Sekilas Tentang Ultralight Hiking

POSTED ON:

BY:

Merasa keren bawa tas carrier seukuran kulkas ke gunung? Merasa kuat? Merasa hebat? Tapi, apa dampak yang terjadi ketika membawa tas sebesar itu dengan perlengkapan kelewat berat dalam pendakian yang hanya memakan waktu dua hari satu malam? Tentunya, encok saudara-saudara! Hehe.

model: Bang Djal GM :p

Nah, kali ini, saya ingin sharing mengenai keajaiban packing yang lebih ringkas, namun tetap mendapatkan seluruh fungsi dari peralatan yang akan kita bawa ketika melakukan pendakian. Kapan kita membutuhkan packing yang ringan? Nah, ini yang kadang jadi perdebatan. Tentunya, kita baru bisa mengaplikasikan teknik packing seperti ini setelah mengatur perencanaan untuk pendakian. berapa hari kita akan melakukan pendakian dan apa saja makanan yang nantinya akan menjadi persediaan atau ransum kita selama pendakian, dari naik sampai turun lagi dengan selamat. Setelah merencanakan hal tersebut, barulah kita dapat mengaplikasikan teknik packing kita. Nggak lucu kan kalau kita ke gunung selama dua hari tapi kayak bawa kulkas terus menghambat kita dan malah memungkinkan kita untuk membuang logistik? Nah, kita harus benar-benar sangat selektif ketika melakukan perencanaan sehingga semua benda dan logistik yang kita bawa, akan menjadi tepat guna.
Keajaiban packing ringkas nan ringan kali ini ceritanya akan diaplikasikan dalam pendakian standar. Packing seperti ini sering disebut sebagai ultralight hiking/backpacking. Nah, apa sih yang dimaksud dengan ultralight hiking. Berikut ini penjelasan seadanya dari saya, mengenai ultralight.

Ultralight backpacking is a style of backpacking that emphasizes carrying the lightest and simplest kit safely possible for a given trip. Base pack weight (the weight of a backpack plus the gear inside, excluding consumables such as food, water, and fuel, which vary depending on the duration and style of trip) is reduced as much as safely possible, though reduction of the weight of consumables is also applied.

The terms light and ultralight commonly refer to base pack weights below 20 pounds (9.1 kg) and 10 pounds (4.5 kg) respectively. Traditional backpacking often results in base pack weights above 30 pounds (14 kg), and sometimes up to 60 pounds (27 kg) or more. Enthusiasts of ultralight backpacking sometimes attempt super-ultralight backpacking (SUL) in which the base pack weight is below 5 pounds (2.3 kg) and extreme-ultralight backpacking (XUL) in which the base pack weight is below 3 pounds (1.4 kg). *wikipedia

Seperti yang sudah dijelaskan, ultralight backpacking adalah teknik packing yang menekankan kita untuk membawa kit atau gear yang ringan namun tetap aman dan tidak mengurangi kebutuhan benda pada saat akan melakukan perjalanan atau pendakian. Packing ringan ini termasuk ke dalam tas (backpack), berikut gear yang dibutuhkan, juga makanan, air, bahan bakar, dan perintilan kecil. Biasanya ultralight mengacu pada berat atau bobot packing kita yang (kalau bisa) tidak lebih dari 27 kilogram. Bahkan, beberapa penggiat alam terbuka yang menyukai ultralight backpacking ini biasanya mengurangi packing mereka sehingga hanya berkisar 14 kilogram ke bawah. Tidak terlalu berat bukan? Resiko encok juga berkurangnya efektifitas selama melakukan pendakian pun dapat lebih diminimalisir. Jadi, mendaki gunung pun akan lebih menyenangkan dan kita bisa lebih banyak melakukan eksplorasi alam daripada mengeluh kelelahan atau keberatan dengan beban yang dibawa.

Dulu, sejarahnya ultralight, dipopulerkan oleh Ray Jardine, seorang pemanjat tebing yang menulis buku pedoman bagi para hiker di tahun 1992, dan kemudian berganti judul menjadi Beyond Backpacking pada tahun 1999. Buku ini merangkum dasar-dasar bagi para ultralight hiker, sebagai pedoman bagi teknik ultralight yang banyak digunakan sampai saat ini.

Beberapa inti dari ultralight hiking ini adalah mengurangi bobot benda. Apa saja benda yang bobotnya harus dikurangi itu? Nah, di sini kita hanya melihat tiga barang utama. Pelindung dari cuaca (utamanya hujan), sleeping system, dan ransel adalah tiga item utama yang dibawa oleh hikers atau backpackers. Mengurangi berat tiga benda ini tentu saja akan berpengaruh dan akan mengurangi keseluruhan packing yang kita lakukan.

1. Packing besar (carrier dan isinya kegedean) | kira-kira bisa tebak bobotnya?
2. Packing lebih kecil namun semua fungsi benda ada | bobot nggak sampai 15kg
3. Lebih kecil dari nomer 1, semua isinya ada (meski bukan kategori UL soalnya masih berat :p)

Shelter / Tempat Perlindungan

Bagian yang utama tentu saja tempat perlindungan untuk kita di alam terbuka. Biasanya, yang umum tentu saja tenda, tapi tenda relatif berat. Kita bisa memilih tenda ultralight yang berkisar antara 1.5 kg sampai 2 kg, dan ini masih bisa diminimalisir. Karena perintilan tenda dome yang banyak, maka disarankan penggunaan tenda bisa dengan yang model ultralight atau diganti dengan terpal sederhana atau bivy, dari flysheet yang tentunya tahan air. Untuk dikondisikan saat badai, tentu saja kita harus memasangnya dengan kuat agar tak terbang ketika hujan angin. Perlu sedikit teknik menyimpul tali saat mengaplikasikannya sebagai pengganti tenda untuk tempat tidur kita. Dan penggunaan lain, tentu saja melalui tidur elevasi, yang sekarang ini sedang marak. Kita bisa menggunakan teknologi hammock yang dirancang sedemikian rupa agar tahan dalam cuaca dingin. Dan ada juga teknologi lain yang tentunya bisa dieksplorasi untuk mengurangi beban tenda.

~ Sleeping System

Bagian kedua dari the big three, adalah sistem tidur kita di alam terbuka. Biasanya bagaimana? Sudah pasti banyak yang memilih menggunakan sleeping bag dan matras untuk tidur. Ini yang umumnya terjadi. Kita membawa gulungan matras tentara dan sleeping bag tebal berbahan dakron yang kesannya hangat. Padahal, selain bobotnya yang berlebih dan memberatkan packing kita, SB berbahan dakron ini tingkat insulasinya terhadap dingin masih kurang. Dan untuk matras tentara, sebaiknya diganti dengan matras beralaskan aluminium dengan busa styrofoam tipis, yang tentu saja bisa dilipat dan tidak perlu kita bawa-bawa ketika akan pergi ke alam terbuka. Nah, mengganti dua jenis sistem tidur ini saja sudah bisa mengurangi beban kita di pundak nanti. Dan bentuk lainnya, kita bisa memakai jaket dengan insulasi tinggi, seperti yang berbahan down, atau bulu angsa. Untuk kaki, tentu saja bisa memakai sarung. Dengan menempel ke kulit, insulasi pori-pori terhadap dingin, lebih terjaga. Alami bukan? Bisa dicoba. 😀

~ Ransel


Dan poin yang ketiga, nampak sederhana namun menjadi inti dari ultralight hiking / backpacking, adalah ransel. Ransel yang biasanya dipakai untuk ultralight hiking adalah ransel yang kuat namun ringan. Ransel ini biasanya bisa membawa beban sampai 11 kilogram, namun berbahan kuat. Biasanya, ransel ini dibuat dalam paket tanpa frame (biasanya beberapa merek ransel ada bingkai besinya), bahannya nilon ripstop, silnilon, atau Dyneema dengan batas membawa barang sampai 11 kilogram. Dan kadang, ada beberapa penggila ultralight hiking yang membuat gears mereka sendiri. Biasanya mereka membuat ransel yang bisa membawa beban sampai sepuluh kilogram. Untuk ransel, silakan memilih sendiri bagaimana yang enak dipakai di pundak kita namun tetap ringan dan nyaman saat dibawa berlari. Seperti itulah kira-kira. Hehe.

Nah, itulah sekilas tentang ultralight hiking dari klasifikasi umum, sebagai pengantar. Untuk ke depannya, mungkin saya akan memberikan beberapa tips packing yang ringan untuk berkegiatan alam terbuka, sudah termasuk tiga item utama di sini ditambah dengan beberapa perlengkapan lainnya, seperti jaket, pakaian, logistik atau makanan, alat masak dan makan, juga perintilan lainnya. Kira-kira bagaimana mengaturnya agar tetap ringan? Tetap simak di blog ini ya!

Oh ya, ada beberapa referensi juga yang bisa dikunjungi untuk memahami seputar ultralight hiking / backpacking. Silakan mampir di sini:

[Ayu]

TAGS



Related posts

20 responses to “Sekilas Tentang Ultralight Hiking”

  1.  Avatar

    I have visited your website. Thanks for the info! 😀

    Like

  2.  Avatar

    Pardon me. I only speak english.But I translated the article and ultralight hiking is absolutely the way to go.I've got some work to do myself on getting my base weight down but I think I'm doing pretty good now because I use a hammock instead of a tent.If you are using a tent and you're into ultralight I highly recommend you consider trying a hammock.For a good hammock comparison I put together check this out: https://bestcampinghammockgear.com/

    Like

  3.  Avatar

    wah mantap bang lagi kesambet yang namanya UL Hiking nih

    Like

  4.  Avatar

    Jika Anda sedang mencari Box makanan pengganti styrofoam atau yang terbuat dari kertas food grade, maka saya anjurkan Anda menggunakan Greenpack.

    Like

  5.  Avatar

    Dulu penah lihat Nadine pamer sleeping bag yg super kecil di acaranya Dedy Corbuzier, sayang dia ga sempat bocorin itu merk apa.Kalau masih muda kayaknya ga masalah bawa carrier gede tapi seiring bertambahnya usia pasti semakin terasa berat.

    Like

  6.  Avatar

    @Arga hwaaaaa… ada mas Arga 😮

    Like

  7.  Avatar
    Anonymous

    Hmm…

    Like

  8.  Avatar

    @Kak Dansapar: Wah betisnya tales bogor yaaa? :))

    Like

  9.  Avatar

    @Bang Eksak: wah sebenernya ini juga ngarang… tapi gimana yaaa… sesuai pengalaman pribadi aja sih, trus dibikin perbandingannya sama ilmu2 lain di luar sana… wkwkwkwk. makasih udah mampir yaaa. 😀

    Like

  10.  Avatar

    kak ayu, 10 kilo itu uda berat bagikusoalnya dua betis kakiku aja udah berapa kilo sendirihuahahahhahajadi curcol soal betis;)))))

    Like

  11.  Avatar

    Kemarin abis muter 5 cm di kumpi, tapi kayaknya mereka ngasih contoh yg salah dalam pendakian! Celana jeans, carrier yg keliatan enteng, gak cukup bawa air minum, batu longsor yg lebay bgt, nyemplung di danau, dsb! Itu kan bahaya bgt! Mending simak tutorial dari Ayu! Hehe..

    Like

  12.  Avatar

    @Anonymous iya… bikin lupa diri… 😀

    Like

  13.  Avatar

    cara paling ampuh ialah berjalan dengan team, team yg bawa barang kita ! kita bawa diri ajah :))ah tapi hal tersebut membuat kita lupa diri, bahwa sesungguh kita ini lemah !

    Like

  14.  Avatar

    @satubumikita makasih udah mampir ya… 🙂

    Like

  15.  Avatar

    tips yang bermanfaat teh.

    Like

  16.  Avatar

    @armae Hammock itu kayak ayunan gitu… Nanti deh aku posting di sini soal itu… Hihiiii. Iyaaa ayo muncak bareng. ^_^

    Like

  17.  Avatar

    Temen-temen sering nyebut tentang hammock tapi aku belum pernah lihat wujudnya, pengen nyobak.Kalau masalah packing, beberapa kali naik gunung, jujur baru sekali bawa 'kulkas', itupun gak yang besar-besar amat. Emang gak enaakk. Hehe.. Udah dibiasain juga dari dulu, kalo naik gunung cukup satu atau dua aja yang bawa kulkas, lainnya bawa backpack. Tapi emang kudu packing bareng-bareng, jadi bisa bagi tuas apa aja yang kudu dibawa. Setuju banget, kalo perencanaan yang matang memang harus dilakukan sebelum berangkat. Supaya bisa menikmati perjalanan tanpa mengabaikan safety procedure. Ahhh,. udah lama gak muncak! 😦

    Like

  18.  Avatar

    @wira nah itu dia… saya juga lagi ngurangin bobot di…… ah sudahlah. :)))

    Like

  19.  Avatar

    Saya juga lagi coba ultralight hiking dengan cara…ngurangin berat badan…. Tapi enakan sewa porter sih :))

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (62) Ayu Welirang's Bibliography (9) Blogging Story (2) BS-ing everyday (7) Buku (63) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (18) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (10) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (13) NgomonginSeries (5) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (3) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (72) Riset Tulisan (2) Rumah Kremasi (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (5) Short Stories (11) South Tangerang (1) Sumatera (3) talk about living my life (3) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (7) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: