru mengerti apa arti perjalanan bagi mereka. Bagi dua orang gila yang sekarang saya panggil Mamang (sebutan Paman di tanah Sunda), perjalanan adalah bagaimana kita berinteraksi dengan penduduk lokal, memahami kearifannya, bahkan ikut terjun di dalam kearifan itu untuk lebih melebur bersama mereka.

Saya jadi belajar, bagaimana memaknai perjalanan menjadi berbeda. Ternyata, perjalanan tak melulu bicara tentang destinasi, bagaimana keindahan itu dieksploitasi oleh mata dan kamera, melainkan bicara tentang proses. Perjalanan adalah proses. Bagaimana seseorang berproses untuk menjadi lebih dewasa, menjadi lebih arif dan bijak, serta memaknai bahwa setiap langkah yang dihitung adalah pengalaman dalam hidup. Hal ini saya kenal dari dua orang gila ini, Mamang Anto dan Mamang Cliff.

Kiri: Mamang Cliff lagi mulung botol 😀
Kanan: Mamang Anto persiapan lebaran 😛

Mereka berdua menamai perjalanan duet mereka sebagai Kayuh Pedal Cumbu Indonesia. Perjalanan selama dua tahun (menurut perencanaan mereka), berkeliling Indonesia, mencumbu sisi paling tepi dari Bumi Pertiwi, dengan mengayuh sepeda dan melakukan konservasi alam. Memulai perjalanan dari Bogor dengan sepeda, dan menyentuh Sabang sampai Merauke juga menepi di Ndana dan Miangas. Mereka berdua, sosok yang menginspirasi pejalan muda oleh proses, bukan hanya destinasi. Dari perjalanan ini, mereka berinteraksi dengan penduduk lokal, mencoba menyatu dengan kearifannya dan ikut menjunjung bumi yang mereka pijak. Di setiap kayuhan pedal sepeda, mereka kadang berhenti, sekedar memunguti sampah dan botol plastik yang merusak wajah destinasi dalam perjalanan mereka. Keduanya mencoba berkontribusi secara langsung untuk membersihkan wajah Indonesia yang terdiri dari gugusan pulau. Maka, cara terbaik untuk itu bukanlah menunggu pihak-pihak lain turun, melainkan turun sendiri dan merealisasikannya.
Mereka juga kerap kali bergabung dengan komunitas lokal di tempat mereka singgah, seperti Komunitas Pecinta Penyu dan Karang. Dengan KOMPPAK (begitu singkatannya), mereka ikut memperhatikan kesejahteraan biota laut, seperti terumbu karang yang nyaris rusak dan apapun yang ada di perairan tersebut. Mereka ikut turun dalam kegiatan konservasi di daerah-daerah terpencil, jauh dari peradaban namun memiliki semangat konservasi alam yang tinggi.
Saat ini, keduanya masih berjuang secara swadaya tanpa afiliasi organisasi manapun. Keduanya masih mencintai hidup, keindahan Indonesia, dan tetap bersepeda. Maka, untuk mencumbu Indonesia, satu-satunya cara yang mereka tempuh adalah perjalanan dengan sepeda. Betapa takjubnya saya, begitu juga dengan orang-orang lain. Nah, bagi teman-teman yang ingin menengok mereka atau sekedar berinteraksi, silakan mampir ke rumah maya mereka di cumbuindonesia.com, atau berkunjung ke akun-akun sosial media mereka di bawah ini,
Twitter: @KayuhPedalINA
Facebook: Kayuh Pedal Cumbu Indonesia

Jadi, teman-teman ada yang tertarik untuk bertemu mereka? Siapa tahu ada yang sedang satu destinasi dengan mereka, silakan langsung hubungi akun sosmednya dan tanyakan dimana, ya?! 😀
Jadi, tetaplah menjadi responsible traveller, tetap berjalan dan tetap mengagumi keindahan Indonesia dengan langkah konservasi.
Karena, “Lestari bukan sebatas ‘Like This!’,” kata Mamang Cliff Damora. 😀
Salam!
(Ayu W)
Jakarta, 13 September 2013


Related posts

8 responses to “#Featured: KPCI adalah Dua Orang Gila! Mengayuh Sepeda dan Mencumbu Indonesia”

  1.  Avatar

    @Zulfy Zulqurnain cieeeee mas selo nan edyaan… :3

    Like

  2.  Avatar

    sukaaaaaaaaa :3

    Like

  3.  Avatar
  4.  Avatar

    nice, banyak artikel, banyak info menarik disini juga, salam 🙂

    Like

  5.  Avatar

    @Mugniar pastinyaaaa Mama… 🙂

    Like

  6.  Avatar

    Kalo kedua mamang ini menerbitkan buku pasti bakal laris tuh 🙂

    Like

  7.  Avatar

    @Anak Rantau bisa jadiiii bisa jadiiiii 😀

    Like

  8.  Avatar

    Orang2 hebat yg layak disebut pahlawan.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (62) Ayu Welirang's Bibliography (9) Blogging Story (2) BS-ing everyday (7) Buku (63) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (18) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (10) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (13) NgomonginSeries (5) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (3) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (72) Riset Tulisan (2) Rumah Kremasi (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (5) Short Stories (11) South Tangerang (1) Sumatera (3) talk about living my life (3) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (7) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: