Halo!
Pernahkah kamu merasa bahwa semua pilihan yang kamu ambil dulu, salah semua? Lalu, di usiamu yang sudah nggak muda-muda amat, kamu jadi senang bermain “what if…?”
Aku sering kayak gitu, makanya aku bikin pos ini. Entah mengapa kata-kata “bagaimana jika” sering menghampiri ketika usiaku memasuki 30 tahun. Di usia yang baru mau berjalan 31 tahun ini, hal itu makin sering muncul. Aku sendiri nggak tahu harus gimana, karena aku cuma mencoba buat mengikuti arus aja. Aku udah nggak mau mikirin hal-hal yang di luar kuasaku, karena itu bener-bener menghabiskan energi. Hehehe.
Tapi…
Namanya juga manusia. Biar udah usaha ngomong begitu pun, tetap aja masih ada si “what if…?” yang terus menghantui, bukan lagi sekadar mampir. Waktu ini terjadi keseringan, aku cuma bisa menulis cerita remaja. Nggak nyambung, ya? Tapi memang itulah kenyataannya. Buatku, cerita remaja jadi semacam eskapisme dari berbagai beban pikiran masa tua.
Kamu sendiri gimana?
(Aduh nanya-nanya mulu, jadi udah kayak diari aja ini blog.)
Memang paling bener, sih, kayaknya masa remaja itu springtime of life. Nggak begitu banyak beban, paling cuma mikirin kecengan atau uang jajan kurang aja. Nggak harus mikirin besok bayar token listrik, nggak harus mikirin plafon rumah ambruk gara-gara kucing tapi belum ada budget renovasi, dan nggak harus mikirin kalo ada beberapa cicilan yang masih harus dibayar sampai 10 tahun ke depan. Pengin rasanya lepas dari semua ini, tapi mana mungkin.
Makanya aku menulis cerita Go Kory, Go! waktu itu. Aku nulis itu pas lagi gila-gilanya, lagi pusing-pusingnya juga. Banyak hal yang tidak memuaskan dalam hidup, tapi aku sendiri nggak tahu apa itu. Rasanya kayak cemas sama sesuatu, tapi aku juga nggak tahu apaan. Akhirnya aku menulis cerita yang berusaha menganulir kecemasan itu. Jadilah novel remaja yang kudaftarkan ke ajang The Writer’s Show 2021 oleh Gramedia Writing Project (GWP).
Naskah itu masuk jajaran finalis, meskipun nggak menang. Namun, aku puas dan senang sekali waktu menulis. Sejenak aku bisa lupa sama ba-bi-bu kehidupan masa tua yang penuh beban. Dan akhirnya, novel itu sekarang sudah bisa kamu miliki secara fisik! Meskipun butuh waktu dua tahun sampai novel remajaku bisa berubah bentuk dari buku platform menjadi buku cetak, tetap saja aku sangat bersyukur.
Aku menulis Go Kory, Go! dengan harapan agar aku bisa mengingat hal-hal apa yang dulu tidak perlu kusesali. Hal-hal yang memang kuambil dan membentuk diriku sekarang. Meskipun hidup makin berat, rasanya aku tetap tidak boleh kehilangan diriku karena pilihan-pilihan masa lalu. Namanya juga masa lalu, kenapa aku masih harus ketinggalan? Justru itulah yang membuat aku menjadi seorang Ayu Welirang. Ya nggak, sih?
Sebelum curhat ini makin melantur, sebaiknya aku munculkan saja informasi yang seharusnya sudah muncul dari awal, yaitu promosi buku! Hahahaha. Go Kory, Go! masih buka special offer dan akan segera bisa kamu miliki setelah tanggal 31 Agustus 2023! Kamu bisa membelinya lewat situs-situs resmi penjualan buku Penerbit Clover atau melalui lokapasar gramedia.com (langsung klik aja, tautannya aktif, kok!).

Semoga cerita remaja ini bisa mengobati kita semua dari masa tua yang penuh beban dan cicilan. Cerita remaja ini juga kuharap bisa menjadi pelarianmu dari hiruk-pikuk pekerjaan. Kita semua harus ingat, bahwa kita yang dululah yang membentuk kita yang sekarang. Baik atau buruk, semoga kamu tidak menyesal sama pilihan-pilihanmu ya. Kamu ya kamu! Masa lalu, lupakan saja.
Salam,
Ayu Welirang
P.S.
Ini aku share lagu yang kudengarkan terus-menerus waktu nulis Go Kory, Go!



Leave a comment