Judul: The Devil in Black Jeans
Penulis: AliaZalea
Tahun Terbit: 2013
Versi Cetak Ulang: 2017
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978 979 229 188 9
Dara betul-betul mencintai pekerjaannya sebagai personal assistant para artis, sampai dia bekerja untuk Blu, penyanyi opera Indonesia berumur lima belas tahun. Masalahnya bukan pada Blu, tapi kakaknya, yaitu Johan Brawijaya, drummer paling ganteng se-Indonesia yang superprotektif kepada adiknya dan membuat Dara ingin mencekiknya setiap kali bertemu.
Sebagai drummer kawakan Indonesia dengan wajah di atas rata-rata dan masih single, Jo mencintai kebebasannya untuk melakukan apa saja yang dia mau. Kebebasan ini punah dengan kedatangan adiknya di rumahnya. Seakan itu belum cukup parah, kini seorang PA artis yang sok tahu, super menyebalkan, berbentuk Dara, muncul dan mulai mengatur kehidupannya.
Satu-satunya hal yang membuat mereka berdua bisa saling bertoleransi adalah karena Blu. Atau itulah yang mereka pikir hingga ciuman itu terjadi. Satu ciuman yang membuat keduanya berpikir dua kali tentang perasaan mereka terhadap satu sama lain.
***
Well. Segala keribetan hidup Jo dan Dara di novel ini, dimulai ketika pengacara almarhum bapaknya Jo datang dan membacakan surat wasiat. Semua keluarga Jo yang lain kebagian harta-benda juga aset berharga. Lalu, saat tiba giliran Jo, dia cuma dititipi adik bungsunya yang bernama Blu. Adik yang tidak pernah dia ketahui pasca bapaknya menikah lagi. Bahkan, ibu tiri Jo (istri bapaknya yang ketiga), mungkin lebih cocok jadi kakak daripada ibu tiri. Usianya tidak terpaut jauh dari Jo.
Nah, tapi karena Jo memang mau jadi orang bertanggungjawab, dia asuh juga itu adiknya. Blu adalah gadis yang baru beranjak remaja. Otomatis, Jo jadi kurang tahu bagaimana cara menghadapi adik perempuan, apalagi ditambah sifatnya yang sulit ditebak dan sedang kasmaran.
Untuk mempermudah hidupnya, Jo minta tolong Revel—tokoh di novel Celebrity Wedding—teman sekaligus pemilik label tempat Blu bernaung, untuk mencari asisten pribadi bagi Blu. Singkat kata, pilihan itu jatuh pada Dara, seorang asisten pribadi yang cukup berpengalaman. Namun, entah kenapa Jo tidak suka. Ada saja hal yang membuat Jo kesal, walau Blu berkeras mengatakan bahwa dia suka Mbak Dara (begitu cara Blu memanggilnya).
Sampai sini, saya masih bisa dan suka mengikuti plotnya. Walau memang menurut saya, dunia metropop yang disajikan di sini agak out of reach. Saya kurang tahu dunia artis dan segala lika-likunya, jadi kurang bisa empati. Kalau metropop yang menurut saya cocok bagi saya, ya mungkin dunia kerja yang benar-benar nyata. Para pekerja dari Bogor, Depok, Bekasi, menumpang kerja di Jakarta hingga harus berjubel di KRL, nah itu nyata buat saya.
Tapi ini cuma masalah selera worldbuilding. Saya tidak akan ini menjadi acuan saya dalam mengulas. Namun, ada beberapa hal ini yang buat saya sedikit antipati sama para tokoh di novel ini—tentu saja setelah lanjut membaca sampai akhir.
- Saya kurang suka sikap Dara yang plin-plan. Di satu sisi, dia ingin menyudahi pekerjaannya dan segera mengurus pernikahan sama pacarnya. Tapi, di sisi lain, dia masih suka bekerja jadi PA para artis. Kalau begitu, kenapa pusing? Kenapa tidak pilih salah satu saja?
- Dibandingkan dengan Runaway Ran soal cewek yang suka kerja juga, novel ini tokoh ceweknya agak kurang prinsipil. Kalau di novel karangan Mia Arsjad satu itu, tokoh Katrina benar-benar punya prinsip dan profesional, kalau di sini si Dara kok mudah banget sih terombang-ambing?
- Ketidaksukaan teman-teman Dara pada Panji—tunangan si Dara—tidak terlalu detail dijelaskan. Coba kalau lebih detail, kan jadi alasan kuat untuk membenci Panji itu benar-benar terasa. Kalau di sini, saya kurang bisa menangkap sebenarnya kekurangan Panji itu apa ya?
Dan di samping kekurangan novel, ada juga beberapa hal yang saya suka, seperti:
1. Interaksi Dara dengan Blu, seolah-olah dia itu benar-benar seperti kakak perempuan, bukan sekadar asisten pribadi artis.
2. Blu yang innocent, walau dia itu artis, tapi dia masih hidup layaknya remaja perempuan pada umumnya. Masih kekanak-kanakan dan tidak sombong. Saya suka sifatnya Blu.
3. Apa lagi ya? Mungkin lebih ke unsur teknis novel. Dibandingkan dengan metropop lain yang saya baca, di sini plotnya mengalir cukup asyik dan tidak banyak kesalahan dalam penulisan. Sementara, di metropop lain yang pernah saya baca, awal-awalnya asyik dan bersih dari kesalahan seperti typo dan lain-lain, tapi menjelang akhir sepertinya editor luput mengecek hal itu.
Novel ini dengan segala kekurangan dan kelebihannya mungkin hanya bisa saya kasih bintang tiga. Tapi, tidak menutup kemungkinan saya akan baca lagi metropop karya AliaZalea ke depannya, untuk riset atau sekadar melihat kehidupan metropolisnya para artis ibukota.
Rating:
Leave a Reply