Review: Olympus VG-110 Pocket Camera

POSTED ON:

BY:

Sudah satu tahun lebih, beberapa kisah dan perjalanan dalam blog ini saya abadikan dengan kamera saku dari Olympus. Saya memang menggunakan kamera SLR, tapi masih analog. Agak repot juga, karena sekarang ini sudah zamannya digital, sehingga mendapatkan film yang pas untuk kamera analog agak sulit. Mencari di toko-toko untuk penggemar kamera analog dan lomografi juga kadang filmnya hitam putih atau mode sephia, sehingga untuk mendapatkan pemandangan kota dan alam, agak kurang cocok momennya. Selain karena kamera analog yang berat dan packingannya besar, resiko film terbakar sangat besar apalagi untuk kegiatan outdoor. Nah, dari sanalah saya coba hunting untuk kamera baru. Berhubung waktu itu budget masih terbatas, saya coba cari kamera saku yang fitur-fiturnya lumayan. 
Setelah mencari, saya akhirnya menjatuhkan pilihan pada brand Olympus. Waktu itu, ada bazaar kamera di Lotte Mart Ratu Plaza. Kamera-kamera di sana sedang diskon. Kebetulan saya lihat-lihat dan mendapatkan kamera ini di antara diskon. Hahaha. Mental diskonan. Ya bodo amat deh. Hehe. :p
Beberapa kali saya coba membawa kamera saku ini ke tiap perjalanan saya, dan banyak foto yang saya abadikan. Beberapa foto senja dan pagi hari juga bisa saya ambil secara sempurna. Hihihi. Sebenarnya ada bahasa, “Kamera memang penting, tapi ‘the man/girl behind the gun’ itu lebih penting.” Saya memang bukan fotografer sih, hanya saja saya memang senang jepret sana-sini. Dari berbagai gambar yang tertangkap kamera, saya pilih yang menurut saya paling oke. Jadi, kalau ada yang bilang, “Wah ini bagus Yu! Gimana motretnya?” Saya mungkin akan jawab, “Saya juga motret itu beberapa kali sampai dapet yang pas.” Hahahaha. Simpel kan? Ya memang begitulah cara saya belajar memotret.

Magic Art Filters, 12-Megapixels and 26mm 4x Wide-Angle Zoom Lens Make This Camera a Must-Have for Capturing Your World

Kamera ini launching dari tahun 2011 lalu. Olympus V-series yang juga mengeluarkan beberapa varian setelah ini. Kamera ini menawarkan sensor 12 megapixel, 2.7″ LCD, dengan 4x zoom pada lensa optiknya. Seperti varian yang lebih atas yaitu VG-120 yang diluncurkan pada tahun yang sama, kamera ini juga menawarkan opsi editing otomatis bernama magic filter dan AF tracking. Adapun magic filter yang ditawarkan oleh kamera tipe ini adalah:

  1. Pop Art: menghidupkan warna ala pop art pada tahun 1960-an.
  2. Pin Hole: mengurangi kecerahan gambar di bagian tepi sehingga seperti difoto dari kamera lubang jarum, jadi terpusat pada subjek di tengah.
  3. Fish-eye: membuat efek ala lensa fish-eye dengan sudut luas dan bagian pusat foto seperti cembung.
  4. Soft Focus: membuat efek foto seperti dalam studio, dengan gambar dan warna yang lembut dan fokus yang tepat.
  5. Drawing: mengubah foto jadi efek sketsa.
  6. New! Sparkle: mengambil foto dengan efek lampu berkelap-kelip.
  7. Punk: mengubah foto menjadi efek dual-tone, sehingga nuansa rock-n-roll lebih terasa. 
Untuk AF tracking sendiri, kamera akan mengunci objek yang bergerak cepat, lalu kamera akan menyesuaikan brightness dan fokus secara otomatis. Ini memungkinkan objek bergerak bisa tetap diambil dengan perfect shot. 

Sebenarnya masih banyak fungsi yang bisa ditelaah dari kamera ini, asal kita jeli untuk mempelajari dan membaca buku panduannya kalau tidak malas. Hehehehe. Selain dua fitur di atas, masih ada mode untuk memotret kondisi dan situasi objek sesuai tema, seperti pemandangan, sunrise/sunset, potret manusia, potret hewan, kembang api dan lain sebagainya. Dengan kemudahan seperti ini, bukan tidak mungkin kita bisa mendapatkan hasil yang sama memuaskannya seperti memakai kamera pro dengan harga dan kualitas yang jauh dari rata-rata. Hehehehe. Nah, nggak banyak bicara lagi, ini beberapa contoh foto yang saya ambil dengan kamera Olympus yang sudah hampir 2 tahun terakhir ini saya gunakan dalam kegiatan travelling saya. Selamat melihat-lihat! 🙂

Efek Pinhole, Selat Sunda
28 Maret 2013

Efek Soft-focus, Pelabuhan Bakauheni
28 Maret 2013

Karat! Pop Art! :D, Selat Sunda
28 Maret 2013

Lubang jarum menuju Gunung Salak
Lokasi: Pemukiman padat Pulo Geulis di atas aliran Sungai Ciliwung
8 April 2013

Monas dari “mata ikan” (fish-eye effect), 25 November 2012

TAGS



10 responses to “Review: Olympus VG-110 Pocket Camera”

  1.  Avatar

    @Della Monasnya meleleh! :))

    Like

  2.  Avatar

    Iya, analog emang paling keren. Punyaku rusak dan gk bisa dibenerin, huhuhu..Yang monas keren juga tuh 😉

    Like

  3.  Avatar

    @catatan-r10.com tapi tetep gak ada yang bisa ngalahin kualitas gambar SLR analog Bang… :'D

    Like

  4.  Avatar
    Anonymous

    Kamera analog dgn film? Jadi ingat film terbakar he heSekarang jaman digital, kamera saku digital pun sudah akan diganti dgn kamera ponsel 😀

    Like

  5.  Avatar

    @armae ini kan gak diedit, cuma retouch… coba aja liat hasilnya, gak jauh beda kok sama aslinya… :p

    Like

  6.  Avatar

    @Gen – Q wah, kayaknya sih discontinued, soalnya ini produk 2011 :)) tapi coba aja cari-cari siapa tau ada keluaran baru dengan tipe berbeda tapi fungsi sama.

    Like

  7.  Avatar

    @octarezka momen itu yaaaa tergantung yg liat dan yang bisa bikin itu jadi bagus. hahaaa. 😀

    Like

  8.  Avatar

    Wah,. setuju banget sama mbak Ayu. Kamera gak harus bagus, gak harus mahal, yang penting bisa dimaksimalkan. Keren kameranya ada mode editingnya gitu,.. Walopun sebenarnya saya kurang suka dengan gambar hasil editan 😀

    Like

  9.  Avatar

    Emang beneran keren sih hasil jepretan jadinya…. Nabung dulu deh ^^

    Like

  10.  Avatar

    hmm..,kalo saya paling gak ngerti momen bagus itu gimana,kalo udah jalan-jalan apalagi daki gunung, pemandangan yang orang liat biasa saya malah jejeritan bilang bagus banget -____-

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (62) Ayu Welirang's Bibliography (9) Blogging Story (2) BS-ing everyday (7) Buku (63) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (18) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (10) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (13) NgomonginSeries (6) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (3) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (73) Riset Tulisan (2) Rumah Kremasi (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (6) Short Stories (11) South Tangerang (1) Sumatera (3) talk about living my life (3) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (7) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: