Jurnal Pendakian: Menanti Pagi di Sindoro (6 – 8 Juni 2013)

POSTED ON:

BY:

Dari belakang ke depan: Merapi, Merbabu, Sumbing kala pagi

Ssssstttt… Ini sebenarnya silent trip lho. Bahahahahaaa…

Hehehe. Niatnya kami mau berangkat bertiga. Tapi, apa daya. Karena seorang teman tidak jadi berangkat, dan satu teman dari abang rencananya mau menyusul hari Sabtu dan ketemu di jalur aja, jadilah kami berangkat cuma berdua dari Jakarta. Dan tahu nggak? Ini merupakan pendakian pertama saya yang jumlahnya cuma dua orang! Bayangkan! Berdua aja?! Betapa repotnya nanti ketika saya membawa perlengkapan untuk saya sendiri, pasti banyak yang harus dipikirkan, mengingat cuma berangkat berdua. Eh, untungnya abang memang orangnya selalu “sedia payung sebelum hujan”. Jadi, apapun peralatan yang dibutuhkan, lengkap masuk ke dalam carrier deuter dengan kapasitas 38 liter itu. \(^____^)/
Jadi, saya sih licik ajaaa. Cuma melenggang-mendaki dengan daypack yang isinya logistik sama air 4 liter (lumayan lah, agak berat dikit). 😛
Nah, perjalanan kali ini, kami naik Dieng Indah, dengan pertimbangan supaya kami bisa santai di perjalanan. Ya iyalah, namanya juga bis eksekutif. Nah, dari Kalimalang, bis langsung menuju tol dan meluncur lancar sampai keluar di Cikampek, lalu menyusuri sepanjang jalur pantura. Awal mulanya, bis sih baik-baik aja. Tapi, lama kelamaan, supir bis seperti mengetahui ada yang tidak beres pada bis. Jreeeng! Ternyata ada masalah di mesin atau dimana gitu ya, pak supir juga nggak memberitahu para penumpangnya. Hampir beberapa jam perjalanan, supir selalu memberhentikan bis dan menepikannya. Duh, khawatir sampai ke Wonosobo telat dan hancurlah itinerary. Saya sih santai aja, masih berpikir positif kalau kami masih bisa kejar waktu sampai di Wonosobo pagi-pagi. Setidaknya, sebelum Jum’atan, kami sudah mulai mendaki dan sekurang-kurangnya, bisa sampai di Pos 3 sebelum petang.
Saya biasa, tapi abang kelihatan tidak biasa. Mungkin, takut nggak bisa kejar waktu pulang kali yaaa. Karena kami memutuskan untuk pulang Sabtu, biar Minggu sampai di Jakarta dan bisa santai lagi. 😀
Bis sempat mengalami mogok agak lama juga di tengah tol Cirebon. Dan supir ternyata menunggu bis Dieng Indah lainnya yang kemungkinan lewat. Waktu lewat, supir bis yang satu lagi memberitahu tentang sesuatu akan bis yang kami tumpangi. Saya jadi ngeri. Tapi untungnya, perjalanan bisa dilanjutkan dan singkat kata, kami sampai di Wonosobo pukul 10 pagi.
Siap-siap di terminal dan sambung angkutan menuju ke Kledung. Kali ini, saya naik angkutan yang sama seperti waktu saya ke gunung Sumbing, hanya saja turunnya tidak di Garung Reco. Kami harus turun agak jauh dari basecamp Sumbing, tepatnya di daerah Kledung. Hati-hati ya teman, soalnya kondektur bis suka agak-agak lupa basecamp Sindoro itu dimana. Soalnya, saya juga turun terlalu jauh dan harus jalan kaki  ke arah sebelumnya, kurang lebih 2 kilometer sampai ke basecamp Sindoro.

Singkat kata, kami mendaftar ke basecamp yang agak sepi. Rupanya, ada beberapa pendaki yang sudah lebih dulu naik sebelum kami. Sekitar jam setengah duabelas, kami mulai naik. Kami langsung naik ojek sampai ke pos ojek, supaya menghemat waktu. Dari pos ojek, kami akan mulai berjalan di tanjakan ringan sampai ke pos satu, atau pintu rimba. Gerimis menghiasi perjalanan kami sampai ke pintu rimba. Untung di pintu rimba sudah mereda. Di sini, kita akan menemukan dua jalan. Yang satu, tepatnya di belakang tanah datar yang seharusnya dibangun shelter, ada jalur naik, dan ada jalur di sebelah kanan kita. Jangan lupa, ambil jalur yang di kanan kita saja. Ini jalur yang benar menuju ke pos 2. Memang sih, agak aneh karena jalurnya terus turun. Sebenarnya, menuju pos 2 memang begitu jalurnya, mengambil sisi dan terus melewati lembahan. Jadi, hati-hati salah jalan! Hehe.

Dari lembahan, pos 1, kita cukup berjalan santai menanjak sebelum akhirnya sampai pos 2. Kira-kira, perjalanan sampai ke pos 2 memakan waktu satu jam. Nah, disinilah mulai hujan lagi. Dan setelah hujan-hujanan, akhirnya sampai di pos 2. Di pos, kami berteduh dulu, sampai hujan mulai agak reda. Setelah reda, kami melanjutkan jalan ke pos 3, dimana pos 3 adalah tempat yang cukup luas untuk membangun tenda.

foto atas: pos 1 – pintu rimba, ambil jalurnya jangan yang di belakang saya
foto bawah: pos 2 dan jalur

Sekitar 1.5 jam pendakian dengan track yang mulai terus menanjak, akhirnya kami sampai di pos 3. Kami duduk sebentar, makan dan tidak membangun tenda. Berhubung waktu masih sore, akhirnya kami lanjutkan perjalanan dan mencari lokasi camp yang agak lebih dekat dengan puncak Sindoro, sehingga pada saat summit attack jam 2 pagi, kami tidak perlu membawa begitu banyak barang. Masih bisa meninggalkan tenda dengan aman, karena konon katanya, di Sindoro ini cukup banyak pencuri. Saya juga bingung, mereka datang dari mana dan bagaimana teknis mencurinya. Hahaha.

Menuju Pos 3

lokasi tenda, pos 3 – tapi saya masih naik lagi sih

Sekitar jam lima sore, kami membangun tenda di tempat lapang yang cukup untuk satu tenda. Di sini kami bisa melihat langsung pemandangan ke pucuk Gunung Sumbing, ketika pertama kali membuka tenda. Wah, tak terbayangkan bagaimana besok pagi kami bangun. Bangun pagi-pagi langsung disuguhi pemandangan gunung. Rasanya asyik sekali kalau di kota besar pun bisa seperti itu. Hahaha. (mimpi)

Dari tempat kami camp, kami bisa langsung mendaki lagi, melewati hutan lamtoro, kemudian pos empat Batu Tatah. Dari sini, kami akan terus mendaki sampai ke puncak kawah Sindoro. Sekitar jam setengah tiga pagi, kami bangun. Kami membawa perbekalan secukupnya untuk summit attack–istilah yang lumrah di kalangan para pendaki ketika akan mendaki ke puncak gunung.

Jam setengah tiga tepatnya kami memulai pendakian. Saya pada saat itu mengambil posisi di depan dan partner in crime saya berada di posisi belakang. Saya agak sensitif dengan suara-suara, apalagi tengah malam buta. Tapi, kala itu saya coba untuk mengesampingkan sejenak pikiran absurd saya dan terus saja berjalan. Rasa lelah pun terobati, melihat pemandangan kota Wonosobo yang berkelip seperti bintang di bawah saya. Kala itu, kondisi cuaca sedang bersahabat, sehingga tak perlu khawatir berjalan di dini hari.

Setelah dua setengah jam kami berjalan menyusuri jalur yang cukup ringan (meski terus menanjak), kami akhirnya mendekati puncak kawah Sindoro. Dari atas kami, sudah ada beberapa senter yang menyorot kami. Dari suara-suara mereka, mereka seperti menyemangati kami. “Sedikit lagi Mas! Ayo!” gumam mereka yang sudah lebih dulu sampai di puncak. Saya sempat bertemu empat orang yang juga sudah mendaki lebih dulu daripada kami, namun mereka beristirahat cukup lama. Ada juga yang kelewat mengantuk sehingga menyempatkan diri untuk tidur sejenak di lahan yang cukup terbuka. Pada saat itu, saya hanya menyapa, ikut duduk sejenak sebelum akhirnya kembali melanjutkan perjalanan.

Dan kami pun sampai sekitar pukul lima lewat. Kami duduk, menikmati dinginnya angin sambil memandangi kota Wonosobo yang bagai kunang-kunang. Berkelip dan mulai bising. Sejenak merenung, hanya mendengarkan suara alam. Beberapa saat kemudian, warna merah mulai merona di langit timur. Dan dengan euforia yang berlebihan, saya menunggu lahirnya matahari. Warna yang romantis. “Tuhan memang begitu romantis, bicara dengan bahasa yang tak kita mengerti, seperti merah muda langit pagi ini,” begitu gumam saya saat menunggu matahari.

Dan pendakian melelahkan ini, seolah terbayarkan dengan transisi matahari.

:*
my partner in crime, yang setia menemani naik :3
Heaven’s Light :’)
Sumbing in the morning
kami turun, mereka naik 😀
Sumpaaaaah ini bukan photoshop 😀
Lagi ngapain Bang? :p

Tak ingin berlama-lama, akhirnya jam tujuh pagi kami turun lagi, mengingat beberapa barang yang ditinggal di lokasi kami camp. Turun selama satu setengah jam saja, dan kami sampai di camp. 

Setelah sampai, kami memasak untuk persiapan energi dalam perjalanan turun. Perjalanan turun, kami hanya menempuh waktu kurang lebih dua setengah jam sampai tiga jam. Saya yang hanya membawa daypack, harus membawa sampah juga. Tak apalah, karena saya sudah berjanji pada diri sendiri untuk jadi responsible-traveller-backpacker-whatever lah namanya. Singkat kata, saat itu hujan deras, dan kami tetap turun, melewati jalur yang menjadi sungai kecil dadakan. Nah, sampah kering yang terhujani sehingga menjadi agak berbau itu saya bawa turun dan saya buang di tempat sampah pos ojek. Kami sampai di basecamp pada pukul satu siang. Dari pos satu menuju pos ojek berjalan santai, dan naik ojek dari pos ojek untuk mencapai basecamp. Maklum lah, capek rasanya kalau masih harus menempuh jalan berbatu. Hehehe. Di basecamp bersih-bersih dan sekitar pukul setengah tiga langsung menuju terminal Wonosobo.

Kira-kira, untuk rincian biaya per orang dari Jakarta menuju Kledung (basecamp Sindoro), adalah sebagai berikut:

  • Patas AC Dieng Indah PP Rp 180.000,-
  • Bis Wonosobo – Magelang, turun di Kledung, PP Rp 14.000,-
  • Ojek basecamp – pos ojek, PP Rp 30.000,-
  • Retribusi dan pendaftaran pendakian Rp 3.500,-

Nah, kira-kira total biaya (belum termasuk logistik) untuk tiap orangnya sebesar 227.500 rupiah. Mungkin, teman-teman ada yang berminat mengunjungi Sindoro juga dan menikmati gemerlap kota Wonosobo di malam hari? Oh ya, next post, akan saya suguhkan foto-foto hasil transisi mataharinya yaaa. 😀
Have a good trip, mates! 🙂

Selatan Jakarta
16 Juni 2013



6 responses to “Jurnal Pendakian: Menanti Pagi di Sindoro (6 – 8 Juni 2013)”

  1.  Avatar

    @Frenky Man selamat mampiiir 😀

    Like

  2.  Avatar

    Keren abis foto-foto nya! Kapan-kapan mampir ah tetangga dari gunung sumbing ini. Baru pernah ke Sumbing, Sindoro nya cuma ngeliat dari jauh aja hahahttp://www.thedreamerblog.com

    Like

  3.  Avatar

    @Bang Rusydi: Mampirlah Bang, kapan-kapan… Lelahnya pasti terbayar kalau cerah… 🙂

    Like

  4.  Avatar

    waw waw.. perjalanan yg melelahkan. yakin dah bukan hasil editan phtoshop. walau aktif di PA dulunya, baru tahu ttg pendakian sindoro ini. kapan ya bisa ke sana.

    Like

  5.  Avatar

    @bang apuy: reuniiiii dempo 😀

    Like

  6.  Avatar

    keren sekali … smoga next trip bisa lebih indah

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (62) Ayu Welirang's Bibliography (9) Blogging Story (2) BS-ing everyday (7) Buku (63) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (18) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (10) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (13) NgomonginSeries (5) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (3) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (72) Riset Tulisan (2) Rumah Kremasi (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (5) Short Stories (11) South Tangerang (1) Sumatera (3) talk about living my life (3) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (7) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: