Review Album Baru OK|Karaoke – Sinusoid (2014)

POSTED ON:

,

BY:

Setelah lama tidak mengulas karya-karya musisi lokal, saya akhirnya mencoba untuk mengulasnya lagi. Dan kali ini, saya memutuskan untuk memindahkan ulasan yang ada ke situs baru. Karena di blog yang lama itu dulunya kan memang campur-campur, banyak mengulas buku dan musik lokal, tapi akhirnya nyerempet juga ke blog travel, yang isinya membahas tentang jalan-jalan tak sengaja dan penemuan-penemuan saya terhadap beberapa lokasi indah dan sepi, cocok untuk berkontemplasi. Hahaha.

Blog lama yang akhirnya malah jadi blog travel writing itu, sudah lama dibiarkan menjadi blog yang cukup tendensius. Penuh paksaan dan passion terhadap perjalanan. Jadi, tempat bagi ulasan-ulasan buku dan musik lokal, sudah dilempar jauh ke dasar laut. Makanya, di blog “burung hutan” ini saya mengangkat ulasan-ulasan di dasar laut untuk kembali ke permukaan.

Oke, mungkin segitu aja kali ya basa-basinya.

Nah, posting pertama di bulan Juli, sekaligus kembalinya ulasan-ulasan di si owly ini, saya mau mengulas karya band lokal asal Semarang, yang ternyata masih ada hubungannya sama Klepto Opera juga (kalau lihat dari halaman “salute”). Yah saya cuma kaget aja sih, ternyata jaringannya para pemusik independen ini memang guyub banget ya. 🙂

Band ini namanya OK|Karaoke. Jujur saja, saya baru dengar lho. Ya mungkin karena saya memang sudah jarang dengar band-band lokal kecuali ada teman yang merekomendasikan. Kebetulan, di salah satu sosial media, seorang teman membagikan informasi pemesanan album terbaru OK Karaoke yang bertajuk Sinusoid. Waktu itu, saya tak benar-benar memperhatikan. Tapi, saya coba mencari OK Karaoke di google, dengan kata kunci yang tepat dan mendapatkan akun soundcloud milik mereka.

Kebetulan juga, akhir-akhir ini saya lagi suka mendengarkan Wild Nothing, yang rada-rada indie rock apa dream pop atau apalah gitu (buat saya sih nggak penting-penting amat lah penyebutan genre, saya sih telan apa saja). Ini juga rekomendasi dari teman, dan saya nggak bisa move on dari lagu-lagu Wild Nothing. Eh, pas mampir soundcloud OK Karaoke, ternyata nggak ada lagunya. Hiks. Tapi, saya membatin, lihat dari gaya-gayanya, pasti mirip-mirip deh ini sama Wild Nothing. Haha! *maksa*

Jadilah, saya langsung pesan ke teman saya di sosial media itu, namanya mas Jiwa Singa. Kebetulan sedang ada rezeki juga, dan kebetulan mau pulang ke Cimahi. Jadi, CD-nya langsung saya pesan dan minta dikirimkan ke alamat rumah Cimahi aja biar nggak nunggu lama.

Sekitar hari Senin siang yang terik, saya lagi ngadem di genteng rumah dan ada yang membunyikan bel rumah. Rupanya, paket datang. Langsung saja saya ngibrit lari dan mengambilnya. Langsung setel CD-nya di laptop dan coba untuk meresapi lagu-lagu OK Karaoke.

Ada beberapa ulasan penting. Ya, terserah sih mau dinilai penting atau nggak. Jadi, poin-poin yang mau dibahas pertama, adalah tentang package CD. Tampilan fisik itu lho. Memang banyak yang bilang, “don’t judge book by it’s cover” tapi rasanya, di masa yang orang-orangnya makin senang menilai orang lain dari tampilan fisik, rasanya tampilan fisik juga harus dibahas sedikit kali ya di sini.

  1. Tampilan package Sinusoid ini lumayan kece. Bahannya kayak apa ya? Kardus tebal gitu kali ya? Saya nggak tahu juga namanya apa. Si package ini dilipat jadi tiga bagian, dan di bagian tengahnya, kalau dibuka itu adalah tempat CD-nya.
  2. Selain package, artwork sampulnya itu lho, warnanya… Saya suka. Lumayan mewakili lah ya. Mirip ‘sinusoid’ – blood vessel? Atau sinusoidal gelombang ‘analog’ gitu yah? Kan biasanya analog itu dianalogikan oleh beberapa orang dengan warna-warna kayak gitu. Hehehe. Bisa lah ada dua arti, tapi masih mewakili keduanya.
  3. Di dalamnya, terlampir lirik masing-masing lagu yang tipografinya standar, nggak aneh-aneh tapi malah bagus, jadinya simpel dan yang mau ikut berdendang juga kan nggak harus mikir, “Ini tulisan apa sih?”
  4. Jadi, nilai saya untuk bentuk fisik album Sinusoid ini 4/5.

Nah, sekarang bahas lagunya. Ada beberapa lagu yang jadi perhatian saya sih di sini. Pertama kali mendengar, dan langsung ‘klik’ sama lagunya, sampai diulang-ulang. Terus, pronounciation lagu-lagu berbahasa ‘keju’-nya juga nggak seperti pengucapan ala orang Semarang. Malah, adik saya yang ikut dengar, bilangnya sih ini kayak band luar. Terus saya kasih perbandingan sama Wild Nothing waktu itu, kata adik saya, ya so-so lah, bisa dibilang nggak kayak orang Indonesia yang nyanyi. 😀

  1. Lagu yang pertama klik itu, Late Comer Boy. Mungkin karena lagu ini ada di track pertama ya, jadinya saya langsung klik aja gitu.
  2. Terus, lagu Sinusoid yah. Lagu ini enak didengar sambil nangkring, ngadem di jendela rumah yang langsung menghadap ke genteng rumah. Pas waktu itu angin lagi sepoi-sepoi jadinya cocok. Boleh juga didengar sambil ngopi, asal jangan siang-siang pas bulan puasa aja. Haha.
  3. Yang langsung ‘klik’ nomor tiga itu judulnya Casteless Man. Mungkin, karena bagian awalnya itu agak mirip sama Disappear Always-nya Wild Nothing, jadi saya langsung inget lagu itu. Jadi, ingin saya ulang lagi lagu ini untuk memastikan. Ternyata cuma bagian depan aja yang mirip, itu pun sedikit.
  4. Selanjutnya, lagu Departed yang ada di track 4. Lagu ini, yang bikin saya langsung menerawang itu pas bagian lirik yang bunyinya, “Good friends come and go, lovers then I said so.” Waaaaa. Mrebes mili.
  5. Sisanya, lagu-lagu yang belum begitu bisa ‘klik’ tapi cukup easy listening kok. Beberapa lagu yang belum tersebut itu diantaranya ada Call Me Time, Sangre Azul, Kenangkan Angan, Lekas Sembuh, dan Fetus. Oh ya, lagu yang Lekas Sembuh ini kebetulan kemarin jadi lagu soundtrack saya pas recovery pasca sakit. Hahaha. Biasa sih, penyakit homesick yang berujung pada masuk angin. Jadi, saya sedikit senyum-senyum sendiri, kayak yang dinyanyikan sama OK|Karaoke secara langsung.
  6. Oh ya, ada beberapa lagu yang mirip Pure Saturday juga sih. Entah deh ya, apa cuma perasaan saya saja atau gimana gitu ya? 😐
  7. Nah, untuk sembilan lagu yang ada di album Sinusoid ini, saya kasih rate 8.75/10. 😀

Buat yang lain, mungkin ada yang mau dengar album ini, saya kasih beberapa tips ya, supaya makin menyenangkan dengarnya.

  1. Waktu mendengarkan itu, paling baik siang menuju sore, atau pas pertengahan sore mau ke senja. Langit kan biasanya cerah ceria tapi nggak panas, jadi angin sepoi-sepoi gitu.
  2. Buka jendela kamar, jendela ruang kerja, atau jendela lain di sekitar kalian lebar-lebar. Biarkan angin masuk dan mengganti regulasi udara yang bikin sumpek.
  3. Setelnya pakai speaker ya, volumenya sekitar 70 – 80 boleh lah.
  4. Kalau yang punya loteng langsung menghadap keluar, enaknya nangkring aja di jendela lotengnya, sambil lihat awan berarak gitu. Sore-sore asyik deh.
  5. Kalau lagi nggak bulan puasa, dengernya sambil ngopi-ngopi cantik. Minum es kopi, soda gembira, makan buah-buahan, atau rujak. :))
  6. Nah, ulang-ulang deh lagu yang temponya agak ceria.
  7. Untuk kontemplasi tengah malam, saran saya dengarkan yang Lekas, Sembuh sama Fetus aja, soalnya kalau yang lain itu ceria banget. Nggak cocok buat tengah malam kalau lagi kontemplasi. Jadi, buat yang kerjanya jadi penulis atau jadi programmer yang nyambi tulis-tulis novel kayak saya, boleh dicoba dengar dua track terakhir dari album ini. :))

Nah, mungkin sekian dulu ulasan saya yang panjang banget ini. Semoga bisa jadi referensi teman-teman kalau mau mendengarkan rilisan band lokal.

Akhir kata, saya mau menyadur potongan lirik lagu OK|Karaoke. Hehe.

“Through the heart, we’re unforgettable. Even hard, but it’s fine at all.” — Call Me Time, track 2 Sinusoid

Selamat mendengarkan!

Versi Spotify ada di sini:



Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Search


Out Now!


Click banner to buy Not for IT Folks with discount!

Recent Posts


Tags


7 Divisi (7) Advertorial (4) Album Review (4) Antologi Ayu Welirang (4) Antologi HISTERY (2) Ayubacabaca (62) Ayu Welirang's Bibliography (9) Blogging Story (2) BS-ing everyday (7) Buku (63) Cabaca (3) Central Java (14) Cerita Detektif (7) Cerita Investigasi (4) Cerita Persahabatan (2) Cerpen (10) Cerpen dari Lagu (5) Drama (6) Editing Works (3) Februari Ecstasy (2) Fiksi Kriminal (3) Forest Park (2) Got Money Problem? (4) Halo Tifa (3) Heritage Sites (4) Hiking Journal (10) Hitchhike (4) Horror (3) Indonesia (37) Interview (2) Jakarta (10) John Steinbeck (3) Journal (18) Kopi (2) Kuliner (3) Kumcer (10) Latar Novel (2) Lifehacks (3) Living (4) Local Drinks (4) Local Foods and Snacks (5) Mata Pena (4) Media Archive (4) Menulis Adegan (2) Metropop (8) Mixtape (4) Mountain (18) Museum (2) Music Playlist (7) Music Review (4) My Published Works (13) NgomonginSeries (5) Nonton (6) Not for IT Folks (3) Novel Keroyokan (2) Novel Kriminal (4) Novel Thriller (3) On Bike (3) On Foot (4) On Writing (25) Pameran (2) Panca dan Erika (3) perjalanan dalam kota (3) Photo Journal (12) Potongan Novel Ayu Welirang (3) Publishing News (3) Review (72) Riset Tulisan (2) Rumah Kremasi (2) Santai (10) Sayembara-Novel-DKJ (3) Sci-fi (6) Sequel (4) Serial Detektif (2) Series Review (5) Short Stories (11) South Tangerang (1) Sumatera (3) talk about living my life (3) Tentang Menerbitkan Buku (7) Terjemahan (6) Things to do in Jakarta (4) Thriller (7) Tips (35) Tips Menulis (28) to live or not to live (6) Translation Works (6) Travel Guide (3) Traveling (4) Travel Notes (2) Travel Stuff (2) Waterfalls (2) Wedding Preparation (5) Wedding Vendor Bandung (3) West Java (15) Worldbuilding Novel (2) Writing for Beginner (27) Writing Ideas (17) Writing Journal (38) Writing Prompt (9)

Newsletter


Create a website or blog at WordPress.com

%d bloggers like this: