Album Bali Total Grunge Compilation

POSTED ON:

,

BY:

Sudah sejak lama saya ingin membuat ulasan tentang sebuah album yang sedang ada di tangan saya sekarang. Saya sudah memilikinya sejak lama namun tak juga menemukan Kamis yang tepat untuk membuat ulasannya. Album ini sendiri saya dapatkan dari seorang musisi bernama Ricky Respito, personil Respito (band Grunge), sekaligus pemilik Omahku Studio Musik.

Album ini merupakan album kompilasi yang dibuat oleh komunitas Grunge Bali bernama Bali Total Grunge. Band yang ada di dalamnya pun sangatlah beragam. Mulai dari jenis musik, unsur instrumen yang dimainkan, dan juga tema lirik dari lagu mereka. Semua hal itu membuat perbedaan yang ada dalam album ini terkesan indah. Perbedaan yang terjadi bukannya membuat perpecahan malah membuat warna musik yang semakin beragam saja. Di samping itu, keindahan perbedaan itu bisa menyatukan seluruh penggiat scene Grunge di Bali dan Indonesia tentunya.

Dan bagaimanakah bentuk dari album kompilasi keren dari komunitas yang juga keren ini? Sila disimak.

Pertama membuka sampul plastik album tersebut, saya terkesima melihat design cover yang sangat unik. Raster gambar Kurt Cobain yang mengenakan udeng (ikat kepala khas Bali) terlihat mendominasi hampir seluruh bagian depan cover album tersebut. Wah, ini keren sekali! Menurut saya, yang membuat kompilasi ini berbeda dari kompilasi lainnya adalah karena desain sederhana yang identik dan berbeda dari album-album kompilasi lainnya.

Desain sederhana berlatar belakang putih kekuning-kuningan dengan detil biru muda, membuat album ini layak dipandang mata. Malah terkesan menyegarkan kalau menurut saya. Nama sang desainer tercetak di bagian belakang album, berikut keterangan-keterangan lain tentang album itu. Kalau tidak salah, gambar Kurt Cobain dengan udeng itu diplesetkan oleh Robi Navicula dari cover buku “Heavier Than Heaven”. Bagian dalam album ini juga sangat eyecatchy sekali lho teman! Mulai dari sebelah kanan yang menceritakan kronologi berdirinya Bali Total Grunge oleh “Ketut Cobain” dan di sebelah kiri ada penjelasan singkat tentang band-band yang mengisi kompilasi. Ada fanpage, contact person, dan akun twitter dari band-band di dalam kompilasi.

Sekitar tanggal 20 Maret 20212 lalu, sambil mendengarkan lagu-lagu dari album kompilasi ini, saya menyempatkan diri untuk membuat review 140 karakter dalam twitter @ayuiniteh terkait album kompilasi ini. Ulasan pendek ini bisa dibaca dengan hashtag #balitotalgrungecompilation. Dan kurang lebih, seperti inilah poin-poin dari ulasan di twitter.

  1. banyak unsur silverchair dan riff-riff nada rendah di Bali Total Grunge Compilation vol. 1… hmmm… #balitotalgrungecompilation
  2. ada sedikit unsur rock ‘n roll juga loh ternyata!!! #balitotalgrungecompilation
  3. tema yang diusung beragam. ada yang mengangkat tema seputar isu negara dan realitas wanita #balitotalgrungecompilation
  4. efekbatik dengan hate the doctor yang berdistorsi rendah, hampir mirip dengan israel son, pada bagian awalnya. #balitotalgrungecompilation
  5. spankmonera dng lagu damai, menarik d bag. awal, ada sliding senar! 😀 namun masuk beat awal, agak lambat. #balitotalgrungecompilation
  6. @naviculamusic dengan metropolutan, hmm. berhubung sudah dengar, jadi tidak begitu banyak komentar u/ ini. 😀 #balitotalgrungecompilation
  7. in utero w/ bumi pertiwi. ad efek laser2 gitu di awal. 😀 saya suka suara vokalisnya. berat tp nyecep ke hati! #balitotalgrungecompilation
  8. midbangs w/ imajinasi liar. suka gitar di awal, krn kesannya jadi etnik. teriakan di tengah lagu memberi klimaks #balitotalgrungecompilation
  9. nymphea w/ peace. ini satu2nya band yg bervokalis wanita. u/ lagu sekeras ini, vokalisnya mampu membawa dinamika #balitotalgrungecompilation
  10. naughtoria w/ nafsu amoral. wow! saya seperti mendengar koil + silverchair nih! mirip spawn again apa gimana yaaa? :D.
  11. nah, ini nocturnal w/ she, lagunya agak mirip the calling malah. 😀 tapi suara vokalisnya empuk banget. #balitotalgrungecompilation
  12. otakering w/ manusia fermentasi ini yang agak berbau nirvana. yg membedakan cm cr nyanyinya, di-sliding. #balitotalgrungecompilation
  13. electric w/ wanita liar. vol. gitarnya agak krg sih. tp mungkin mmg dbwt sprti itu biar serupa ruang redam kali. #balitotalgrungecompilation
  14. moist vagina – kupu2 malam. agak mirip smells like teen spirit nirvana tp it’s okay lah, nmany jg influence. ^^ #balitotalgrungecompilation
  15. negative – die. inipun sepertinya terinfluence dari nirvana. 😀 malah dinamikanya mirip sekali. mirip lagu ap y? #balitotalgrungecompilation
  16. balian – lost at sea. waaaah ini saya suka. malah kayak the sigit loh! 😀 jadi nuansa rokenroll juga ada nih. 😀 #balitotalgrungecompilation
  17. valium – sebut dia. yang ini juga unik. vokalnya unik, dinamika lagu jg naik-turun, ngga datar. musikalitas top! #balitotalgrungecompilation
  18. nameless noise – the moon & me. akhir2 album malah brnuansa rokenroll & a little touch of blues/folks. cool! #balitotalgrungecompilation
  19. ini bukan sok tahu, melainkan hanya penilaian dari orang luar yang objektif kok. #balitotalgrungecompilation
  20. nah, intinya adalah, tetap gemakan grunge dimanapun anda berada. salam grunge! #balitotalgrungecompilation

Dalam album kompilasi ini ada 15 band yang mengisi. Pembukaan album disambut oleh band bernama Efek Batik. Band ini mengisi kompilasi dengan lagu “Hate the Doctor”. Pada awal lagu, kita akan mendengar solo bass yang sekilas mirip dengan Israel Son dari Silverchair. Dan pada tengah lagu, kita akan mendengar teriakan-teriakan sebagai bentuk protes terhadap objek utama lagu, seorang dokter. Entah mengambil segi apa lagu ini. Sepertinya lagu ini mengambil tema penolakan mal praktek yang ditujukan langsung kepada si dokter sehingga menghasilkan bunyi-bunyian dengan riff bernada rendah yang sarat kekecewaan.

Spankmonera di track 2 dengan lagu Damai. Pada bagian awal memang beat-nya agak lambat, namun setelah bagian itu lewat ada sliding senar gitar yang membuat lagu ini jadi menarik. Dan setelah itu, dilanjutkan dengan Navicula. Lagu Metropolutan dari Navicula mengisi track 3 untuk kompilasi ini. Lagu ini adalah lagu yang familiar untuk kita semua. Lagu yang mengangkat realita di kota Jakarta dan segudang masalah saat kemacetan. Betapa lagu ini kaya akan konflik, meski hanya mengangkat tema yang sederhana, yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Track 4 diisi oleh In Utero. Band ini mengisi dengan lagu berjudul Bumi Pertiwi. Lagu yang sarat pesan moral mengenai bangsa sendiri ini tak hanya mengedepankan komposisi lirik tetapi juga musikalitas. Efek laser yang ada dalam lagu membuat lagu ini semakin indah dan suara vokalis yang berat namun menyayat, mampu mengembangkan dinamika pendengar lagu. Setelahnya ada Midbangs dengan Imajinasi Liar. Diawali dengan gitar yang membuat kesan lagu ini jadi agak etnik dan kontemporer. Seperti petikan kecapi. Lagu yang sekilas seperti mendengar lagu bertipe psychadelic dan mengedepankan imajinasi yang liar. Dengan teriakan di tengah lagu, membuat lagu ini mencapai klimaksnya.

Nymphea berada di posisi setelahnya. Band ini adalah pengisi kompilasi satu-satunya yang bervokalis wanita. Membawakan lagu berjudul Peace yang berisi pesan tentang perdamaian. Untuk lagu yang bertipe keras, riff kasar dan tempo agak kencang ini, Sari–nama vokalisnya–bisa membawa dinamika lagu tetap pada kontrol. Salut! Naughtoria dengan lagu Nafsu Amoral. Mengusung tema “wanita” lebih tepatnya, “wanita malam”, band ini menghiasi lagunya dengan musikalitas yang menyerupai Koil bercampur Silverchair. Mendengar ini, saya seperti mendengar suramnya Silverchair pada lagunya yang berjudul Spawn Again.

Nocturnal dengan lagunya “She”. Lagu ini diawali dengan petikan gitar yang sekilas menyerupai lagu The Calling–band yang sukses mempopulerkan lagu “Wherever You Will Go”. Suara vokalisnya yang empuk membuat lagu ini sangat easy listening dibandingkan lagu lainnya yang sarat emosi. Namun, masih tetap bisa dinikmati kok oleh para pecinta Grunge. Selanjutnya ada Otakering dengan Manusia Fermentasi. Ini salah satu band yang lagunya membawa influence Nirvana. Yang membedakannya dengan Nirvana adalah suara vokalisnya yang tidak seperti Kurt. Suara Kurt agak serak dan berat, sedangkan vokalis band ini bersuara melengking dan membawakan lagu bernuansa Nirvana dengan teknik sliding vokal. Keren lho kawan!

Electric dengan Wanita Liar. Menurut saya, volume gitar dalam lagu ini agak kurang. Warna vokalnya juga agak aneh. Mungkin memang sengaja dibuat seperti itu agar terkesan seperti menyanyi dalam ruang redam dan direkam. Moist Vagina dengan Kupu-Kupu Malam. Lagu ini agak terkesan menyerupai Smells Like Teen Spirit-nya Nirvana. Mungkin memang influence band ini datang dari band legendaris Grunge itu.

Selanjutnya ada band Negative dengan lagunya yang berjudul Die. Band ini yang membawa influence Nirvana dari segala aspek. Mulai dari teknik vokal, teknik permainan gitar dan hentakan drum, tak lupa juga dinamika musik yang mirip Nirvana. Untunglah artikulasi penyampaian lirik cukup jelas dan melodi rumit nan terstruktur menghiasi lagu ini. Balian dengan Lost at Sea. Wah, ini nih yang paling saya suka! Grunge yang tidak melulu harus distorsi kasar. Permainan melodi dan musikalitas yang sangat dekat dengan Rock ‘n Roll atau Blues! Saya seperti mendengar Grunge, dibawakan oleh The S.I.G.I.T.

Selanjutnya ada Valium dengan Sebut Dia. Yang ini sangat unik lho kalau menurut saya. Dinamika lagu dan juga warna vokalnya sangat unik. Seperti membaca cerita dalam alur maju dan mundur. Bedanya, yang ini tidak melulu datar. Ya seperti yang saya bilang, dinamikanya naik-turun dan menurut saya, band ini memiliki musikalitas bagus. Yang terakhir ada Nameless Noise dengan The Moon and Me. Mendengar nama band, saya kira akan ada unsur noise yang gila dari band ini. Ternyata, saya dibuat terhenyak dengan musikalitas yang sangat Rock ‘n Roll sekali! Bernuansa Blues dan juga Folks. Tidak begitu banyak noise yang sengaja dimainkan. Wah, menjelang akhir album ditutup dengan hiasan Folks! Sangat tidak terduga.

Itulah cuplikan ulasan mengenai Bali Total Grunge Compilation Volume 1, yang diluncurkan tahun 2011 itu. Betapa perbedaan terlihat indah dan sejuk di telinga, membuat kita semakin mencintai produk dalam negeri yang masih mempertahankan idealisme dalam bermusik. Tentunya dalam musik yang berkualitas dan mengedepankan perbedaan untuk idealis bersama-sama. [Ayu]

Info lebih lanjut, jika ingin memesan atau mendengar demo lagu:



Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (62) Ayu Welirang's Bibliography (9) Blogging Story (2) BS-ing everyday (7) Buku (63) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (18) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (10) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (13) NgomonginSeries (5) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (3) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (72) Riset Tulisan (2) Rumah Kremasi (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (5) Short Stories (11) South Tangerang (1) Sumatera (3) talk about living my life (3) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (7) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: